Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Meski Pandemi, Sawit dan Hilirisasi Takkan Berhenti

        Meski Pandemi, Sawit dan Hilirisasi Takkan Berhenti Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Meskipun sempat dilemahkan oleh pandemi Covid-19, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartarto, mengaku optimistis sawit masih akan menjadi komoditas ekspor andalan di Indonesia sepanjang tahun ini.

        Seperti halnya tahun lalu, nilai ekspor sawit sepanjang tahun 2020 diproyeksikan akan mencapai US$20 miliar (atau sekitar Rp300 triliun). Lebih lanjut Airlangga menyebutkan, di tengah pandemi Covid-19 ini, komoditas sawit masih mampu bertahan. Tidak hanya itu, sektor pertanian pun menempati peringkat pertama dalam upaya pemulihan ekonomi nasional.

        Baca Juga: Berikut 5 Makna Strategis Program Peremajaan Sawit Rakyat

        "Peringkat pertama untuk memulihkan ekonomi nasional. Jadi, komoditas hilirisasi sudah berjalan," jelasnya.

        Komoditas hilirisasi dari kelapa sawit yang sudah berjalan adalah program biodiesel 30 persen (B30). Menurutnya, program biodiesel ini akan terus dikembangkan hingga tahun 2021 mendatang yang serapannya akan mencapai 9,2 juta kiloliter dalam bentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME).

        "B30 tahun depan terus dilaksanakan. Artinya, dipersiapkan tahun depan 9,2 juta kiloliter," jelasnya. Lanjutnya, pada Juli 2021 mendatang, pemerintah Indonesia akan mengembangkan program biodiesel 40 persen (B40).

        Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif, mengatakan, campuran pada B40, yakni B30 ditambah dengan D100 sebesar 10 persen. "Strategi sudah jelas dari pak Menteri dan lainnya. B40 Komposisi B30, D100 10 persen," ungkapnya.

        Lebih lanjut Budi menyebut, berjalannya proyek biodiesel ini merupakan bentuk ketahanan energi serta dapat menekan defisit transaksi berjalan. Dampaknya, secara mikro, harga untuk sawit akan menjadi stabil. "Juga disampaikan pungutan US$55 per ton. Program ini akan terus berlanjut. Sebelum tahun 2015 diperuntukkan untuk oleochemical, tetapi ke depan lebih ke biodiesel, ke depan D100, bisa sejahterakan 16 juta jiwa petani," jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: