Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Setop Prasangka! Rizieq Shihab: Revolusi Akhlak Bukan Revolusi Berdarah-darah!

        Setop Prasangka! Rizieq Shihab: Revolusi Akhlak Bukan Revolusi Berdarah-darah! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, menegaskan bahwa Revolusi Akhlak bukanlah upaya pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.

        Menurut dia, para habaib di Indonesia dididik dengan akidah Ahlusunnah wal Jama'ah yang melarang pemberontakan. Karena itu, Habib Rizieq Shihab mengimbau semua pihak tidak khawatir atas Revolusi Akhlak ini.

        Baca Juga: Puji Rizieq Shihab, Gatot Nurmantyo: Revolusi Akhlak Itu Pisau Analisisnya Pancasila

        "Jangan ada yang berpikir Revolusi Akhlak itu revolusi bersenjata atau pemberontakan. Enggak betul! Kami ini para habaib di Indonesia akidah Ahlusunnah wal Jama'ah, kami dididik oleh guru kami tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah," jelas Habib Rizieq dalam dialog nasional 212 secara virtual, Rabu (2/12/2020).

        Habib Rizieq menjelaskan, masyarakat mau tidak mau harus mengakui pemerintahan yang sah meskipun kekuasannya adil atau tidak adil. Namun, masyarakat memiliki hak untuk mengkritik pemerintahan bila terus-menerus menindas rakyat. Sebaliknya, jika kebijakan pemerintah bagus, harus diapresiasi.

        "Kalau sudah diterima masyrakat, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil, kita harus mengakui ini pemerintahan, tapi kita harus objektif, kebijakan yang baik harus kita apresiasi dan kita jalankan bersama. Adapun kebijakan yang tidak populer, membahayakan keselamatan bangsa, kebijakan yang menindas wajib kita kritisi," tegasnya.

        Habib Rizieq menegaskan mengkritik pemerintahan yang sah bukanlah makar atau pemberontakan. Hal inilah yang harus dijelaskan ke muka publik. Karena itu, kata dia, dirinya tidak pernah ada niatan untuk melakukan hal tersebut kepada pemerintah.

        "Mengkritik pemerintahan yang sah bukan makar, itu bukan pemberontakan, ini yang perlu saya jelaskan, jadi gak ada niatan. Kita Ahlusunnah wal Jama'ah, kita di negeri Indonesia ini darul dakwah, kita wajib mengajak orang sebanyak-banyaknya termasuk penguasa, yuk kita berbuat baik. Kalau ada kemungkaran yang dilakukan pemerintah, ya kita hisbah, dari cara minimal atau maksimal, tetapi nggak boleh melakukan pemberontakan, kecuali para habaib, umat Islam dibantai," jelas dia.

        Habib kembali menegaskan bahwa Revolusi Akhlak bukan revolusi berdarah-darah menjatuhkan pemerintahan yang sah. "Kita ingatkan Revolusi Akhlak jangan digambarkan revolusi berdarah-darah, revolusi menjatuhkan pemerintah yang sah, atau disebut khawarij, kita Ahlusunnah, kita selalu membuka diri, rekonsiliasi," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: