Islamic Development Bank Dukung Bio Farma-Senegal Produksi Vaksin
Lembaga keuangan berpengaruh di kawasan Afrika, Islamic Development Bank (IsDB), mendukung penuh Kerjasama yang dilakukan Bio Farma, perusahaan vaksin dan farmasi terkemuka Indonesia, dengan Institut Pasteur de Dakar (IPD) Senegal, sebagai bagian dari upaya memperkuat kemampuan dan kapasitas produksi vaksin di Afrika.
Dukungan terhadap kerjasama strategis tersebut berlangsung di sela-sela acara Indonesia Africa Forum (IAF) 2024 yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Selasa (3/9). Tepatnya pada Sesi bertajuk “Harnessing Sustainable Private Sector Participation in SSTrC through the IsDB Reverse Linkage.
Sesi penting itu dibuka oleh Director and Resident Representative, Regional Hub Indonesia, Islamic Development Bank (IsDB). Datuk Amer Bukviar, yang menyatakan Islamic Development Bank (IsDB), bertujuan untuk terus membantu memperkuat kemampuan dan kapasitas produksi vaksin di Afrika, dengan fokus pada peningkatan kesehatan global dan ketahanan vaksin.
Sementara bagi Bio Farma sendiri Kerjasama dengan IPD Senegal sebagai bagian dari perluasan yang signifikan dari Program Reverse Linkage-nya. Kemitraan Bio Farma dengan IPD Senegal bertujuan untuk mendukung target Uni Afrika mencapai 60 persen ketahanan vaksin pada tahun 2040, dengan nilai pasar vaksin di Afrika diperkirakan mencapai 5 miliar dolar AS.
Penjelasan mengenai peran dan posisi Indonesia pada sesi tersebut disampaikan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bio Farma I.G.N. Suharta Wijaya dalam paparanya dengan “Private Sector Engagement in Assisting Indonesia in Vaccine Production” yaitu studi kasus di Indonesia tentang pelibatan sektor swasta untuk mendukung kapasitas produksi Vaksin.
Reverse Linkage merupakan kerangka kerja kolaborasi teknis yang memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antar negara anggota IsDB serta komunitas Muslim di negara non-anggota. Sejak diperkenalkan pada 2012, mekanisme ini telah diterapkan dalam berbagai proyek pembangunan kapasitas, dan kini telah menjadi alat penting dalam pembangunan berkelanjutan.
IsDB saat ini sedang mengintegrasikan Reverse Linkage ke dalam proyek-proyek utamanya sebagai alat pengembangan kontemporer yang mempromosikan Kerjasama Selatan-Selatan (SSC).
Tantangan utama yang dihadapi Uni Afrika adalah terbatasnya Upaya untuk meningkatkan kemampuan manufaktur vaksin di Afrika, dan perluasan cakupan imunisasi yang rendah selama pandemi COVID-19, di mana hanya 10 persen dari populasi Afrika yang telah divaksinasi, dibandingkan dengan Indonesia yang mencapai angka 80 persen.
"Dengan memperluas Program Reverse Linkage, Bio Farma berkomitmen untuk tidak hanya mendukung ketahanan vaksin di Afrika tetapi juga memperluas kegiatan komersialnya secara global," kata Suharta Wijaya
Bio Farma berupaya memposisikan diri sebagai pemain utama di pasar vaksin global melalui pengembangan produk-produk inovatif yang diharapkan memberikan nilai ekonomi signifikan bagi anggaran nasional di Afrika serta memperkuat kepemimpinan Bio Farma dalam industri vaksin dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement