Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gak Salah Nih Orang MUI Bilang Ideologi PKI Makin Tampak Karena Diberi Ruang Pemerintah?

        Gak Salah Nih Orang MUI Bilang Ideologi PKI Makin Tampak Karena Diberi Ruang Pemerintah? Kredit Foto: IG @tengkuzulkarnain.id
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Tengku Zulkarnain, meyakini ideologi komunisme tidak pernah mati di Indonesia. Ia juga menyamakan ideologi tersebut seperti penyimpangan seksual kaum homo dan lesbian, serta atheis.

        “Jadi akan hidup terus. Misalnya perilaku kaum Lut, homo dan lesbi, itu kan sudah mati semua tetapi masih ada sampai sekarang. Atheis juga sudah dimatikan tetapi sampai sekarang masih ada. Jadi, yang mengatakan (ideologi PKI) mati, itu menentang teori ilmiah,” ujar Tengku Zul saat menjadi pembicara pada Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, yang mengangkat thema Ideologi PKI Masih Hidup?, Selasa malam (29/9/2020). Baca Juga: Tengku Zul Puji-Puji Gatot: Lebih Baik dari Mantan Tukang Kayu Katanya..

        Lanjutnya, ia juga mengatakan gejala bangkitnya PKI tampak di permukaan terjadi kemungkinan karena pemerintah memberi ruang. Baca Juga: Ahok Sebut Kadrun, Tengku Zul Ngegas: Maksud Ente yang Bela Al-Quran?

        “Saya menilai pemerintahan sekarang memberi angin kepada PKI seperti Bung Karno,” ucapnya.

        Lebih lanjut, ia menceritakan bagaimana pemberontakan PKI yang dipimpin Muso di Madiun meletus 1948. Meski kemudian dibasmi tetapi ideologi tersebut ternyata masih hidup.

        “Pada 1952 datang anak muda komunis ke rumah Bung Karno. Sebuah rumah yang dihadiahkan tokoh Islam. Diterimalah DN Aidit. Bung Karno berubah karena dia berpikir nasionalis, agamis religius, dan komunis. Jadi komunis ini diterima lagi oleh Soekarno,” ucapnya.

        Menurut dia, sikap Soekarno itu menyebabkan Muhammad Hatta menarik diri sehingga kemudian jadilah Bung Karno presiden tanpa wakil presiden. Masyumi juga menarik diri, meski sebelumnya tercatat sebagai pemenang pemilu pada tahun 1955.

        “Bung Karno jalan dengan Nasakom. PNI, PBNU, dan PKI. Tahun 1960 Soekarno membubarkan Masyumi. Dia memenjarakan rekan-rekannya yang menentang PKI,” ucapnya.  

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: