Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menganggap, peta kekuatan kandidat presiden 2024 sejatinya masih fluktuatif. Sederet nama tokoh yang dipotret dalam survei capres masih terlihat naik turun. Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan terlihat saling mengejar.
"Disusul dengan figur lain seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani, Tri Rismaharini, Erick Thohir, Airlangga Hartarto, Gatot Nurmantyo, dan lain-lain," tutur Karyono saat dihubungi, Senin (28/12/2020).
Menurutnya, dinamika politik masih panjang dan masih memungkin terjadinya volatilitas dalam konfigurasi Pilpres 2024. Misalnya, masuknya Sandiaga Uno dan Tri Rismaharini dalam kabinet pemerintahan juga berpotensi membuat ajang kontestasi politik 2024 semakin hangat.
Baca Juga: Diperintah Jokowi Fokus Garap 5 Destinasi Superprioritas, Sandi: Saya Langsung Gercep
Menurut dia, tidak dimungkiri, masuknya Sandi ke dalam kabinet pemerintahan telah menimbulkan pelbagai pendapat spekulatif yang mengarah pada agenda Pilpres 2024. "Lantas membandingkan pula dengan peluang AHY yang berada di luar pemerintahan," ujarnya.
Karyono menilai peta kekuatan Sandi dan AHY bisa dilihat dari data survei nasional yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Dari pelbagai hasil survei menunjukkan elektabilitas Sandiaga Uno sebelum menjadi menteri memang sudah cenderung di atas AHY.
Hal ini disebutnya wajar karena Sandi memiliki modal sosial sebagai mantan calon wakil presiden 2019 mendampingi Prabowo Subianto. Selain itu, dia pernah menjabat wakil gubernur mendampingi Anies Baswedan yang mengalahkan pasangan AHY-Sylviana Murni pada saat Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dengan menduduki posisi menteri, tentu Sandi memiliki peluang untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas. Tapi ini baru merupakan peluang. "Hasil akhirnya akan ditentukan kesuksesan kinerja Sandi dalam memimpin kementerian. Artinya, posisi menteri tidak otomatis dapat mendongkrak elektabilitas," papar dia.
Pun demikian, posisi AHY yang berada di luar pemerintahan bukan berarti otomatis "mati kutu", tidak bisa berbuat apa-apa. Posisinya sebagai oposisi sama-sama memiliki peluang untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas asalkan mampu mengkapitalisasi situasi dan kondisi yang ada.
"Bahkan, posisi sebagai oposisi memiliki peluang diuntungkan jika kinerja pemerintah jeblok, tidak memuaskan rakyat. Terlebih jika ada momentum krisis yang tak mampu diatasi justru bisa membawa keberuntungan bagi oposisi," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti