Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Minat Minggat dari WhatsApp? 3 Aplikasi Ini Cocok Jadi Pengganti

        Minat Minggat dari WhatsApp? 3 Aplikasi Ini Cocok Jadi Pengganti Kredit Foto: SCMP/Chris Chang
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Aplikasi perpesanan WhatsApp tak dapat dipungkiri adalah aplikasi paling banyak digunakan untuk layanan pengiriman pesan dan telfon via daring hingga kini. Data Hootsuite/We Are Social menunjukan bahwa pengguna aktif bulanan (Monthly Active Users/MAU) WhatsApp sendiri secara total mencapai 2 milyar.

        Kini, WhatsApp kembali dirundung masalah mengenai perlindungan data pribadi penggunanya. Setelah pada penghujung tahun 2019, WhatsApp harus bersitegang dengan NSO Group dan spywarenya Pegasus, yang membuat penggunannya mempertanyakan keamanan dari perpesanan di bawah naungan Facebook. Inc ini, kini aturan baru yang terkesan dipaksakan kepada pengguna menjadi momok baru bagai aplikasi perpesanan terpopuler ini.

        Baca Juga: Ramai Privasi Data WhatsApp - Facebook, Kominfo Panggil WhatsApp Hari Ini

        Aturan baru yang membuat pengguna harus menyetujui pembagian data pengguna WhatsApp kepada induknya yakni Facebook memicu penolakan dari banyak pihak. Terlebih pada penekanan aturan ini yang membuat pengguna hanya bisa tetap menggunakan layanan WhatsApp secara penuh jika pengguna menyetujui aturan baru ini.

        Dengan banyaknya yang tidak setuju, bergaunglah kumandang untuk mengganti WhatsApp di media sosial. Aturan ini dituding menjadi pemicu kuat terjadinya gerakan untuk mengganti WhatsApp.

        Redaksi Warta Ekonomi telah merangkum aplikasi yang bisa menjadi alternatif perpesanan.

        1. Telegram

        Telegram menjadi salah satu pesaing kuat WhatsApp. Data Hootsuite menyebut Telegram memiliki setidaknya 400 juta pengguna aktif bulanan (MAU) yang tercatat pada Oktober 2020.

        Telegram terkenal dengan kerahasiaan data penggunannya. Di tahun 2017 Telegram memiliki sejarah tidak mengenakkan dengan pemerintah Indonesia.

        Telegram pernah diblokir dengan alasan terdapat banyak kanal-kanal dengan konten yang tidak sesuai dengan peraturan di Indonesia. CEO Telegram Pavel Durov pada waktu itu mengaku heran lantaran ia tidak pernah menerima permintaan atau protes dari pemerintah Indonesia.

        Pemblokiran Telegram mendapat simpati netizen Indonesia yang merasa Telegram memiliki sisi positif.

        Telegram dapat menjadi alternatif lain dalam perpesanan. Telegram memiliki tampilan antar muka yang tidak rumit, serta fitur pencarian kontak dalam berdasarkan lokasi geografis.

        2. LINE

        Line adalah salah satu media perpesanan yang cukup populer karena stickernya. Line sendiri mengalami masa-masa emas di Indonesia di tahun sebelumnya. Laporan perusahaan mencatat ada sekitar 38 juta pengguna aktif bulanan (MAU) di Indonesia.

        Sayangnya, jumlah ini terus menurun hingga 13 juta MAU di kuartal ketiga 2020. Indonesia sendiri menjadi bagian dari pasar kunci bagi Line bersama dengan Jepang, Thailand, dan Taiwan.

        Jepang masih menjadi penyumbang besar MAU bagi media sosial ini. Line memiliki popularitas yang cukup dikenal di Indonesia, dan sudah cukup lama Line juga menjadi layanan perpesanan yang digunakan masyarakat Indonesia baik sebagai alternatif maupun utama.

        3. Signal

        Signal sendiri bukan nama yang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Signal merupakan aplikasi perpesanan yang dibuat oleh pendiri dari WhatsApp yakni Brian Acton.

        Yang membuat Signal berbeda dari WhatsApp adalah tujuan dari aplikasi sendiri. Acton dan pendiri Facebook, Mark Zuckeberg bersitegang perihal masa depan WhatsApp yang mengakibatkan Acton keluar dari Facebook pada 2017.

        Setahun kemudian Acton mendirikan Signal, yang kebetulan bersamaan dengan skandal Cambridge Analytics yang menimpa Facebook.

        Signal baru terdengar beberapa minggu belakangan karena CEO Tesla Elon Musk mendukung orang-orang untuk menggunakan Signal. Musk menyarankan hal tersebut setelah WhatsApp memperbarui kebijakan privasi mereka yang memaksa pengguna untuk setuju jika tetap ingin menggunakan layanannya.

        Selain Musk, CEO Twitter Jack Dorsey juga menyarankan hal yang sama.

        Signal memiliki tampilan yang tidak rumit, dan fitur seperti penghancuran pesan otomatis, dan screen security yang membuat pengguna atau lawan bicara tidak bisa mengambil screenshot.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: