Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyampaikan pentingnya peran biodiesel dalam memperkuat ketahanan energi nasional. Hal ini disampaikan saat menghadiri IRENA 11th Session Assembly pada sesi Renewables and Pathway to Carbon Neutrality–Innovation, Green Hydrogen and Socioeconomic Policies yang berlangsung secara virtual.
Seperti diketahui sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan mandatori B30 dan terus dikembangkan menjadi B40. Menteri Arifin menjelaskan bahwa implementasi program B40 dan B50 saat ini sedang dalam tahap pengkajian komprehensif.
Baca Juga: 2 Tahun Terakhir, Implementasi Biodiesel Hemat Devisa US$10 Miliar
"Implementasi program B40 dan B50 saat ini sedang dalam tahap pengkajian komprehensif mengenai komposisi campurannya, evaluasi ekonomi yang juga mencakup kesiapan, bahan baku dan infrastruktur pendukungnya. Uji jalan B40 akan dilanjutkan dengan uji coba pada pembangkit listrik tenaga diesel yang sudah ada," kata Arifin dalam keterangan resminya, Senin (25/1/2021).
Terkait upaya peningkatan penyediaan bahan baku biodiesel, Arifin mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia tengah berupaya mengembangkan berbagai bahan baku dari sumber daya alam domestik lainnya dengan disertai minimalisasi pembukaan lahan/hutan.
"Kementerian ESDM bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk menggunakan lahan reklamasi/pasca tambang dan mengupayakan tanaman yang cocok berdasarkan kondisi lahan dan iklim," jelasnya.
Hingga tahun 2020, realisasi pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan domestik sebesar 8,46 juta kiloliter. Pemanfaatan biodiesel ini berdampak pada penghematan devisa sebesar Rp38,31 triliun yang berdasarkan perhitungan menggunakan rata-rata MOPS solar 2020 sebesar US$50/BBL dengan kurs Rp14.400 per dolar Amerika Serikat.
Tidak hanya itu, Arifin juga menyampaikan beberapa inovasi Indonesia menuju neutralitas karbon melalui co-firing PLTU, pemanfaatan Refuse Derived Fuel (RDF), penggantian diesel dengan pembangkit listrik energi terbarukan berbasis hayati, pemanfaatan non-listrik/non-fossil fuel seperti briket dan pengeringan hasil pertanian dan biogas.
Pemerintah bersama BUMN (Pertamina) tengah mengembangkan Green Refineries untuk memproduksi Green Diesel, Green Gasoline, dan Green Avtur. Arifin juga menuturkan pada Juli 2020 lalu, Pertamina telah memproduksi D100 di kilang Dumai dengan kapasitas awal 1.000 barel per hari.
Di sisi lain, pemerintah akan menyiapkan dukungan regulasi, insentif dan infrastruktur pendukung, termasuk mendorong pengembangan industri pendukung. Di samping pengembangan CPO Hidrogenasi, Demo Pabrik Mandiri Diesel Hijau juga tengah dalam tahap pengembangan yang diharapkan dapat diuji coba dan diuji produknya pada Desember 2021 mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum