Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Modifikasi Mesin J-20 Demi Saingi F-35 AS, Ternyata Ini yang China Lakukan

        Modifikasi Mesin J-20 Demi Saingi F-35 AS, Ternyata Ini yang China Lakukan Kredit Foto: Wikimedia Commons
        Warta Ekonomi, Beijing -

        China sedang memodifikasi mesin untuk pesawat jet tempur siluman J-20. Pesawat itu akan menggunakan mesin baru buatan dalam negeri agar kemampuannya bisabersaing dengan pesawat tempur siluman F-22 Raptor Amerika Serikat (AS).

        Orang dalam militer mengatakan kepada South China Morning Post bahwa para insinyur pesawat China menemukan mesin WS-10C buatan dalam negeri mereka. Itu adalah versi modifikasi dari mesin WS-10, yang sebaik mesin AL-31F Rusia. Pesawat J-20 pada awalnya memang menggunakan mesin AL-31F Rusia. 

        Baca Juga: Menlu China Bakal Lakukan Kunjungan Kerja ke Indonesia, Apa Misinya?

        "Tidak mungkin bagi China untuk bergantung pada mesin Rusia, karena Rusia meminta China untuk membeli lebih banyak jet tempur Su-35 dengan imbalan kesepakatan mesin AL-31F," kata orang dalam tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya.

        "Masalah utamanya adalah—kecuali keunggulan jangkauan tempurnya yang lebih jauh—radar, sistem navigasi dan komponen elektronik lainnya pada Su-35 lebih rendah daripada pesawat China seperti pesawat tempur J-16," katanya.

        China adalah pelanggan luar negeri pertama yang membeli pesawat Su-35 Rusia. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menghabiskan USD2,5 miliar untuk membeli 24 pesawat tempur multi-peran kursi tunggal kelas berat Sukhoi Su-35, dengan menerima pengiriman akhir pada akhir 2018.

        Sebuah foto yang diambil oleh para penggemar militer yang beredar online akhir tahun lalu menunjukkan prototipe pesawat tempur J-20 dengan mesin ganda tetapi dengan nomor seri baru "2021" dan tidak didukung oleh mesin Rusia.

        Foto yang beredar online itu menunjukkan China telah menghasilkan batch baru prototipe J-20 generasi kedua untuk uji penerbangan. Hal itu diungkap akun WeChat War Industry Black Technology oleh Quantum Defense Cloud yang berbasis di Shenzhen, sebuah perusahaan latar belakang militer. 

        Orang dalam militer China mengonfirmasi bahwa prototipe J-20 baru ditenagai oleh dua mesin WS-10C, tetapi mengatakan mesin yang dimodifikasi tetap menjadi pilihan sementara untuk J-20.

        "Penggunaan WS-10C untuk menggantikan mesin Rusia disebabkan oleh kegagalan WS-15 lolos evaluasi akhir pada 2019," kata orang dalam itu.

        "Angkatan Udara tidak senang dengan hasil akhir, menuntut teknisi mesin memodifikasinya sampai memenuhi semua standar, misalnya menyesuaikan mesin F119 yang digunakan oleh F-22 Raptor Amerika," ujarnya, yang dilansir Business Insider, Senin (11/1/2021).

        Pandemi COVID-19, kata orang dalam tersebut, telah memengaruhi pekerjaan modifikasi pada WS-15 dalam satu tahun terakhir.

        Versi modifikasi J-20B memasuki produksi massal pada Juni tahun lalu setelah Chengdu Aerospace Corporation (CAC), pengembang J-20, menyiapkan jalur produksi keempat pada 2019. Setiap lini memiliki kapasitas untuk membuat sekitar satu unit J -20 sebulan.

        Masih menurut orang dalam militer China, J-20 yang diproduksi secara massal masih akan dilengkapi dengan mesin Rusia karena pengujian WS-10C akan memakan waktu setidaknya satu tahun.

        Di awal penyebarannya ke Angkatan Udara China mulai 2017, J-20 menggunakan WS-10B, varian dari WS-10, sebagai mesin stopgap. WS-10B adalah versi modifikasi dari mesin WS-10 Taihang, yang dirancang untuk jet tempur J-10 dan J-11 generasi keempat negara itu.

        Insinyur China telah mengembangkan mesin turbofan WS-15 berdaya tinggi untuk J-20 sejak 2006, tetapi pekerjaan itu tertinggal. Ada beberapa masalah termasuk ledakan mesin selama uji operasi di darat pada tahun 2015.

        Di tengah meningkatnya tantangan keamanan yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat sejak Presiden Donald Trump menjabat pada tahun 2017, Beijing memutuskan untuk meluncurkan jet tempur siluman J-20 pertama negara itu ke layanan lebih cepat dari jadwal pada tahun 2017, karena Pentagon mulai mengerahkan jet tempur siluman F-35 generasi kelima ke Asia Pasifik.

        Pengamat militer yang berbasis di Makau, Antony Wong Tong, mengatakan penundaan peluncuran final WS-15 dapat memengaruhi pengembangan pesawat jangka panjang China.

        "J-20 perlu mempersingkat masa transisinya dan menerapkan WS-15 secepat mungkin karena AS diperkirakan akan mengirimkan pesawat generasi keenam mereka dalam waktu sekitar satu dekade," kata Wong.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: