Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PSBB DKI Jilid Dua Dinilai Pacu Pertumbuhan Bisnis EduTech

        PSBB DKI Jilid Dua Dinilai Pacu Pertumbuhan Bisnis EduTech Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penerapan kembali Pembatasan Skala Besar-Besaran (PSBB) yang lebih ketat atas keputusan Gubernur DKI Jakarta sebagai bentuk rem darurat penyebaran Covid-19 memberikan efek pada beberapa perusahaan rintisan atau startup, tak terkecuali sektor EduTech. Bertolak belakang dengan sektor travel yang mengalami penurunan, sektor EduTech dinilai justru memiliki peluang yang menjanjikan.

        "Melihat perkembangan sektor EduTech di Indonesia tentu terlihat prospek yang sangat menjanjikan. Bagi investor yang menginvestasikan dana di sektor ini perlu juga mempertimbangkan risiko yang dapat menyertai seperti regulasi, sikus pendanaan, dan bagaimana entitas bersaing dengan kompetitor," kata Kurniawan Tjoetiar, Legal Partner Grant Thornton Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/9/2020).

        Baca Juga: Ubah Strategi Bisnis, Startup Fashion Tinkerlust Ubah Fokus Produk

        Upaya yang dijalankan dalam penekanan penyebaran Covid-19 telah membuat lebih dari 530.000 sekolah di Indonesia ditutup atau diberhentikan sementara aktivitasnya. Teknologi informasi dan komunikasi dalam menyediakan layanan pendidikan sebagai aktivitas belajar di rumah memiliki potensi yang menjanjikan. Ada sekitar 68 juta siswa dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi yang membutuhkan teknologi untuk belajar. Bahkan secara global, ada 1,5 miliar siswa di 188 negara tidak dapat menghadiri kelas. Disrupsi pendidikan seperti ini terakhir kali terjadi saat Perang Dunia II.

        Dengan keadaan ini, pertumbuhan EduTech makin meningkat dengan cepat dan luas. Penggunaan EduTech akan terus dibutuhkan oleh siswa dari berbagai tingkat. Tentunya teknologi seperti internet, ponsel pintar, dan laptop menjadi keharusan dalam mendukung pembelajaran jarak jauh. Bahkan, salah satu penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia mencatat adanya peningkatan arus broadband sebesar 16% selama pandemi Covid-19.

        Setelah jeda pembiayaan pada bulan Maret, investor dari berbagai negara kembali menggelontorkan dana bagi EduTech dan melambungkan beberapa startup bahkan hingga melewati nilai valuasi US$1 miliar. Investor sengaja fokus pada entitas yang memasarkan alat dan layanan langsung ke konsumen (DTC) dan bukan ke institusi. Tiga sektor EduTech DTC yang memperoleh investasi paling besar adalah bimbingan belajar online, bantuan dan aplikasi digital, serta edutainment.

        Pada bulan Juni lalu, pemain EduTech di Indonesia sendiri sudah mencapai 44 dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Beberapa startup EduTech yang makin terkenal di Indonesia semenjak peranannya makin terasa besar bagi siswa selama masa pandemi di antaranya adalah Quipper, Zenius, Ruangguru, IndonesiaX, Cakap, dan masih banyak lagi.

        Dalam Business Resilience Wheel yang dikeluarkan Grant Thornton Indonesia pada kuartal pertama tahun ini juga disebutkan pentingnya opsi pendanaan sebagai salah satu strategi bertahan perusahaan di masa pandemi.

        Hal ini sepertinya telah dijalankan dengan cukup baik oleh para pelaku EduTech, terlihat dari sejumlah investasi besar yang telah berhasil disuntikkan ke sektor ini dan menjadikan pandemi Covid-19 justru sebagai momentum akselerasi dan ajang pembuktian bahwa investasi tersebut dibenamkan pada sektor yang tepat.

        "Dari sisi entitas EduTech juga perlu menjalankan strategi bertahan dengan melihat cara untuk menekan biaya, memberikan kualitas pengajar yang baik, dan hasil yang berdampak. Karena hal tersebut yang menjadi kunci untuk menentukan siapa pemenang dalam jangka panjang seiring pertumbuhan dan makin matangnya pasar EduTech di Indonesia," pungkas Kurniawan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: