Mendengar Pesan Perdana Trump Usai Dimakzulkan DPR: Tidak Ada Pendukung Sejati...
Presiden Donald Trump merilis video pada Rabu malam waktu setempat pasca DPR Amerika Serikat (AS) memutuskan memakzulkannya untuk kedua kali. Dalam pesannya, Trump mengimbau agar pendukungnya tetap tenang dengan mengatakan bahwa pendukung sejatinya tidak akan melakukan kekerasan politik.
"Kekerasan massa bertentangan dengan semua yang saya yakini dan semua yang diperjuangkan oleh gerakan kami," kata Trump dalam pesannya dari Oval Office.
Baca Juga: Resmi Dimakzulkan, Donald Trump Catat Rekor Presiden yang Digulingkan 2 Kali
"Tidak ada pendukung sejati saya yang bisa mendukung kekerasan politik," imbuhnya.
"Tidak ada pendukung sejati saya yang dapat meremehkan penegakan hukum atau bendera Amerika kami yang besar. Tidak ada pendukung sejati saya yang dapat mengancam atau melecehkan sesama orang Amerika. Jika Anda melakukan salah satu dari hal-hal ini, Anda tidak mendukung gerakan kami. Anda menyerangnya. dan Anda menyerang negara kami. Kami tidak bisa mentolerirnya," tegasnya seperti dikutip dari Fox News, Kamis (14/1/2021).
Pernyataannya diposting akun Twitter Gedung Putih hanya beberapa jam setelah 10 anggota Partai Republik bergabung dengan Partai Demokrat dalam memakzulkan presiden. Akun pribadi Trump sendiri telah diblokir oleh Twitter.
Dalam pesan videonya, Trump juga mendesak pengikut dan perusahaan teknologi untuk menghindari mengobarkan ketegangan yang mencengkeram warga Amerika di hari-hari terakhir masa jabatannya.
Setelah peristiwa pekan lalu, daftar platform media sosial yang melarang presiden semakin panjang.
Twitter secara khusus melarangnya setelah dia mengatakan tentang kerusuhan tersebut:
"Ini adalah hal-hal dan peristiwa yang terjadi ketika kemenangan pemilu yang sakral longsor begitu begitu saja & dengan kejam dilucuti dari para patriot hebat yang telah diperlakukan dengan buruk & tidak adil begitu lama. Pulanglah bersama cinta & dalam damai. Ingat hari ini selamanya!"
Raksasa media sosial itu juga mengatakan telah menghapus lebih dari 70.000 akun yang terkait dengan QA, sementara Facebook memblokir konten yang berisi frasa "Hentikan Pencurian".
Amazon menghentikan hosting Parler, situs alternatif untuk Twitter yang condong ke gerakan kelompok kanan. Parler juga dihapus dari Apple Store dan Google Play.
"Upaya untuk menyensor, membatalkan, dan memasukkan warga negara kita ke dalam daftar hitam salah dan berbahaya," kata Trump.
"Yang dibutuhkan sekarang adalah kita mendengarkan satu sama lain, bukan untuk membungkam satu sama lain," imbaunya.
Baik Partai Demokrat dan Partai Republik mendakwa Trump telah menghasut kekerasan lewat pernyataan yang dibuatnya sebelum kerusuhan.
Meskipun Trump secara umum menyerukan protes damai, serangan itu terjadi segera setelah dia berbicara dari Ellipse di dekat Gedung Putih.
Ia memberi tahu kerumunan pendukungnya untuk terus menantang hasil pemilu 2020 yang memberi kemenangan kepada Presiden terpilih Joe Biden dan melakukan pertarungan di Capitol.
"Aku tahu semua orang di sini akan segera berbaris ke gedung Capitol untuk membuat suaramu didengar secara damai dan patriotik," ujarnya.
Para perusuh terlihat dengan spanduk pro-Trump. Setidaknya lima orang tewas terkait dengan kerusuhan tersebut.
Hanya beberapa hari sebelum pelantikan Biden, yang dijadwalkan pada 20 Januari, FBI dilaporkan memperingatkan bahwa aksi protes bersenjata direncanakan di semua 50 Ibu Kota negara bagian.
"Mengingat laporan lebih banyak demonstrasi, saya mendesak bahwa tidak boleh ada kekerasan, tidak ada pelanggaran hukum, dan tidak ada vandalisme dalam bentuk apa pun," kata Trump kepada Fox News sebelumnya.
"Bukan itu yang saya perjuangkan dan bukan itu yang diperjuangkan Amerika. Saya meminta semua orang Amerika untuk membantu meredakan ketegangan dan menenangkan emosi. Terima kasih," imbaunya.
Dia mencatat bahwa badan federal diarahkan untuk mencegah kekerasan sementara ribuan anggota Garda Nasional dipanggil untuk melindungi ibu kota negara dan memastikan bahwa transisi pemerintahan dapat terjadi dengan aman dan tanpa insiden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto