Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laba Perusahaan Konglomerat Pemilik Mal Anjlok Berjemaah, Yang Rugi Bandar Juga Ada!

        Laba Perusahaan Konglomerat Pemilik Mal Anjlok Berjemaah, Yang Rugi Bandar Juga Ada! Kredit Foto: Twitter/haritso
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Semester pertama tahun 2020 menjadi periode menantang bagi emiten pemilik pusat perbelanjaan. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta membuat jumlah kunjungan ke mal menurun hingga akhirnya berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan. 

        Dengan berbagai kelonggaran kebijakan yang diberikan pemerintah, mampukah perusahaan-perusahaan pemilik pusat berbelanjaan bangkit dan mencetak kinerja keuangan yang lebih baik pada kuartal ketiga tahun 2020? Untuk mengetahuinya, simak rangkuman berikut ini.  Baca Juga: Nasib Keuangan dan Saham Pemilik Pizza Hut: Ibarat Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga

        1. Metropolitan Kentjana

        Pondok Indah Mall dan Puri Indah Mall adalah dua pusat perbelanjaan yang dimiliki oleh Murdaya Poo melalui PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Perusahaan pemilik mal di kawasan elit itu tercatat mengantongi keuntungan bersih sebesar Rp199,63 miliar per September 2020. Jika dibandingkan dengan September 2019, capaian tersebut menurun 52,56% dari laba bersih kala itu yang sebesar Rp420,81 miliar. Baca Juga: Lippo Karawaci dan Sinar Mas Sapu Bersih Penghargaan Indonesian Property Award

        Amblasnya laba tersebut terimbas oleh pendapatan MKPI yang menurun sedalam 30,76% dari Rp1,30 triliun pada sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp903,34 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini. Semua sumber pendapatan perusahaan tercatat menurun pada periode tersebut.

        Per September 2020, pusat perbelanjaan menyumbang pendapatan sebesar Rp368,55 miliar atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp642,51 miliar. Kontribusi dari segmen perkantoran dan apartemen juga kompak turun masing-masing menjadi Rp170,38 miliar dan Rp98,24 miliar. Berikutnya pendapatan dari segmen tanah dan hotel masing-masing menurun jadi Rp26,78 miliar dan Rp22,76 miliar.

        Dari segi penjualan, MKPI mengantongi nilai yang lebih rendah untuk tanah dan bangunan menjadi sebesar Rp113,45 miliar. Begitu pun dengan penjualan listrik, air, dan gas yang turun menjadi Rp55,95 miliar. Penjualan makanan dan minuman turun menjadi Rp26,93 miliar, penjualan tanah turun menjadi Rp4,15 miliar, tiket taman air turun 1,40 miliar, dan lain-lain turun menjadi Rp14,76 miliar.

        2. Pakuwon Jati (-72,06%)

        PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) merupakan perusahaan properti milik konglomerat Alexander Tedja. Bukan hanya sebatas apartemen, hotel, dan perkantoran, gurita bisnis Pakuwon Jati juga merambah ke  bisnis pusat perbelanjaan. Gandaria City dan Kota Kasablanka adalah dua mal ternama yang berada di bawah naungan Pakuwon Jati. 

        Dengan berbagai bisnis tersebut, kinerja keuangan Pakuwon Jati selama sembilan bulan pertama tahun 2020 ini terpantau menurun. Bagaimana tidak, laba bersih Pakuwon Jati merosot tajam hingga 72,06% dari Rp2,15 triliun per September 2019 menjadi Rp600,69 miliar per September 2020.

        Terpangkasnya laba sejalan dengan pendapatan Pakuwon Jati yang menurun 41,79% secara tahun ke tahun. Jika per September 2019 lalu Pakuwon Jati mengantongi pendapatan sebesar Rp5,24 triliun, angkanya turun menjadi Rp3,05 triliun pada September 2020. 

        Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, hampir semua sumber pendapatan Pakuwon Jati menurun pada periode tersebut, kecuali pendapatan hasil penjualan tanah dan bangunan yang naik 35,31% menjadi Rp434,27 miliar.

        Sementara itu, pendapatan sewa dan jasa pemeliharaan turun 31,86% menjadi Rp1,24 triliun; pendapatan dari penjualan kondominium dan kantor turun 59,6% menjadi Rp883,29 miliar; pendapatan hotel turun 59,82% menjadi Rp144,69 miliar; dan pendapatan usaha lainnya turun 36,50% menjadi Rp343,56 miliar. Sampai dengan kuartal ketiga tahun 2020, Pakuwon Jati membukukan aset sebesar Rp26,05 triliun, sedikit lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai Rp26,09 triliun.

        3. Bumi Serpong Damai

        Keluarga Widjaja tercatat sebagai pemegang saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), yakni perusahaan yang juga memiliki portofolio atau kepemilikan saham tidak langsung di pusat perbelanjaan ITC. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2020, BSDE membukukan laba bersih sebesar Rp469,56 miliar. Nilai tersebut merosot 79,68% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp2,31 triliun.

        Keuntungan yang terkuras itu dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan yang juga menyusut pada kuartal III 2020. Per September 2020, BSDE mengantongi pendapatan sebesar Rp4,28 triliun atau 18,16% lebih rendah dari September 2019 yang saat itu mencapai Rp5,23 triliun.

        Pada periode yang sama, BSDE membukukan beban keuangan yang lebih kecil, yakni dari Rp1,89 triliun menjadi Rp1,69 triliun. Liabilitas BSDE tercatat sebesar Rp26,61 triliun atau naik dari Rp20,89 triliun pada akhir 2019. Liabilitas jangka panjang sebesar Rp14,9 triliun dan liabilitas jangka pendek sejumlah Rp11,71 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp34,28 triliun per September 2020 dari Rp22,55 triliun pada akhir 2019. Total aset BSD meningkat menjadi Rp60,89 triliun dari sebelumnya Rp54,44 triliun.

        4. Lippo Karawaci 

        Keluarga Riady menjadi salah satu konglomerat yang juga memiliki sejumlah pusat perbelanjaan di Tanah Air. Melalui PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), keluarga Riady mengeloa jaringan pusat perbelanjaan Lippo Malls dan Plaza Semanggi.

        Seperti halnya pengelola pusat perbelanjaan yang lain, kinerja keuangan Lippo Karawaci pada kuartal III tahun 2020 ini belum membaik. Bahkan, perusahaan membukukan kerugian yang lebih besar pada September 2020. Pada Q3 2019 lalu, Lippo Karawaci merugi Rp1,72 triliun dan angkanya meningkat 36,05% menjadi Rp2,34 triliun pada Q3 2020.

        Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, Lippo Karawaci mencetak kenaikan pendapatan bersih sebesar 0,24% dari Rp8,46 triliun pada Q3 2019 menjadi Rp8,48 triliun pada Q3 2020. Segmen real estate development yang meliputi apartemen, rumah hunian, lahan, dan lainnya menyumbang pendapatan sebesar Rp2,37 triliun pada September 2020. Kontribusi tersebut naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp1,62 triliun.

        Sebaliknya, kontribusi dari segmen real estate management & services justru menurun pada sembilan bulan pertama tahun ini. Per September 2019, Lippo Karawaci mengantongi pendapatan Rp5,22 triliun dari segmen tersebut, sedangkan September 2020 pendapatan yang diterima hanya Rp5 triliun.

        Selain keempat perusahaan tersebut, ada sejumlah emiten lain yang juga memiliki pusat perbelanjaan, seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) pemilik Summarecon Mall; PT Ciputra Development Tbk (CTRA) pemilik Mal Ciputra dan Lotte Shopping Avenue; dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pemilik Senayan City, Kuningan City, Central Parl, Neo Soho, serta Thamrin City. Perusahaan-perusahaan tersebut saat ini belum melaporkan kinerja keuangan kuartal ketiga 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: