Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tragedi Berdarah FPI, Eh Petinggi Demokrat Ramai-Ramai Salahkan Presiden

        Tragedi Berdarah FPI, Eh Petinggi Demokrat Ramai-Ramai Salahkan Presiden Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus Partai Demokrat, Andi Arief ikut merespons aksi baku tembak antaran pihak kepolisian dengan pengawal Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab, yang menewaskan 6 anggota FPI. Menurutnya, hal tersebut terjadi bisa jadi tergantung presidennya sebagai pimpinan tertinggi.

        Kemudian, ia pun membandingkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menangani gejolak di tengah masyarakat. Baca Juga: Baru 20 Tahun, 6 Pasukan Habib Rizieq Ditembak Pas Serang Polisi, Partai SBY Protes!

        Ia mengatkan dirinya sangat beruntung pernah menyaksikan bagaimana sikap SBY menangani masalah sesama anak bangsa.

        “Semua itu tergantung Presidennya. Saya beruntung pernah menyaksikan bagaimana Pak SBY menangani masalah sesama anak bangsa,” cuitnya dalam akun Twitternya, seperti dilihat, Selasa (8/12/2020).Baca Juga: Menteri dari Gerindra dan PDIP Tilep Duit Rakyat, Eh Diingatkan Badai Partai Demokrat

        Lanjutnya, ia mengatakan bahwa SBY selalu memerintahkan agar tidak ada yang kehilangan nyawa dalam menangani masalah.

        “Perintahnya selalu jangan ada darah yang tumpah apalagi nyawa. Semua ikut, dari Kapolri, panglima TNI sampai jajaran terbawah. Demokrasi hidup,” ujarnya.

        Sementara itu, Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik yang menyayangkan adanya pertumpahan darah.

        Ia pun menyoroti penggunaan senjata oleh Polri yang kontan membuat dia bertanya-tanya perihal pertanggungjawabanya.

        "Yang termuda 20 tahun. Yang tertua baru 26 tahun. Indonesia, kenapa daerah mesti kembali tumpah setelah sekian lama politik kekerasan kita akhiri dengan reformasi?" ujarnya dalam akun Twitter pribadinya.

        "UN Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Official, yang setahu saya di awal kemenangan reformasi dulu disetujui jadi rujukan Polri, menyebut bahwa penggunaan senjata api hanya diizinkan pada warga negara dengan tujuan melumpuhkan, bukan membunuh," sambungnya.

        Rachland Nashidik kemudian menegaskan, isu utama penembakan di Tol Cikampek tersebut sebenarnya bukan pada anggota FPI, melainkan kasus tembak menembak itu sendiri.

        Pasalnya, penembakan oleh Polri tersebut sudah menyebabkan hilangnya nyawa 6 warga negara.

        "Isu utama dalam kasus penembakan ini adalah apakah penembakan yang mengakibatkan kematian warga negara itu sesuai aturan hukum? Bagaimanapun penembakan adalah tindakan ekstrim, apalagi hingga menimbulkan kematian. Itu isu utamanya, bukan bahwa korban adalah anggota FPI," terang Rachland Nashidik.

        Sebelumnya, Juru bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman mengatakan, apa yang disampaikan oleh pihak Polda Metro Jaya terkait adanya aksi tembak-menembak antara polisi dan FPI merupakan fitnah yang dibuat-buat.

        “Bahwa fitnah besar kalau laskar kita disebut membawa senjata api dan tembak menembak, laskar kami tidak pernah dibekali dengan senjata api. Kami terbiasa tangan kosong. Kami bukan pengecut,” ujar Munarman dalam konferensi Pers di Markas FPI Petamburan Jakarta Barat, Senin (7/12).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: