Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KOL Stories x Denny Santoso: Updating Digital Marketing Strategy in Uncertain Times

        KOL Stories x Denny Santoso: Updating Digital Marketing Strategy in Uncertain Times Kredit Foto: Ning Rahayu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Banyak pelaku bisnis beralih ke strategi digital marketing selama pandemi Covid-19. Hal itu karena tuntutan untuk menjaga jarak guna memutus mata rantai virus corona telah membuat strategi pemasaran konvensional menjadi kurang efektif.

        Migrasi massal para pelaku bisnis ke dunia digital marketing tentu perlu disikapi oleh para pebisnis eksisting di bidang pemasaran ranah online tersebut. Penyesuaian ini bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, makin banyak pemain di dunia digital marketing. Kedua, pasar makin besar karena konsumen juga melakukan shifting ke belanja online.

        Baca Juga: KOL Stories x Dhana Galindra: Legitnya Bisnis Gudang Online

        Faktor lain yang tidak kalah penting ialah perubahan algoritma terus terjadi di platform-platform yang biasa dimanfaatkan untuk melakukan pemasaran digital. Artinya, ada urgensi bagi para pelaku bisnis untuk memperbaharui strategi digital marketing mereka selama pandemi Covid-19 ini.

        Lantas, apa strategi digital marketing yang tepat selama pandemi Covid-19 ini? Simak wawancara Warta Ekonomi bersama pakar digital marketing Denny Santoso.

        Bagaimana tren digital marketing selama tahun 2020 ini? Kemudian bagaimana proyeksi tren digital marketing pada tahun 2021 mendatang?

        Secara tren, sebenarnya kurang lebih masih sama menggunakan video, chat bot, tetapi penggunaannya masih belum masif. Banyak UMKM yang belum paham cara menggunakan teknologi tersebut. Ada dua perspektif yang perlu ditekanakan terlebih dahulu, apakah kita mau membahas tren ke depannya seperti apa, dan jika kita mau membahas ini, apakah UMKM bisa mengikuti tren ini?

        Karena shifting yang terlalu mendadak, sehingga saat pandemi terjadi, mereka langsung berwirausaha tanpa melakukan pembekalan terlebih dahulu. Itu yang terjadi di pasar saat ini. Namun, saat mereka diberikan pembekalan untuk menghadapi tren, mereka menganggap bahwa pembekalan ilmu menghadapi tren itu tidak penting, yang penting bisnis bisa berjalan dulu.

        Banyak orang konvensional yang masih berpikir kalau digital marketing masih belum penting untuk bisnis mereka. Jadi, saat mereka punya waktu dan kesempatan belajar, tidak digunakan dengan baik. Tapi begitu terdesak, mereka akhirnya mengeluh karena belum siap. Jadi, di zaman sebelum pandemi, ada bisnis yang berada di posisi tutup dan ada bisnis yang maju. Tinggal Anda berada di posisi yang mana? Jangan-jangan bisnis Anda sebelum pandemi di posisi tutup, tapi saat pandemi terjadi berada di posisi bangkrut.

        Banyak pelaku bisnis yang menjadikan digital marketing sebagai strategi untuk bertahan selama pandemi Covid-19. Bagi para pemain baru, apa yang harus diperhatikan saat memulai strategi digital marketing?

        Pertama, harus mengetahui terlebih dahulu market bisnis Anda. Untuk bisnis offline, mereka tidak peduli market karena mereka mempunyai lokasi toko fisik. Masalahnya adalah, ketika mereka terjun ke dunia online, mereka butuh promosi akun bisnis yang membutuhkan waktu dan biaya. Untuk itu, cara tercepatnya adalah melalui iklan online.

        Namun, iklan tersebut butuh target pasar. Ini adalah masalah terbesar saat orang beralih dari offline ke online. Mereka tidak mengetahui dan tidak mengenal market bisnisnya karena digital marketing bukan hanya soal upload foto di Instagram. Kedua, produk tersebut bisa dijual online apa tidak? Karena jika produk offline dijual secara online, akan terkesan memaksa. Anda tidak bisa menjual beras secara online karena selain ongkos kirim yang mahal, beras bisa ditemukan di warung terdekat.

        Setelah mengetahui target pasar dan barang yang akan dijual, kuncinya adalah bagaimana caranya kita bisa mendatangkan trafik. Selain itu, perlu mengetahui perhitungan biaya periklanan agar tidak mengalami kerugian. Tidak ada patokan presentase dalam melakukan digital marketing. Jadi, tergantung produk yang dijual.

        Apa saja kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh para pemain baru di digital marketing?

        Ada dua kesalahan yang biasa terjadi. Pertama, mereka tidak mengetahui market bisnisnya dan kedua mereka tidak bisa mencari trafik. Untuk market bisnis sudah dijelaskan sebelumnya, kita harus mengetahui kepada siapa produk kita akan dijual.

        Selanjutnya, banyak orang yang tidak mengerti trafik. Jadi, mereka berpikir dunia digital seperti bisnis offline yang tidak perlu memikirkan trafik. Untuk mendapatkan trafik, ada yang menggunakan cara organic seperti SEO dan posting-an situs secara rutin. Ada yang lebih cepat dengan menggunakan media sosial seperti live Instagram dan beriklan online. Untuk menghindari kesalahan tersebut, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.

        Baca Juga: Apa Itu Video SEO?

        Langkah pertama, gunakan media sosial untuk menciptakan trafik sehingga banyak pengguna yang akhirnya tertarik membeli produk Anda. Setelah itu, Anda perlu mengisi akun media sosial Anda dengan konten-konten yang dapat menarik kunjungan pengguna.

        Kemudian, ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu membuat media sosial untuk berjualan atau membuat komunitas. Saat sudah melakukan penjualan, Anda perlu memiliki database seperti nama, email, nomor ponsel, atau sebaliknya; memiliki database pengguna terlebih dahulu seperti membentuk komunitas, baru kemudian melakukan penjualan. Trafik berasal dari dua tempat, media sosial dan Google. Jadi, sesuaikan dengan jenis bisnis Anda.

        Bisa dijelaskan tentang List Building Mastery dan List Building Black Book? Apakah List Building ini bisa membantu para pemain baru agar tidak gagap di digital marketing

        Jadi, buku-buku ini saya desain untuk pemula yang ingin terjun ke dunia digital sebagai fondasi. List building sendiri adalah bagaimana cara kita untuk build atau membangun prospek. Jika kita menggunakan e-commerce untuk berbelanja, mengapa kita diminta untuk men-download aplikasi tersebut dengan iming-iming gratis ongkir?

        Karena, e-commerce tersebut ingin membangun database-nya. Karena jika tidak, kita hanya membuka situs e-commerce tersebut saat kita ingat. Setelah kita menginstal aplikasi tersebut, database kita akan masuk ke server sehingga situs tersebut akan memberikan notifikasi ke email kita. Itu gunanya membangun list yang merupakan fondasi dari bisnis online. Jadi, Anda bisa berjualan online secara proper.

        Bagi para pebisnis eksisting di dunia digital marketing, apakah perlu melakukan adjustment selama pandemi Covid-19 ini? Ataukah cukup menggunakan strategi digital marketing yang lama?

        Sebelumnya, saya tidak mengetahui kondisi pemain eksisting ini sudah benar atau salah. Kalau sudah benar, saya rasa tidak perlu melakukan adjustment dan jalani seperti biasa. Ada beberapa indikator sederhana. Misalnya jika kita berbicara tentang UMKM, yang harus diperhatikan adalah seberapa besar penjualan produk yang dihasilkan. Selanjutnya adalah dengan memperhatikan growth engine, seperti konsistensi dalam beriklan. Setelah itu, bisa digabungkan dengan strategi lain, misalnya partnership dengan jaringan reseller online.

        Jadi, jangan hanya bergabung dengan marketplace saja tanpa melakukan partnership. Perlu diperhatikan juga, marketplace itu penting sebagai channel distribusi sehingga Anda harus masuk ke semua jenis marketplace dan terus memerhatikan growth omzet bisnis. Semuanya harus bisa dipetakan dengan baik.

        Setelah itu, yang harus diperhatikan dalam marketing adalah product development atau product roadmap. Apakah Anda akan punya produk kedua atau ketiga? Investasinya berapa? Dan kapan akan diluncurkan, apakah setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali? Berapa besar biaya campaign-nya?

        Bagi Anda pribadi, apa platform favorit/andalan dalam menjalankan strategi digital marketing?

        Bagi saya ya disesuaikan saja dengan market. Jika saya memilih Youtube, tetapi market-nya tidak ada di sana ya percuma. Namun, jika produk Anda adalah komoditas umum, bisa saja menggunakan semua platform.

        Untuk media sosial, saya menggunakan semuanya seperti Tiktok, Instagram, Facebook, LinkedIn, Youtube, dan podcast. Itu semua hanya langkah pertama kita menggunakan media sosial untuk menjangkau banyak orang. Sejauh ini, media sosial yang paling kuat menurut saya itu Youtube dan Instagram, kemudian Tiktok yang saat ini sedang membangun.

        Baca Juga: KOL Stories X Sunil Tolani: Mau Sukses, Tapi Gak Siap Sukses

        Apa pengalaman berharga yang Anda petik saat menjalani dunia pemasaran digital selama ini?

        Bagi saya, digital marketing itu tidak ada masalah sama sekali saat WFH ini. Bedanya, digital marketing dengan bisnis offline adalah saat ini, saat pandemi menyerang, jumlah trafik offline kita secara tidak langsung turun melalui PSBB atau lockdown karena orang tidak boleh datang ke toko kita.

        Sementara jika online, trafik bisa kita dapatkan sendiri. Kalau saya melihatnya seperti itu, jika di dunia online kita bisa mengerti cara mendatangkan trafik, seharusnya masih bisa sustainable, asal produknya tidak terimbas secara negatif oleh Covid-19.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: