Sejumlah tokoh yang berada di luar garis pendukung Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) bisa mengambil limpahan basis dukungan yang sebelumnya mendukung Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu.
Sebab, belakangan ini tren elektabilitas Prabowo di sejumlah survei menurun. Prabowo yang pada Pilpres 2019 lalu menjadi ikon oposisi dan kini bergabung ke pemerintahan dinilai tidak konsisten sehingga berpotensi ditinggal pendukungnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, wajar jika elektabilitas Prabowo saat ini turun karena prabowo dinilai tidak konsisten sehingga memilih bergabung ke pemerintah sebagai Menteri Pertahanan.
Baca Juga: Ponakan Prabowo Dihujat Habis-habisan oleh Netizen: Tidak Tahu Terima Kasih
"Kalau hari ini (Prabowo) turun ya karena sudah tidak berada dalam segmen pemilih mayoritas yang kemarin (dalam Pilpres 2019) memilih dia, sebut saja inkonsistensi," katanya, Sabtu (2/1/2021).
Bahkan, kata Pangi, ketika banyak pendukung Prabowo dipenjara karena diduga melanggar UU ITE atau sebab lainnya, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan pun dinilai tidak berbuat apapun atau minimal menjembatani agar pemerintah agak lebih soft dalam menangani sejumlah kasus hukum yang menimpa para pendukung Prabowo.
"(Prabowo) tidak kelihatan untuk membantu orang-orang pendukung setia beliau yang sekarang masuk penjara. Kemudian, beliau sibuk dengan agenda beliau, ya wajar saja kalau elektabilitasnya terus turun, tidak akan naik," tuturnya.
Sebab, menurut Pangi, ceruk atau segmen pemilih Prabowo memang berbeda dengan ceruk suara pemilih Jokowi. Karena itu, ketika tren elektabilitas Prabowo menurun maka luberan suaranya bisa mengalir ke sejumlah tokoh yang dinilai konsisten dan sejauh ini tidak berada dalam jalur pendukung Jokowi atau pemerintahan sekarang.
"Tokoh-tokoh oposisi ini kalau mereka piawai memainkan sentimen populisme rakyat dan mengambil agenda-agenda rakyat dan konsisten di situ, ya tokoh-tokoh oposisi justru akan mendapatkan keuntungan seperti Anies (Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan), Jenderal Gatot (Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo) ataupun AHY (Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono)," katanya.
Tokoh-tokoh ini, kata Pangi, dianggap punya narasi dan cita-cita baru dan tidak dianggap sebagai bagian dari rezim pemerintahan sekarang. Pangi mengatakan, elektabilitas kandidat calon presiden maupun calon wakil presiden saat ini masih mungkin naik dan turun. Tokoh-tokoh yang bisa memainkan sentimen populisme dan mengartikulasikan, serta mengagregasikan kepentingan masyarakat maka berpotensi mendapatkan dukungan.
Baca Juga: Silang Sindir Mahfud MD Vs Andi Arief Bikin Gempar Jagat Maya
"Masyarakat akan menilai siapa yang konsisten berada di tengah masyarakat, membantu menyambung aspirasi atau penyambung lidah rakyat, yang berpihak pada kepentingan rakyat, tentu akan mendulang elektabilitas yang bagus, dan itu terbukti," katanya.
Hasil Survei nasional Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang dirilis pada 29 Desember 2020 lalu, Prabowo semakin ditinggal pendukungnya. Hanya sekitar 50% pemilih Gerindra pada Pileg 2019 yang akan memilih Prabowo seandainya Pilpres dilakukan sekarang. Dan hanya 39% pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 yang menyatakan akan memilih Prabowo seandainya Pilpres dilakukan sekarang. Karena itu, Prabowo dinilai sulit untuk sukses maju pada Pilpres 2024.
Bandingkan dengan survei pada Desember 2015, empat tahun menjelang pilpres 2019, survei menunjukkan bahwa suara dukungan terhadap Prabowo mencapai 23.9%. Survei SMRC juga menunjukkan bahwa dari massa pendukung Gerindra, terdapat 13% yang menyatakan memilih Anies Baswedan dan 14% memilih Sandiaga Uno bila pilpres dilakukan saat ini. Di kalangan mereka yang memilih Prabowo pada Pilpres 2019, 18% di antaranya akan memilih Anies sebagai Presiden seandainya Pilpres dilakukan saat ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti