Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Bitcoin Sepadan dengan Apartemen Jakarta, Ternyata Ini 4 Faktor Pendorongnya!

        Harga Bitcoin Sepadan dengan Apartemen Jakarta, Ternyata Ini 4 Faktor Pendorongnya! Kredit Foto: Unsplash/André François McKenzie
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga Bitcoin meroket hingga Senin (28/12/2020) pagi. Bahkan, peningkatan harga koin kripto itu sudah melampaui 300% daripada harga pada Januari 2020--sekitar Rp90 juta-an.

        Berdasarkan pantauan Warta Ekonomi, harga 1 Bitcoin hampir menyentuh Rp400 juta pada Senin pukul 08.02 WIB. Nominal itu setara dengan harga properti apartemen di Jakarta!

        Kenaikan itu signifikan, mengingat Bitcoin hadir dengan harga di bawah 1 dolar AS (sekitar Rp14,2 ribu, kurs Senin ini) pada 2010. Mengutip Sindonews, CEO Indodax, Oscar Darmawan berpendapat, "Bitcoin kini jadi komoditas yang makin menarik dan secara harga sendiri 1 Bitcoin bagai punya 1 buah apartemen di Jakarta."

        Baca Juga: Daftar Harga Emas 24 Karat Per 28 Desember 2020: Bikin Silau Guys!

        Baca Juga: Natal Diprediksi Buat Harga Bitcoin Bergejolak, Ini Alasannya

        Di penghujung 2020 ini, performa Bitcoin pun kian baik. Sebab, per Desember 2020, peningkatan harganya hampir 2 kali lipat; dari Rp230 juta dan sempat menembus Rp400 juta.

        Padahal, awalnya prediksi pertumbuhan harga Bitcoin hanya mencapai 20 ribu dolar AS (sekitar Rp284,2 juta). Namun, sebelum tahun berganti, Bitcoin bahkan sudah sempat melampaui Rp400 juta.

        Faktor Kenaikan Harga Bitcoin

        1. Lonjakan Permintaan

        Apa penyebab di balik melejitnya harga Bitcoin? Pertama, karena adanya lonjakan permintaan, seperti dari perusahaan-perusahaan AS.

        Sebagai contoh, perusahaan asuransi Massachusetts Mutual Life Insurance yang memborong Bitcoin senilai 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,4 T). Ada pula Wall Street yang mengucurkan investasi Bitcoin setara 530 juta dolar AS (sekitar Rp7,5 T).

        Perusahaan teknologi MicroStrategy juga membeli Bitcoin dalam dua tahap, masing-masing bernilai 250 juta dolar AS (sekitar Rp3,6 T) dan 225 juta dolar AS (sekitar Rp3,2 juta).

        Menurut Oscar, "Permintaan masif itu berdampak cukup besar terhadap kenaikan harga (Bitcoin)."

        2, Kemudahan Pembelian

        Semakin mudahnya pembelian Bitcoin di dunia juga berperan terhadap kenaikan harga. Selain lewat perusahaan exchange, PayPal pun memiliki fitur transaksi Bitcoin.

        3. Bitcoin Aset Kripto dengan Valuasi Terbesar

        Investor menganggap Bitcoin sebagai aset kripto dengan valuasi terbesar, serta memiliki performa terbaik pada 2020. Penilaian mereka itu berlandaskan kinerja Bitcoin selama 10 tahun terakhir. Bahkan, di tengah COVID-19, harga Bitcoin justru melejit.

        "Kini, orang telah melihat fundamental Bitcoin yang terbukti dalam 10 tahun terakhir dan menjadi nilai lindung inflasi yang baik," imbuh Oscar.

        4. Permintaan Naik, Suplai Terbatas

        "Permintaan Bitcoin terus meningkat secara global, sedangkan suplainya terbatas sehingga harganya berpotensi akan terus naik secara jangka panjang," begitu menurut Oscar.

        Ia menambahkan, sejumlah perbankan dunia memprediksi Bitcoin akan melampaui harga Rp1 miliar per 1 koin. Jika itu terjadi, maka Bitcoin akan jadi salah satu komoditas investasi paling menguntungkan daripada yang lain--seperti deposito, logam mulia, saham, surat utang, hingga properti.

        Akan tetapi, yang perlu Anda ingat, investasi Bitcoin pun berisiko. Sebab, harganya juga berpotensi anjlok sewaktu-waktu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: