Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dear China, Jokowi Mesra dengan Menlu AS: China Jangan Iri Dengki Ya!

        Dear China, Jokowi Mesra dengan Menlu AS: China Jangan Iri Dengki Ya! Kredit Foto: Instagram Presiden Jokowi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di tengah memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS)-China, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, berkunjung di Indonesia. Dia disambut hangat oleh Presiden Jokowi di Istana Bogor. Mereka tampak mesra. China ikut mengomentari kunjungan Pompeo ini. China, jangan iri dengki ya.

        Pesawat dinas yang ditumpangi Pompeo mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, sekitar pukul 2 dini hari, kemarin. Ini kali kedua tangan kanan Presiden Donald Trump itu, menginjakkan kaki di Indonesia, setelah 2 tahun lalu. Baca Juga: Jokowi Inginkan AS sebagai True Friend of Indonesia

        Meski baru datang, Pompeo tidak mau lama-lama istirahat. Pagi-pagi, sekitar pukul 8.45 WIB, ia langsung menemui Menlu Retno Marsudi, di Gedung Kementerian Luar Negeri, di Pejambon, Jakarta. Di sana, mereka membahas soal Laut China Selatan. Baca Juga: Kinerja Ma'ruf Amin Dapat Sorotan, PKS Minta Jokowi Tingkatkan Peran Wapres

        Setelah sekitar satu jam pembicaraan, Pompeo bertolak ke Istana Bogor untuk menemui Presiden Jokowi. Di Istana Bogor, Jokowi sudah menunggu. Begitu Pompeo tiba, Jokowi menyambut hangat Pompeo di muka pintu. Raut mukanya terlihat cerah dan berseri, meski sebagian tertutup masker. 

        Jokowi lalu mengajak Pompeo, sejenak berkeliling Istana. Saat berkeliling ini, sesekali keduanya terlihat ngobrol dengan akrab. Dari beranda, keduanya sempat melambaikan tangan ke awak media.

        Saat pertemuan, Jokowi menyinggung gencarnya pejabat antar kedua negara yang saling kunjung, meskipun di tengah pandemi Covid-19. Yang teranyar, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto berkunjung ke Amerika Serikat. Sebelumnya, Under Secretary of Defense for Policy AS James H Anderson hingga delegasi dari Development Finance Corporation (DFC) berkunjung ke Indonesia. 

        “Selama pandemi ini saling kunjung antara pejabat kita cukup intensif. Bahkan dapat saya sampaikan paling intensif,” ucap Jokowi.

        Menlu Retno, yang juga ikut dalam pertemuan tersebut, mengatakan, Jokowi meminta agar kemitraan dengan AS dipelihara dengan serius. Khususnya kerja sama ekonomi, agar terus meningkat di masa yang akan datang. 

        Jokowi juga kepingin negara adidaya itu bisa menjadi true friend alias sahabat sejati untuk Indonesia. Meskipun, lanjut Retno, hal itu tidak bisa digaransi. "Semuanya harus dipelihara," katanya, usai pertemuan.

        Sebelum bertemu Jokowi, Pompeo dalam konferensi pers usai bertemu Retno, sempat manas-manasin China. Kata dia, AS menolak klaim sepihak China atas Laut China Selatan (LCS). Apalagi, Indonesia punya wilayah perairan yang beririsan dengan Laut China Selatan yang diklaim China, yakni Laut Natuna Utara. 

        "Kami bangsa yang taat hukum, menolak klaim tidak sah yang dibuat Partai Komunis China di Laut China Selatan," tegas Pompeo.

        Dia lalu memuji kepiawaian Indonesia di Asia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia pun menawarkan kerja sama keamanan di sektor maritim. "Saya berharap dapat bekerja sama dalam cara-cara baru untuk memastikan keamanan maritim dan melindungi rute perdagangan tersibuk di dunia itu," ucapnya.

        Selain dengan Jokowi dan Retno, Pompeo juga melakukan pertemuan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Dia bahkan berpidato di acara yang digelar Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Di acara ini, Pompeo kembali menyentil China. Kali ini, soal Muslim Uighur. 

        Menurutnya, perlakuan China terhadap Muslim Uighur adalah ancaman bagi kehidupan umat beragama. "Membuat Muslim Uighur memakan Babi pada bulan Ramadhan dan merusak pemakaman dengan alasan memerangi Terorisme, tidak bisa diterima," cetusnya.

        Kunjungan Pompeo ini adalah bagian dari lawatannya ke negara-negara Asia. Sebelum ke Indonesia, Pompeo lebih dulu mengunjungi India, Sri Lanka, dan Maladewa. Setelah dari Indonesia, dia akan mampir ke Vietnam sebelum pulang ke negaranya.

        Melihat hal ini, China agak jengkel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin menuding kunjungan Pompeo adalah upaya 'pemaksaan' terhadap negara-negara kecil dan menengah agar memihak kepada AS. "Sangat khas dari beberapa pejabat AS memaksa negara-negara kecil dan menengah untuk memihak," ucapnya.

        Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana tak heran dengan sikap China itu. Menurutnya, kemesraan Indonesia dengan AS jelas bakal bikin China iri berat. Apalagi selama ini China juga selalu berusaha dekat dengan Indonesia. "Ya pastilah (iri)," kata Hikmahanto, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

        Tapi, ia meyakini China akan percaya diri jika Indonesia tidak akan terlalu dekat dengan AS. Sebab, Indonesia menganut sistem politik bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga ketergantungan dengan ekonomi China.

        Dia menambahkan, di tengah panasnya persaingan China-AS, sikap bebas aktif Indonesia bisa memberikan keuntungan. Kini, posisi Indonesia ibarat gadis seksi yang tengah diperebutkan. Apalagi peranan Indonesia cukup strategis di ASEAN, baik untuk pasar, ekonomi, maupun politik. 

        Atas hal itu, dia menyarankan agar Indonesia bisa bermain cantik, tanpa terlalu berkubu ke salah satu pihak. "Jangan naif dan langsung menerima pinangan. Kita akan tetap lajang, alias bebas aktif. Ini namanya smart diplomacy (diplomasi cerdas)," sambung Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani itu. [SAR]

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: