Peneliti Jumpai Ladang Minyak Mulai Kering, Timor Leste Bakal Bangkrut
Timor Leste beberapa hari ini mendapat perhatian publik usai pernyataannya terkait bank di Indonesia.
Pernah menjadi bagian dari Indonesia, kini Timor Leste tengah berjuang menjaga kemerdekaan negaranya.
Baca Juga: Niatnya Promosi Pertanian Lokal, Timor Leste Malah Impor Beras Vietnam
Tak mudah bagi Timor Leste, meski sudah dua dekade merdeka, mereka tampaknya masih kesulitan mengurus negara.
PBB bahkan memasukkan Timor Leste dalam daftar Indeks Kemiskinan Multidimensi Global (MPI) 2020.
Timor Leste berada di urutan ke-152 dari 165 negara yang tercatat.
Jauh sebelum daftar ini dikeluarkan oleh PBB, Timor Leste sudah lebih dulu diprediksi bakal bangkrut.
Dikabarkan sebelumnya, pada tahun 2017 lalu ada laporan bahwa ladang minyak dan gas utama Timor Leste akan mengering pada 2022 dan akan bangkrut pada 2027, menurut mantan pemimpinnya.
Timor Leste yang merupakan negara termuda di Asia Tenggara ini sangat bergantung pada sektor energinya yang menyusut, yang menyumbang 78 persen dari anggaran negara 2017.
Ladang minyak dan gas utama negara itu, proyek Bayu-Undan yang dioperasikan oleh ConocoPhillips, menyediakan sekitar 20 miliar dollar AS untuk dana minyak bumi selama 10 tahun terakhir, tetapi diperkirakan akan berhenti berproduksi pada tahun 2022.
Para peneliti di lembaga pemikir yang berbasis di Dili, La'o Hamutuk mengatakan kecuali sumber pendapatan baru ditemukan, negara itu bisa bangkrut pada awal 2027.
La'o Hamutuk memperingatkan parlemen Timor Leste tahun lalu bahwa anggaran 2017 sebesar 1.39 miliar dollar AS akan memerlukan penarikan lebih dari 1 miliar dollar AS dari dana minyak bumi.
Dengan rencana pemerintah untuk mengambil hampir empat kali lipat perkiraan pendapatan setiap tahun antara 2018 dan 2021, saldo dana akan turun setidaknya 3 miliar dollar AS, menjadi 13 miliar dollar AS.
Lembaga pemikir tersebut mendesak pemerintah untuk menilai kembali beberapa mega proyek, mempertanyakan manfaatnya bagi mayoritas rakyat Timor Leste.
"Proyek-proyek ini akan menggusur masyarakat lokal, menggunakan lahan pertanian yang berharga, menghancurkan mata pencaharian petani dan mencemari lingkungan. Sementara itu, uang yang dihabiskan di dalamnya berasal dari jumlah yang terbatas, dan tidak lagi tersedia untuk proyek yang diperlukan, pembangunan ekonomi berkelanjutan, proyek yang adil, dan layanan sosial untuk semua orang," katanya.
Selain minyak, pertanian merupakan komponen utama perekonomian, menyediakan kebutuhan pokok bagi sekitar 80 persen penduduk.
Ekspor komoditas yang paling signifikan adalah kopi, yang menyumbang $ 30 juta dari ekspor tahunan pada tahun 2016.
“Kami bisa melakukan jauh lebih baik,” kata mantan Presiden Timor Leste Ramos-Horta ketika didesak tentang masa depan ekonomi baru Timor Leste.
“Tapi kita tidak bisa melakukan keajaiban,” ujar Ramos Horta yang juga merupakan penerima Nobel Perdamaian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: