Kelapa sawit merupakan komoditas yang potensial dan berkontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan minyak nabati lokal dan global. Keunggulan tersebut digoreng oleh sejumlah LSM dan negara antisawit untuk melemahkan posisi kelapa sawit di mata dunia.
Tidak hanya puas dengan isu lingkungan dan kesehatan, kehadiran perkebunan kelapa sawit juga dituding mengancam ketahanan pangan daerah. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, pelaku industri perkebunan kelapa sawit justru menaruh perhatian besar terhadap ketahanan pangan.
Wujud ketahanan pangan tersebut dapat dilakukan bagi kelompok tani di tengah program replanting (peremajaan sawit rakyat/PSR) yang dilakukan. Kelompok Tani Tunas Muda Usaha Beuna di Aceh Utara menanam Jagung pada 50 hektare di lahan sawit PSR.
Baca Juga: Petani Sawit Berkontribusi Besar terhadap Bauran Energi Terbarukan
Program tersebut merupakan inisiasi dari Pemerintah Provinsi Aceh dalam rangka mendukung ketahanan pangan masyarakat sekaligus sumber ekonomi masyarat di tengah masa pandemi Covid-19.
Tidak hanya itu, Gapki yang bekerja sama dengan Paya Pinang Grup telah menanam sorgum sebagai tanaman sela di lahan perkebunan sawit yang sedang diremajakan di Kabupaten Sedangbedagai.
Tanaman sorgum ini cocok untuk dijadikan sebagai tanaman sela di masa replanting, sekaligus juga untuk mendukung ketahanan pangan petani dan keluarganya serta menjadi sumber penerimaan di masa-masa awal peremajaan. Selain sorgum dan jagung, tanaman musiman lainnya seperti sayuran, kacang-kacangan, maupun cabai dapat dipilih sebagai tanaman sela di lahan PSR.
Dalam laporan PASPI Monitor dituliskan, "tuduhan dan pandangan dari pihak antisawit yang menyebutkan bahwa kehadiran kelapa sawit di daerah-daerah menjadi ancaman bagi keberlangsungan sektor pangan justru pandangan yang keliru."
"Sebaliknya, kehadiran perkebunan sawit di pelosok daerah justru menghasilkan simbiosis mutualisme antara pekerja perusahaan perkebunan atau petani sawit dengan petani produk pangan. Transaksi produk-produk pertanian yang dihasilkan masyarakat pedesaan dan kemudian dijual kepada masyarakat perkebunan sawit mencapai Rp92 triliun per tahun."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: