Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Agar Untung Maksimal, Raditya Dika Bagikan Cara Investasi yang Benar dengan Nominal Besar!

        Agar Untung Maksimal, Raditya Dika Bagikan Cara Investasi yang Benar dengan Nominal Besar! Kredit Foto: Instagram/anissaaziza
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Youtuber Raditya Dika kembali memberikan ilmu cara membeli saham setelah sebelumnya mengajari sang adik, Edgar untuk membeli saham bersama dengan Rivan Kurniawan, seorang investor yang juga analis saham.

        Radit mengingatkan semakin banyak saham yang dibeli, maka akan semakin banyak 'PR' bagi diri kita sendiri yaitu mempelajari lebih dalam soal perusahaan yang sahamnya telah dibeli. Hal ini karena semakin besar saham yang kita beli, semakin besar pula risikonya.

        Rivan Kurniawan mengungkap PR pertama yang harus kita lakukan usai membeli saham yaitu mempelajari seluk beluk tentang perusahaan yang dibagi lagi menjadi kuantitatif dan kualitatif.

        Baca Juga: Masih Bingung Atur Keuangan? Begini Cara Atur Uang bagi Pemula Ala Raditya Dika!

        Kuantitatif yaitu ketika kita mempelajari laporan keuangan mereka, bagaimana kinerja keuangannya, apakah arus kas positif, apakah harga sahamnya masih masuk akal dan apakah utang perusahaan juga masih masuk akal.

        Sementara kualitatif yaitu siapa saja di balik manajemen di perusahaan tersebut, apakah latar belakang mereka bisa dipercaya atau tidak karena ada juga manajemen perusahaan yang juga kurang baik.

        Kemudian, dari segi kualitatif juga bisa dipelajari apa rencana dan prospek perusahaan, bagus atau tidak. Pasalnya, hal-hal ini harus dilakukan jika ingin berinvestasi lebih besar lagi.

        Lebih lanjut, dari semua laporan keuangan yang bisa diakses di laman Bursa Efek Indonesia (idx), cara membaca laporan keuangan itu yakni harus bisa menjawab 4 (empat) pertanyaan besar ini yaitu:

        1. Apakah profitabilitas perusahaan bertumbuh atau tidak seiring berjalannya waktu?

        2. Apakah utang perusahaan bisa tercover oleh modal perusahaan? Jangan sampai ada perusahaan yang punya utang Rp100 miliar, tetapi modal mereka hanya Rp50 miliar. Hal ini karena sudah ada 70 perusahaan yang keluar dari bursa karena pailit.

        3. Apakah arus kas perusahaan positif atau tidak? Arus kas ini harus melihat bagaimana uang kas masuk dan kas keluar perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang uang kas masuknya lebih banyak dari uang kas keluar.

        4. Apakah harga saham saat ini masih masuk akal untuk kita membayarkan saham tersebut? Ketika semua aspek bagus tetapi harga sahamnya sangat mahal, maka akan berisiko harga saham menurun.

        Selanjutnya, untuk mengetahui kualitas perusahaan melalui manajemennya, dapat dilihat di website Bursa Efek Indonesia (idx) melalui laporan tahunan (annual report). Dalam laporan tahunan ini dijelaskan sejarah perusahaan, jenis bisnis yang dijalani, profil manajemen dan latar belakangnya, strategi perusahaan kedepannya, dan lain sebagainya.

        Lalu, bisa juga dilihat di public expose yang dirilis di pertengahan tahun. Pada saat public expose, semua investor boleh menghadiri public expose tersebut yakni saat pihak manajemen mempresentasikan pencapaian-pencapaian mereka dan apa strategi perusahaan kedepannya. Investor pun diperbolehkan mengajukan pertanyaan.

        Lebih lanjut, Raditya Dika bertanya, bagaimana cara menghadapi orang-orang yang merekomendasikan suatu saham kepada kita. Rivan pun menjawab agar kita tidak menelan mentah-mentah informasi tersebut karena kita tak pernah tahu ada apa di balik informasi itu, bisa jadi ada kepentingan tertentu yang kita tak tahu.

        Karena itulah saat kita mendengar suatu saham bagus, lakukanlah hal-hal yang sudah disebutkan yakni mengecek seluk beluk perusahaan, membuka laporan keuangan dan melihat bagaimana manajemen perusahaan.

        Jika memang prospek kedepannya bagus, bisa menjadi bahan pertimbangan, tetapi jangan sampai mengesampingkan valuasi perusahaan. Jika harga saham perusahaan tersebut sudah terlalu tinggi, maka akan berisiko jatuh. Jangan sampai kita malah rugi.

        Jika ingin menjual rugi saham untuk trading, maka normalnya berada di angka -5% atau -4%, sementara untuk investasi, jika saham perusahaan sedang menurun ia tak akan jual rugi asalkan yakin perusahaan tersebut memang memiliki prospek yang baik. Malahan, ketika suatu saham sedang turun dan prospek perusahaan baik, investor justru akan menambah sahamnya. Hal ini karena ketika saham berangsur naik, ia akan memperoleh keuntungan.

        Raditya Dika sendiri telah mengalami hal serupa, ketika suatu perusahaan bagus sahamnya menurun, justru Radit membeli saham tersebut lebih banyak lagi. Dan hari ini, Radit hanya tinggal menikmati hasilnya. Karena itulah Radit mengingatkan agar kita harus tahu terlebih dahulu apa yang sedang kita beli.

        Sementara itu, untuk menyikapi sentimen suatu saham yang tiba-tiba naik hingga puluhan persen, harus berhati-hati. Ibaratnya ketinggalan satu kereta, kita lebih baik menunggu kereta berikutnya agar aman. Hal ini karena ketika kita hendak mengejar kereta yang tertinggal, akan ada kemungkinan kita untuk terjatuh dan lain sebagainya. Karena itu, lebih baik menunggu kereta berikutnya.

        Untuk diketahui, value trap adalah ketika kita menemukan sebuah saham yang terlihat seolah-olah murah padahal tidak semurah itu.

        Bisa jadi, sebuah perusahaan labanya naik karena jual aset atau lain sebagainya. Namun, investor tidak menganggap penjualan aset sebagai pemasukan perusahaan. Pemasukan perusahaan harus dari kegiatan operasional mereka.

        Lalu, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dapat turun jika ada sentimen atau 'efek kejut' dari sebuah kebijakan pemerintah. Jadi, seorang investor harus selalu terbuka dan up to date dengan informasi.

        Lebih lanjut, Edgar bertanya apakah perusahaan yang baru melantai bursa boleh langsung dibeli sahamnya atau harus menunggu satu tahun terlebih dahulu?

        Rivan menjawab biasanya investor masih agak menjauh dari perusahaan yang baru IPO (Initial Public Offering) karena belum tau laporan keuangan mereka seperti apa, kinerja perusahaan seperti apa dan bagaimana pengelolaan manajemen mereka. Sekalipun laporan-laporan tersebut ada, tetapi belum diaudit sehingga masih belum dapat diakui keasliannya.

        Untuk diketahui, trading juga sangat berpengaruh pada harga suatu saham karena volume perdagangan akan meningkat. Rivan sendiri tidak menyarankan trading karena risikonya justru semakin besar. Semakin pendek suatu investasi, risikonya semakin membesar. Sementara, semakin panjang suatu investasi, risikonya justru semakin kecil.

        Adapun fondasi dasar dari seorang investor itu terletak di mindset dan psikologinya terlebih dahulu dalam memahami psikologi pasar. Hal ini bisa didapatkan melalui membaca buku, ikut kelas, atau apapun yang bermanfaat untuk diri kita. Jadi, PR bagi setiap investor adalah memperdalam ilmu sambil dipraktikkan agar hasilnya terlihat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: