Pandemi Covid-19 dinilai berperan mendorong pertumbuhan ekonomi dan bisnis digital pada 2020. Pertumbuhan ini pun diperkirakan berlanjut pada 2021.
Dalam webinar bertema “Indonesia Digital Economy & Business Outlook 2021” yang digelar Digital Banking Institute (DBI), Selasa (19/1/2021), Pengamat Keuangan Digital Acuviarta Kartabi mengatakan, pandemi covid-19 telah mengakselerasi digitalisasi di sektor jasa keuangan seiring dengan bergesernya gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang semakin erat dengan penggunaan teknologi, termasuk ekspektasi terhadap produk dan jasa keuangan. Baca Juga: Lanjutkan Digitalisasi SPBU, Pertamina Kembangkan Sistem Baru
Menurut Acuviarta, perkembangan keuangan digital di 2020 telah terlihat dari indikator meningkatnya transaksi mobile banking, top-up e-wallet, dan transaksi e-commerce. Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin meningkat pada 2021 bersamaan dengan terjadinya fenomena work from home dan bentuk-bentuk lain dari upaya pengentasan pandemik yang berdampak menurunnya mobilitas masyarakat secara offline karena protokol kesehatan yang mengharuskan jaga jarak.
Pertumbuhan di tengah pandemi covid-19 juga masih terlihat pada industri perbankan walaupun tidak signifikan. Menurut Chief Digital Banking DBI, Bambang Setiawan, transformasi digital banking menjadi keniscayaan yang disadari sepenuhnya oleh industri perbankan, namun rendahnya kapabilitas digital dan dana investasi menyebabkan menghambat transformasi digital ini. Meski demikian, Bambang meyakini tahun ini justru akan menjadi titik tolak bagi industri perbankan untuk tumbuh lebih baik. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kolaborasi antara fintech dengan perbankan.
Sementara itu, Pengamat bisnis digital, Sunu Widianto, mengatakan e-commerce telah menjadi primadona pada 2020 dan diperkirakan akan meningkat transaksinya pada 2021. Begitu juga dengan sektor telekomunikasi, digital services dan cyber security, pendidikan, dan kesehatan. Meski demikian, Sunu melihat di sektor otomotif dan properti masih lamban di 2021. UMKM dan usaha bisnis yang tidak mampu beradaptasi, kemungkinan bisa semakin tertinggal di 2021 karena itu perlu dibantu dlm percepatan digitalisasi baik permodalan maupun sarana menjual produk/jasanya. Sektor kesehatan dan pendidikan perlu lebih ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi AI.
Untuk itu, berkolaborasi dengan berbagai pihak dinilai menjadi kunci utama dalam mempertahankan bisnis pada tahun ini. Pemerintah dan BUMN dinilai perlu melakukan pendampingan agar UMKM bisa berkembang, salah satunya dapat memanfaatkan marketplace/e-commerce media sosial, atau platform digital lainnya. Pemerintah juga perlu menyiapkan pengembangan SDM atau talenta digital dengan jumlah dan kualitas yang memadai dan berkelanjutan.
Executive Chairman DBI, Bari Arijono mengatakan, keahlian digital yang harus dikuasai di 2021 adalah cybersecurity, teknologi digital, digital marketing, komunikasi & leadership. Yang menjadi fokus dan orientasinya adalah inovasi produk dan jasa yang berorientasi pada pengalaman pelanggan dimana keuangan serta pembayaran digital menjadi keharusan berbasiskan QRIS.
Di sisi lain, Chief Economist DBI, Aldrin Herwany menyarankan agar Pemerintah bisa lebih fokus memulihkan sektor Kesehatan di tahun ini. Jika tidak, opportunity cost dinilai akan terus meningkat untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan biaya penanggulangan lainnya. Selain itu, lamanya penanganan dampak pandemi covid-19 ini membuat Indonesia kehilangan opportunity investment.
"Mestinya kalau kita lebih cepat menanggulangi sektor Kesehatan. maka lebih cepat juga kita mendapatkan opportunity atau kesempatan orang untuk berinvestasi di Indonesia," ujar Aldrin.
Menurut Aldrin, situasi pandemi covid-19 yang berlarut larut ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin terkontraksi. Oleh karena itu diperlukan ketegasan dalam hal pemilihan-pemilihan prioritas.
Dan dalam kesempatan diskusi panel, Senior Ekonom INDEF Aviliani menyatakan pelaku UMKM perlu memanfaatkan program restrukturisasi kredit tidak hanya untuk sekedar bertahan di tengah pandemi saja, melainkan untuk berubah dan berkolaborasi seperti halnya Gojek yang berinvestasi di Bank Jago untuk memperluas ekosistem dan akses masyarakat terhadap layanan perbankan digital.
Demikian pula dengan fintek perlu berkoalisi dengan bank konvensional untuk mendapatkan dana murah sekaligus meningkatkan customer experience secara keseluruhan. Jadi kesimpulannya kesiapan SDM Digital menjadi isu sentral, pengembangan dan pendidikan menjadi salah satu kunci menghadapi persaingan kedepan, pemanfaatan teknologi digital harus bisa bermanfaat untuk masyarakat luas, menumbuhkan ekonomi, bisnis, keuangan dan perbankan digital sehingga masyarakat digital yang sehat dan maju bisa diwujudkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: