Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gawat, Inggris Terancam Kekurangan Makanan di Akhir Tahun karena...

        Gawat, Inggris Terancam Kekurangan Makanan di Akhir Tahun karena... Kredit Foto: Antara/REUTERS/John Sibley
        Warta Ekonomi, London -

        Dunia mengisolasi Inggris sejak Senin (21/12/2020) setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan ditemukannya kasus jenis baru Covid-19 di Negeri Ratu Elizabeth itu. Aksi tutup pintu itu meningkatkan kekhawatiran kekurangan pangan di sana.

        Akibat khawatir terdampak mutasi baru Covid-19, Prancis menutup kedatangan orang-orang dan truk dari Inggris. Padahal, Inggris merupakan jalur arteri perdagangan di daratan Eropa.

        Baca Juga: Akhir Tahun Munculkan Varian Baru Corona, Bukan Cuma Inggris tapi...

        "Bila situasi ini tidak membaik, maka kami akan mengalami kekurangan pasokan untuk beberapa komoditas seperti selada, daun salad, kembang kol, brokoli dan buah jeruk, di mana itu semua diperoleh dengan cara impor dari negara lain selama ini," demikian keterangan tertulis jaringan supermarket terbesar kedua di Inggris, Sainsbury's. 

        Sedangkan, produsen kerang di Skotlandia menyatakan berton-ton produk mereka mudah busuk bila jalan menuju perbatasan Prancis ditutup. Gangguan transportasi di Inggris, diperkirakan juga akan mengganggu pasokan ke Irlandia. 

        "Tidak ada pengemudi yang ingin mengirim ke Inggris sekarang. Jadi, Inggris akan melihat pasokan barangnya mengering," kata Federasi Pengangkutan Jalan Nasional (FNTR) Prancis.

        Dilansir kantor berita Reuters,beberapa negara yang sudah memastikan menghentikan sementara waktu penerbangan dari Inggris, antara lain India, Polandia, Swiss, Rusia, Jerman, Italia, Belanda, Austria, Irlandia, Belgia, Israel, Kanada dan Hong Kong. Begitu juga dengan Pakistan, Arab Saudi, Kuwait dan Oman.

        Penemuan jenis baru Covid-19 di Inggris, hanya beberapa bulan menjelang vaksin diharapkan tersedia luas. Situasi ini menyebabkan kepanikan baru dalam pandemi yang telah menewaskan sekitar 1,7 juta orang di dunia, dan lebih dari 67.000 di Inggris.

        Para ahli mengatakan, belum ada bukti bahwa vaksin tidak akan melindungi dari strain baru itu, tetapi mereka akan bekerja untuk menelitinya. Kepala penasihat ilmiah Pemerintah Inggris, Patrick Vallance mengatakan, langkah efektif saat ini adalah melakukan pembatasan yang lebih ketat. 

        "Virus ini menyebar dengan mudah, lebih mudah ditularkan, kami benar-benar perlu memastikan bahwa kami memiliki tingkat pembatasan yang tepat," ujar Vallance dalam konferensi pers. 

        "Dan saya pikir pembatasan perlu ditingkatkan," sambungnya.

        Varian baru, yang menurut para ilmuwan 40-70 persen lebih mudah ditularkan. Namun belum ada bukti bahwa varian ini lebih berbahaya atau lebih menimbulkan sakit yang parah dan juga tidak berpengaruh atas vaksin yang sudah ada sejauh ini.

        Kasus strain baru juga telah terdeteksi di beberapa negara lain, termasuk Denmark, Italia dan Belanda. Australia. 

        "Saya pikir kami akan menemukan banyak kasus penularan virus baru ini dalam beberapa hari mendatang di negara lain," kata Marc Van Ranst, ahli virologi dari Rega Institute for Medical Research di Belgia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: