Curigai Militer hingga Mahasiswa, NATO-AS Kompak Pindai Ancaman China
Seperti halnya Amerika Serikat (AS), Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga mencap China sebagai ancaman keamanan global.
Pandangan NATO ini disampaikan Utusan AS untuk NATO, Kay Bailey Hutchison, di hadapan peserta audiensi virtual yang diselenggarakan lembaga kajian Inggris, International Institute for Strategic Studies, Rabu (9/12/2020).
Baca Juga: Wow! China Punya Alat Kontrol Cuaca, Cek Faktanya di Sini!
Hutchison menyoroti upaya militer China yang kini makin diperkuat, pencurian kekayaan intelektual yang terus-menerus, dan upaya-upaya China dalam membungkam perbedaan pendapat di Hong Kong.
“Kita terlambat menilai China sebagai risiko. Sekarang sedikit lebih jelas,” katanya, dikutip South China Morning Post, kemarin.
Hutchison menambahkan, dunia internasional telah mencoba memberi China kesempatan berpartisipasi dalam tatanan dunia yang teratur. Sayangnya, China justru bersikap tidak adil. Komentar Hutchison ini sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Senin lalu (7/12/2020). Dalam sebuah acara yang diadakan Politico, Stoltenberg mengatakan, kebangkitan China benar-benar mengubah lingkungan keamanan.
“Skala kekuatan China dan jangkauan global menimbulkan tantangan akut bagi masyarakat terbuka dan demokratis, terutama karena negara itu menuju otoritarianisme yang lebih besar dan perluasan ambisi teritorialnya,” ungkap NATO.
Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Donald Trump telah sejak lama berusaha meyakinkan negara sekutunya untuk lebih memperhatikan gerak-gerik China yang dianggap mengancam. Bahkan dalam RUU anggaran pertahanan tahunan yang disahkan Selasa lalu (8/12), AS mempertimbangkan kembali apakah akan mengirim senjata atau pasukan ke negara-negara sekutu di luar negeri, jika negara-negara tersebut juga menggunakan teknologi komunikasi 5G China.
Beberapa waktu lalu, AS juga melarang suntikan investasi ke ratusan perusahaan China yang diduga memiliki afiliasi dengan militer China. Stoltenberg menambahkan, China mampu berinvestasi besar-besaran dalam militernya hingga mengalami kemajuan pesat.
Bahkan, Negara Tirai Bambu itu disebut sudah melakukan eksplorasi ke luar angkasa demi mendapat keunggulan taktis militer melawan NATO. Saking menakutkannya, Stolenberg melanjutkan, saat ini NATO tak boleh memancing kemarahan China.
“China bukan musuh kami. Kebangkitannya menghadirkan peluang penting bagi ekonomi dan perdagangan negara anggota NATO. Kami perlu terlibat dengan China dalam masalah seperti pengendalian senjata dan perubahan iklim,” tambahnya.
Awasi Mahasiswa China
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga meminta universitas-universitas di AS mengawasi mahasiswa asal China. Menurutnya, AS sangat menyambut kehadiran mahasiswa China yang benar-benar ingin belajar di negara tersebut. Namun, dia memperingatkan tentang dua kasus mahasiswa China yang dituding sebagai mata-mata.
“Partai Komunis China (PKC) tahu, mereka tidak akan pernah bisa menandingi inovasi kita. Itulah mengapa mereka mengirimkan 400 ribu siswa setahun ke AS,” kata Pompeo, saat berpidato di Georgia Institute of Technology pada Rabu (9/12/2020).
“Jika kita tidak mendidik diri kita sendiri, jika kita tidak jujur tentang apa yang terjadi, kita akan dididik China,” ujar Pompeo. Dia pun mendesak universitas-universitas di AS menutup semua Confucius Institutes, lembaga yang didanai China dan menawarkan pengajaran bahasa China. “Kita harus menyelidiki apa yang disebut ‘kelompok siswa’ yang didukung oleh uang PKC,” ucapnya.
Pompeo adalah pejabat AS yang paling vokal dan rutin mengkritik China. Dia menggambarkan, Negeri Panda itu ancaman utama dunia. Namun China telah berulang kali mengecam dan memprotes pernyataan-pernyataan Pompeo ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto