Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Muncul Situs Ancaman Bunuh Pejabat, Pentolan FBI Seret-seret Nama Iran

        Muncul Situs Ancaman Bunuh Pejabat, Pentolan FBI Seret-seret Nama Iran Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Washington -

        Dua Badan Keamanan Amerika Serikat (AS) melaporkan Iran "hampir pasti" berada di balik ancaman terhadap sejumlah situs dan media yang membuat ancaman terhadap penjabat senior yang mengamankan dan mengatur Pilpres.

        Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada 23 Desember, Biro Penyelidik Federal (FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) mengatakan mereka memiliki "informasi yang sangat kredibel" yang mengindikasikan Iran bertanggungjawab atas operasi tersebut.

        Baca Juga: AS Siapkan Paket Bantuan Corona Senilai Rp12,6 Triliun

        Operasi itu disebut "menunjukkan niatan yang sedang dilakukan Iran untuk menciptakan perpecahan dan ketidakpercayaan di Amerika Serikat dan merusak kepercayaan publik dalam proses pemilihan AS".

        Situs dan akun media sosial, yang bernama "Enemies of the People" dan"Enemies of the Nation", dibuat pada awal Desember dan menyertakan sejumlah nama, foto, detail kontak dan alamat dari 38 pejabat federal, negara dan pemerintah lokal, termasuk warga biasa yang dipekerjakan oleh Dominion - yang menjual perangkat lunak dan perangkat keras untuk kepentingan pemungutan suara.

        Tanda bidik senapan disematkan pada foto-foto individu yang termasuk dalam daftar di situs itu.

        Presiden AS Donald Trump, tim hukumnya dan sejumlah sekutunya telah membuat tuduhan selama beberapa pekan terakhir tentang kecurangan dalam pemilihan elektronik di sejumlah negara bagian yang disebut melibatkan Dominion.

        Tapi pengadilan federal menolak gugatan hukum yang merujuk pada klaim-klaim tersebut.

        "Orang-orang berikut telah membantu dan bersekongkol dalam pemilihan yang curang terhadap Trump," tulis pernyataan yang tertera dalam situs tersebut.

        "Mengubah suara dan melawan presiden adalah pengkhianatan dan patriot Amerika seharusnya tidak pernah melupakan mereka yang membantu menggulingkan demokrasi kita," tambahnya.

        Kedua lembaga juga mengidentifikasi empat alamat email yang diklaim terkait dengan situs yang mengirim "email yang mengancam" para pejabat.

        Akun mereka yang melakukan serangan terhadap pejabat AS di media sosial Facebook, Twitter, Parler V-Kontakte, Pinterest dan Gab, menyebarkan domain situs tersebut dan meminta pendukung Trump untuk menambahkan detail lebih banyak individu yang dianggap "mengkhianati negara dan cita-cita demokrasi kita".

        Kepala FBI Christopher Wray, mantan kepala CISA Chris Krebs - yang dipecat bulan lalu oleh Trump karena menentang klaimnya atas kecurangan pemilu, Gubernur Michichan Gretchen Whitmer dan manajer implementasi sistem pemungutan suara negara bagian Gabriel Sterling, termasuk di antara pejabat yang namanya muncul di domain tersebut.

        Awal bulan ini, Sterling menegur rekan-rekannya di Partai Republik, termasuk Trump karena tudingan kecurangan pemilu yang mereka buat telah menyebabkan sejumlah petugas pemilu menjadi sasaran intimidasi dan pembunuhan.

        Semua domain yang terkait dengan operasi ini, beserta dengan versi arsip mereka, telah cabut dari dunia maya.

        Sebagian besar akun media sosialnya juga telah ditarik. Namun, akun di media sosial VK dan Parler masih ada, kendati akun di Parler telah diatur menjadi akun privat.

        Joe Slowik, seorang peneliti keamanan senior di perusahaan DomainTools, mengatakan dalam sebuah unggahan blog bahwa rincian pendaftaran domain yang tersedia untuk umum disiapkan untuk menunjukkan seolah-olah operasi tersebut berasal dari Rusia.

        Namun, email yang terkait menggunakan domain "yandex.com" yang berorientasi global, bukan "yandex.ru" yang bahasa Rusia "yandex.ru".

        "Ini mungkin tidak langsung, atau dapat mendukung teori bahwa aktivitas tersebut mencoba untuk terlihat seperti tindakan yang dilakukan di Rusia, tetapi kurangnya keterampilan bahasa mendorong penggunaan situs com alih-alih ru yang berbahasa Rusia," tambah Slowik dalam pernyataannya lebih lanjut.

        Ini adalah kedua kalinya para pejabat AS mengaitkan Iran dengan upaya untuk ikut campur dalam pemilu tahun ini.

        Pada bulan Oktober, pejabat keamanan nasional mengatakan Iran bertanggung jawab dalam ancaman yang dikirim melalui email kepada pemilih Demokrat.

        Email tersebut tampaknya datang dari Proud Boys, kelompok sayap kanan pro-Trump, dan dimaksudkan untuk "menghasut kerusuhan", kata Direktur Intelijen Nasional John Ratcliffe.

        Iran membantah terlibat dalam email itu, dan sejauh ini belum mengomentari pernyataan FBI.

        Sementara itu, Twitter menghapus hampir 130 akun terkait dengan Iran yang berusaha untuk "mengganggu percakapan publik" selama debat presiden pertama.

        Beberapa akun mencuit mendukung Trump, sementara yang lain mendukung Joe Biden.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: