Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dokumen Rahasia Bocor, Bank Raksasa Dunia Lakukan Transaksi Gelap Bernilai Triliunan Dolar

        Dokumen Rahasia Bocor, Bank Raksasa Dunia Lakukan Transaksi Gelap Bernilai Triliunan Dolar Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sekumpulan dokumen rahasia bocor mengungkapkan untuk pertama kalinya bagaimana raksasa bank-bank besar dunia ketahuan memindahkan triliunan dolar AS dalam transaksi yang mencurigakan, memperkaya diri sendiri dan pemegang saham, sambil memfasilitasi pekerjaan teroris, kleptokrat, hingga gembong narkoba, demikian dilaporkan Buzzfeed News, pada Minggu (20/9/2020).

        Bank-bank tersebut memindahkan sejumlah besar dana yang diduga mencurigakan selama hampir 20 tahun, meskipun ada tanda bahaya tentang asal-usul uang tersebut.

        Baca Juga: Bantu Pemulihan, Bank Dunia Kaji Kebutuhan Rakyat Lebanon

        Dokumen ini bocor hasil investigasi yang dilakukan Buzzfeed News dan 108 media dunia lainnya.

        Laporan media tersebut didasarkan pada bocoran laporan aktivitas mencurigakan atau suspicious activity report (SAR) yang diajukan oleh bank dan perusahaan keuangan lainnya ke Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan (FinCen) Departemen Keuangan Amerika Serikat.

        Suspicious activity report (SAR) menurut laporan berjumlah lebih dari 2.100, diperoleh oleh BuzzFeed News dan dibagikan dengan Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) dan organisasi media lainnya.

        Secara keseluruhan, ICIJ melaporkan bahwa file tersebut berisi informasi tentang transaksi senilai lebih dari 2 triliun dolar AS (Rp2.943 triliun) antara tahun 1999-2017, yang dicurigai oleh departemen kepatuhan internal lembaga keuangan.

        Dikutip dari The Star, SAR sendiri belum tentu merupakan bukti kesalahan, dan ICIJ melaporkan bahwa dokumen yang bocor adalah sebagian kecil dari laporan yang diajukan ke FinCEN.

        Menurut laporan ICIJ, lima bank besar dunia yang paling sering muncul dalam dokumen yakni HSBC Holdings Plc, JPMorgan Chase & Co, Deutsche Bank AG, Standard Chartered Plc dan Bank of New York Mellon Corp.

        SAR memberikan intelijen kunci dalam upaya global untuk menghentikan pencucian uang dan kejahatan lainnya.

        Laporan media yang diterbitkan pada Minggu (20/9/2020) itu memberikan gambaran dari sistem yang kekurangan sumber daya dan kewalahan, memungkinkan sejumlah besar dana gelap untuk bergerak melalui sistem perbankan.

        Di antara jenis transaksi yang disorot oleh laporan tersebut yaitu dana yang diproses oleh JPMorgan untuk individu dan perusahaan yang berpotensi korupsi di Venezuela, Ukraina, dan Malaysia.

        Uang dari skema Ponzi yang diduga dikirim melalui HSBC dan uang terkait dengan miliarder Ukraina yang diproses oleh Deutsche Bank.

        "Saya berharap temuan ini memicu tindakan segera dari pembuat kebijakan untuk memberlakukan reformasi yang diperlukan," kata Tim Adams, kepala eksekutif kelompok perdagangan Institute of International Finance.

        "Seperti dicatat dalam laporan hari ini, dampak kejahatan keuangan dirasakan di luar sektor keuangan. Hal itu menimbulkan ancaman besar bagi masyarakat secara keseluruhan," tambahnya.

        Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan Reuters, HSBC mengatakan pada tahun 2012 bahwa semua informasi yang diberikan oleh ICIJ bersifat historis.

        "HSBC memulai perjalanan multi-tahun untuk merombak kemampuannya dalam memerangi kejahatan keuangan di lebih dari 60 yurisdiksi," kata bank tersebut.

        Adapun Standard Chartered Bank mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya mengambil tanggung jawab untuk memerangi kejahatan keuangan dengan sangat serius dan telah berinvestasi secara substansial dalam program kepatuhannya.

        "Kami sepenuhnya mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku, dan membantu pihak berwenang dalam pekerjaan penting yang mereka lakukan," kataBNY Mellon.

        JPMorgan mengatakan pihaknya memiliki ribuan orang dan ratusan juta dolar yang didedikasikan untuk pekerjaan penting ini.

        "Kami telah memainkan peran kepemimpinan dalam reformasi anti0pencucian uang," kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan.

        Sementara Deutsche Bank mengatakan telah mencurahkan sumber daya yang signifikan untuk memperkuat kontrolnya dan sangat fokus untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka.

        FinCen mengatakan dalam sebuah pernyataan di situs webnya pada 1 September 2020 bahwa mereka mengetahui dari berbagai outlet media bermaksud untuk menerbitkan serangkaian artikel berdasarkan SAR yang diungkapkan secara tidak sah, serta dokumen lain.

        Fincen juga mengatakan bahwa pengungkapan SAR yang tidak sah adalah sebuah kejahatan yang dapat berdampak pada keamanan nasional Amerika Serikat.

        Perwakilan Departemen Keuangan AS menolak berkomentar di luar pernyataan FinCen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: