Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Oposisi Terpecah, Kirgiztan Bimbang Cari Perdana Menteri Baru

        Oposisi Terpecah, Kirgiztan Bimbang Cari Perdana Menteri Baru Kredit Foto: Getty Images/AFP/Vyacheslav Oseledko
        Warta Ekonomi, Bishkek -

        Partai-partai oposisi di Kyrgyzstan gagal membentuk pemerintahan baru pada hari Rabu setelah terpecah dalam menunjuk pengganti perdana menteri yang mengundurkan diri sehari sebelumnya dan pemilu parlemen negara itu dibatalkan.

        Pengunduran diri Perdana Menteri Kubatbek Boronov telah mengisolasi Presiden Sooronbai Jeenbekov, yang meminta semua pihak untuk memulai negosiasi. Jeenbekov juga menegaskan kembali kesediaannya untuk menengahi perselisihan.

        Baca Juga: Memanas, Demonstran Merangsek Masuk ke Gedung Pemerintah

        Para juru runding dari delapan partai mencoba untuk mengatasi perbedaan mereka pada Rabu malam di markas besar pemerintah, tetapi beberapa faksi besar tidak bergabung dalam pembicaraan tersebut, sementara dua kandidat yang bersaing untuk menjadi penerus Boronov muncul.

        Sekelompok legislator mencalonkan mantan anggota parlemen Sadyr Zhaparov pada Selasa malam, tetapi baik Boronov maupun Jeenbekov tidak mendukungnya, dan beberapa partai oposisi menolak pencalonannya.

        Seorang pengusaha muda, Tilek Toktogaziyev, muncul sebagai kandidat lain sehari kemudian setelah dinominasikan oleh salah satu dari beberapa "dewan koordinasi" yang dibentuk oleh partai oposisi dan aktivis sejak Senin.

        Anggota partai oposisi Ata Meken, Zhanar Akayev, mengatakan kepada layanan bahasa Kyrgyzstan di Radio Free Europe/Radio Liberty bahwa seorang perdana menteri baru dan pemerintah rakyat perlu ditunjuk, diikuti dengan pemilihan umum seperti dilansir dari VOA, Kamis (8/10/2020).

        Pendukung kedua kandidat kemudian berunjuk rasa di ibu kota, Bishkek, ketika anggota parlemen bertemu lagi pada Rabu malam untuk membahas kekacauan politik yang meletus minggu ini.

        Komisi Pemilihan Umum Pusat Kyrgyzstan membatalkan hasil pemilu parlemen negara itu pada hari Selasa karena kelompok oposisi mengambil kendali gedung-gedung pemerintah saat memprotes hasil pemilihan tersebut.

        Anggota dari beberapa partai oposisi mengatakan mereka berencana untuk menggulingkan Jeenbekov dan membentuk pemerintahan baru di negara Asia Tengah yang strategis dan vital, yang menampung pangkalan udara Rusia dan tambang emas besar yang dikendalikan oleh Kanada.

        Pembatalan komisi pemilihan menyusul protes massal yang meletus di Bishkek dan kota-kota lain, di mana ratusan orang terluka dan satu orang meninggal.

        Ketua komisi pemilu Kyrgyzstan Nurzhan Shaildabekova mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa hasil pemilu dibatalkan untuk mencegah ketegangan di negara itu.

        Otoritas Kyrgyzstan mengatakan pemilihan itu menyerahkan sebagian besar kursi kepada dua partai yang terkait dengan elit yang berkuasa. Pengamat Barat mengatakan pemilihan itu tampaknya telah dicurangi dengan membeli suara dan terjadi pelanggaran lainnya.

        Bekas republik Soviet, yang berbatasan dengan China, adalah sekutu dekat Rusia yang selama bertahun-tahun menjadi subjek persaingan geopolitik antara Moskow, Beijing, dan Washington.

        Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa para pejabat Rusia sedang berkomunikasi dengan semua pihak dalam konflik dan menyuarakan harapan proses demokrasi akan segera pulih.

        Sedangkan Kementerian Luar Negeri China mengatakan Beijing sangat prihatin dengan ketidakpastian politik dan kerusuhan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: