Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nasib Perusahaan Milik Keluarga Jusuf Kalla: Syukur-Syukur Bisa Cetak Cuan!

        Nasib Perusahaan Milik Keluarga Jusuf Kalla: Syukur-Syukur Bisa Cetak Cuan! Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Muhammad Jusuf Kalla ialah mantan wakil presiden Indonesia sekaligus pewaris konglomerasi bisnis terbesar di kawasan timur Indonesia, Kalla Group. Berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan, Kalla Group mendirikan Bukaka Teknik Utama pada Oktober 1978 atau sebelas tahun usai Jusuf Kalla (JK) menerima tongkat kepemimpinan dari sang ayah, yakni Haji Kalla pada tahun 1967 silam.

        Baca Juga: Dua Perusahaan Mahaka Group Milik Erick Thohir Rugi Bandar

        Baca Juga: Bye-Bye! Napas Perusahaan Ini di Pasar Saham Akan Berakhir Bulan Depan!

        Bukaka telah menjadi perusahaan go public sejak tahun 1994, namun krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 memaksa Bukaka untuk keluar dari keanggotaan bursa. Hingga pada akhirnya, Bukaka kembali melakukan initial public offering (IPO) pada 29 Juni 2015 dengan nama PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK).

        Baca Juga: Perusahaan Keluarga Kalla Butuh Ratusan Miliar Buat Bisnis PLTA

        Perusahaan yang kini dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla, anak keempat JK, itu menjalankan bisnis di banyak sektor, mulai dari infrastruktur, utilities, hingga transportasi. Lantas, bagaimanakah bisnis perusahaan pada paruh pertama tahun 2020 ini? Mampukah Bukaka mencetak kinerja keuangan yang positif di tengah pandemi Covid-19? Simak ulasan berikut.

        Bukaka Teknik Utama

        Pandemi Covid-19 tak menghalangi PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) untuk mendulang cuan sepanjang semester pertama tahun 2020. Sampai dengan Juni 2019, Bukaka mengantongi laba bersih senilai Rp299,48 miliar. Meski begitu, capaian laba bersih tersebut anjlok 11,49% dari Juni 2019 yang menembus Rp259,29 miliar.

        Koreksi keuntungan perusahaan sejalan dengan pendapatan yang terpangkas sedalam 29,43% pada paruh pertama tahun ini. Jika pada semester I 2019 Bukaka mengantongi pendapatan kontrak konstruksi dan nonkonstruksi sebesar Rp2,99 triliun, angkanya turun menjadi Rp2,11 triliun pada semester I 2020. 

        Merujuk ke laporan keuangan Bukaka, pendapatan terbesar diperoleh dari sektor jaringan transmisi listrik, energi, dan jembatan, yakni mencapai Rp1,72 triliun per semester pertama tahun ini. Namun, nilai tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,64 triliun. Sumber pendapatan terbesar berikutnya adalah sektor peralatan jalan, kendaraan khusus, shelter, dan oil gas equipment yang tercatat naik dari Rp172,01 miliar menjadi Rp218,55 miliar. 

        Sumber pendapatan Bukaka berikutnya adalah sektor fasilitas bandara dan penerbangan yang mengalami penurunan secara tahunan dari Rp144.29 miliar menjadi Rp125,29 miliar. Kontribusi dari penjualan peralatan forging juga ikut turun, yakni dari Rp23,31 miliar menjadi hanya Rp10,34 miliar. Namun, pendapatan dari penjualan listrik (PLTM) tercatat naik signifikan dari yang sebelumnya hanya Rp9,47 miliar menjadi Rp32,58 miliar.

        Selaras dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan Bukaka juga mengalami perbaikan. Jika pada Juni tahun lalu tercatat sebesar Rp2,59 triliun, kini angkanya mengecil jadi Rp1,74 triliun. Apa boleh buat, pos beban usaha mengalami pembengkakan dari Rp92,64 miliar menjadi Rp117,20 miliar pada enam bulan pertama tahun ini sehingga laba yang dikantongi Bukaka menipis.

        Beban penjualan mengalami pembengkakan paling parah, yakni dari Rp7,47 miliar menjadi Rp11,65 miliar. Beban umum dan administrasi naik dari Rp62,16 miliar menjadi Rp66,63 miliar, sedangkan beban administrasi dan provisi bank naik dari Rp12,85 miliar menjadi Rp66,63 miliar. Kenaikan juga tercatat di beban keuangan, yakni dari Rp40,23 miliar menjadi Rp41,22 miliar.

        Lebih lanjut, Bukaka mencatat pendapatan bunga dan jasa giro yang lebih kecil pada semester I 2020, yakni Rp3,41 miliar, di mana tahun sebelumnya mencapai Rp6,18 miliar. Laba penjualan aset tetap dan parts bekas juga terpangkas dari yang sebelumnya Rp6,31 miliar menjadi Rp1,89 miliar. 

        Begitu pun dengan pendapatan lainnya yang anjlok dari Rp22,87 miliar menjadi Rp5,67 miliar. Kabar baiknya, jika tahun lalu Bukaka membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp234,63 juta, tahun ini keadaan berbalik menjadi untung sebesar Rp5,31 miliar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: