Mahfud Endus Kelompok Terorganisir Penusuk Syekh Ali Jaber, Jangan Cuma di Mulut!
Menko Polhukam, Mahfud MD, tidak yakin penusuk Syekh Ali Jaber, Alfin Andrian, bermain sendiri. Dia mencium ada kelompok terorganisir yang memang mengincar ulama. Jika kelompok itu benar ada, semoga Mahfud melakukan langkah konkret untuk menuntaskannya. Jangan sampai cuma berhenti di mulut.
Mahfud melihat, kasus penyerangan terhadap ulama sudah terjadi sejak 2016. Modusnya sama. Pelaku selalu dikatakan sakit jiwa. Setelah itu, kasusnya hilang. Untuk penusukan Ali Jaber juga sama. Oleh pihak keluarga, Alfin disebut mengalami gangguan jiwa. Namun, setelah dites polisi, ternyata Alfin orang waras.
"Nah, sekarang ini sudah diselidiki lagi, yang dulu-dulu tuh. Jangan-jangan nih diorganisir oleh orang yang sama. Kita juga membaca juga diorganisir oleh orang yang sama," ujar Mahfud, di Ruang VIP Bandara Minangkabau, Sumatera Barat, kemarin.
Baca Juga: Anak Buah Rizieq Beberkan Modus Penusuk Syekh Ali Jaber Dilakukan Komunis Golongan...
Mahfud menambahkan, ada temannya yang merupakan seorang wartawan, menginvestigasi kasus-kasus penyerangan terhadap ulama. Ternyata, polanya juga mirip. Seperti, pelaku merupakan orang baru dan tinggal di dekat lokasi peristiwa, sekitar 300-500 meter. Pelaku pernah bertemu orang tak dikenal sebelumnya. "Orangnya nusuk kiai, belum lama tinggal di daerah itu, kemudian dianggap gila," terangnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu tidak peduli jika pihak keluarga menyatakan pelaku mengalami gangguan jiwa. "Kasus ini harus diteruskan ke pengadilan," katanya.
Mahfud menegaskan, polisi punya bukti Alfin orang waras. Hasil observasi tim psikiater Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri menunjukkan, Alfin tidak mengalami gangguan jiwa. "Polisi sudah punya data dan bukti. Biar hakim yang memutuskan. Kalau kasusnya ditutup polisi nanti dicurigai lagi," kata dia.
Kasus ini, sambung Mahfud, juga sudah sampai ke meja Presiden Jokowi. Presiden pun sudah meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, dan instansi terkait untuk menelusuri kasus tersebut sampai tuntas.
Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar menilai, pernyataan Mahfud soal penyerang ulama terorganisir sangat beralasan. Untuk itu, dia meminta penanganan kasus ini tidak hanya berhenti di Alfin. Harus ada pemeriksaan dan monitoring terhadap tingkah laku pelaku. Kemudian, melakukan pemeriksaan di lingkungan pelaku. Misalnya, memeriksa tetangga pelaku soal kehidupan Alfin sehari-hari.
Menurutnya, sangat mungkin Alfin sebagai pihak yang dibayar untuk melakukan penyerangan. Sehingga otak intelektualnya harus ditangkap.
Anggota Komisi I DPR, Syaifullah Tamliha menduga, BIN, Polri, dan BNPT sudah tahu siapa dalangnya. Mengingat, lembaga tersebut memiliki sistem teknologi informasi (IT) yang canggih. Kata dia, teroris saja bisa diidentifikasi, apalagi penyerangan ulama yang terorganisir.
Apakah kasus seperti ini bakal terungkap? Tamliha yakin, jika Mahfud benar-benar melakukan langkah konkret, kasus tersebut bakal terungkap. "Tangkap saja dalangnya. Ya mudah lah terungkapnya. Jangan sampai berhenti di omongannya Pak Mahfud aja," ucap politisi PPP ini.
Dia lantas membandingkan kasus penyerangan Ali Jaber dengan eks Menko Polhukam, Wiranto. Kalau kasusnya Wiranto saja bisa segera diusut, dan tahu jaringannya, masa kasus Ali Jaber tidak. Padahal polanya mirip.
Tamliha meminta dalangnya segera ditangkap. Apalagi, Presiden sudah menyampaikan agar pelaku penyerangan terhadap ulama dan habaib harus diusut tuntas. "Itu kan perintah Presiden. Kalau sudah Presiden memerintahkan seperti itu, maka kewajiban BIN, BNPT, Mabes Polri untuk mengungkap pelaku sesungguhnya. Jangan sampai ini menjadi bibit permusuhan antar warga negara. Itu sangat berbahaya bagi negara," pesannya.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari yakin Mahfud bisa memimpin menyelesaikan persoalan ini. Sebab, Mahfud orang yang berani. Selain pejabat pemerintah, tokoh santri juga melekat dalam diri Mahfud. "Bahkan santrinya lengkap. Latar belakangnya NU, organisasi kemahasiswaannya di HMI, bahkan pernah menjadi Presidium KAHMI. Jadi, pasti dia punya sensitivitas dan pemihakan yang sangat kuat mengenai masalah serangan atau penusukan kepada ulama ini," ulas Qodari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: