Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa selain Filipina, Uni Eropa (UE) juga mengganggu produk ekspor Indonesia. UE melakukan tuntutan ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) atas ekspor bijih nikel.
"Eropa mengganggu kita. Saya bilang masalahnya bukan karena nikelnya karena mereka cuma beli nikel dari kita kecil sekali, tidak sampai 2%," kata Lutfi dalam webinar , Rabu (27/1/2021).
Baca Juga: Lawan! Indonesia Siap Hadapi Uni Eropa Soal Sengketa Nikel
Lutfi menjelaskan, yang dipermasalah UE bukan karena biji nikelnya, tetapi karena Indonesia sudah mengekspor barang jadi bukan barang mentah lagi. "Mereka ketakutan, kita ini mestinya mengekspor barang mentah. Namun, kita sudah berubah menjadi barang industri," jelasnya.
Dia menegaskan bahwa masalah-masalah seperti ini, pemerintah akan tetap meladeni tuntutan tersebut. Sebab hal ini merupakan bagian dari perdagangan. "Sekarang kita dituntut di Eropa, ya kita ladeni karena memang masalah sengketa itu adalah hal yang biasa kita mesti hadapi," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa industri di Indonesia akan terus dikembangkan. Hal tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kita ketahui, banyak negara lain tidak suka Indonesia memiliki industri yang kuat. Apabila ada negara lain yang mempersoalkan, ya kita lawan saja," ujar dia pada acara diskusi RCEP.
Seperti dalam pengembangan industri bahan baku logam misalnya, ekspor nikel ore dari Indonesia saat ini sudah dihentikan.
"Kami siap menghadapi keluhan negara Uni Eropa (UE) yang telah mengadukan terkait pembatasan ekspor tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pak Presiden Jokowi menyatakan ini nikel barang kita, kita yang atur ekspor. Jadi kalau dilawan ya harus menang," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: