Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mujur Tak Boleh Diraih Malang Tak Boleh Ditolak, Covid Malah Bikin 2 BUMN Farmasi Buntung Triliunan

        Mujur Tak Boleh Diraih Malang Tak Boleh Ditolak, Covid Malah Bikin 2 BUMN Farmasi Buntung Triliunan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi yakni PT Bio Farma (Persero) dan anggota holdingnya, PT Indofarma Tbk, mencatat laba yang kurang menguntungkan sepanjang semester II-2020.

        Bio Farma sebagai holding BUMN farmasi mencatatkan kinerja keuangan hingga kuartal II tahun ini mencapai Rp5,7 triliun. Angka ini menurun signifikan bila dibandingkan dengan periode yang sama 2019 yang mencapai Rp13,3 triliun.

        Sementara itu, Indofarma sebagai anggota holding meraih laba bersih pada kuartal II sebesar Rp4,7 miliar. Angka ini juga menurun signifikan bila dibandingkan kuartal II 2019 yang menorehkan keuntungan di angka Rp7,96 miliar. Meski begitu, Indofarma menargetkan keuntungan perseroan hingga akhir 2020 sebesar Rp22,3 miliar.

        Baca Juga: Sektor Farmasi Lagi Hype, 10 Ribu Produknya Malah Belum Tersertifikasi TKDN

        Direktur utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, laba perseroan yang terkontraksi negatif disebabkan perlambatan impor bahan baku kesehatan selama pandemi Covid-19. Dia menilai, awal periode pandemi banyak negara membatasi impor dan bahkan merebutkan bahan baku kesehatan. Hal itu menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

        "Permasalahan kita adalah bahan baku karena Covid-19. Bahan baku di Indonesia 90% impor, saat pandemi terjadi rebutan supply bahan baku, negara-negara lain juga membatasi ekspornya untuk ketahanan negara masing-masing," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR secara virtual Jakarta, Senin (5/10/2020).

        Pembatasan impor bahan baku juga menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Honesti menyebut, kenaikan harga bahan baku itu terjadi lima kali lipat dari harga normal. Hal itulah yang mempengaruhi laba holding BUMN farmasi sepanjang semester I tahun ini.

        Meski begitu, manajemen Bio Farma optimis bila hingga semester II tahun ini perseroan tidak mengalami kerugian. "Tapi laba bersih agak berat karena ada biaya-biaya akibat pandemi. Pendapatan kita optimistis tidak akan rugi tapi memang tidak sama saat kondisi normal," kata dia.

        Dalam kesempatan itu, Honesti meluruskan persepsi yang menilai bahwa industri kesehatan dan farmasi menjadi salah satu sektor yang tidak terdampak pandemi Covid-19. Honesti bilang, meski tidak separah sektor bisnis lainnya, bisnis farmasi pun cukup terdampak akibat penyebaran Covid-19.

        Sementara itu, Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto menyebut, ada konsumsi produk farma atau obat-obatan yang mengalami kenaikan sejak terjadinya penyebaran Covid-19. Meski begitu, ada jenis farma yang tidak terkait dengan virus justru mengalami penurunan.

        "Farma yang terkait dengan covid-19 mengalami kenaikan, tapi yang tidak terkait dengan covid-19 mengalami penurunan," kata dia.

        Baca Juga: Luhut, Menteri Pemberi Perintah, Suruh Bos Bio Farma Segera Produksi PCR-Rapid Test

        Karenanya, Arief dan manajemen perseroan lainnya akan melakukan penyeimbangan antara konsumsi farma yang menurun dan konsumsi farma yang mengalami kenaikan.

        "Kita berharap masih bisa mengimbangi penurunan dari yang non-Covid-19, mudah-mudahan bisa dibantu dari kenaikan yang sifatnya terkait Covid-19. Baik yang farma maupun yang di alkes," kata dia.

        Dia juga mengatakan, penurunan pendapatan juga disebabkan karena ketergantungan dengan tender. Jadi begitu tendernya ada yang hilang, maka Indofarma otomatis ikut kehilangan pendapatan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: