Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lumbung Pangan Terancam Gagal, Prabowo Dicari-cari

        Lumbung Pangan Terancam Gagal, Prabowo Dicari-cari Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Proyek lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dibangga-banggakan Presiden Jokowi, tidak berjalan mulus. Proyek yang dikoordinasi oleh Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dikabarkan gagal panen.

        Proyek lumbung pangan di Kalteng sudah dicanangkan Jokowi, sejak Juli tahun lalu. Saat itu, Jokowi bersama Prabowo dan Syahrul Yasin Limpo mengunjungi langsung lokasi yang bakal dijadikan tempat menanam padi dan singkong. Lahan yang dipakai untuk lumbung pangan ini mencapai 60 ribu hektar. Sebagian ditanami singkong, sebagian lagi ditanam padi.

        Setelah 6 bulan proses cocok tanam berlangsung, harusnya bulan ini waktunya melakukan panen. Meskipun berhasil panen, namun hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan. Gabah kering yang dihasilkan tiap hektar sawah yang ditanam, hanya mampu menghasilkan 2 ton saja. Padahal targetnya, tiap hektar menghasilkan 4-5 ton gabah kering.

        Baca Juga: Isu Kudeta Senjata Makan Tuan, AHY Terancam Benar-benar Terjungkal

        Kegagalan ini diakui oleh sejumlah petani di Pulau Pisau, Kalteng. Penyebab kegagalan, yakni proses penanaman yang dilakukan lebih cepat dari jadwal. Selain itu, bibit padi yang disediakan pemerintah dianggap tidak cocok untuk kultur tanah di daerah tersebut.

        Tidak tercapainya target panen ini, juga dibenarkan oleh sejumlah politisi di Senayan. Anggota Komisi IV DPR, Endro Hermono mengakui, mendapatkan informasi hasil produksi di lahan food estate di Kalteng alami penyusutan.

        “Kami dapat informasi, bahwa produksi food estate Kalimantan Tengah tidak sesuai dengan yang diharapkan, malah terjadi penurunan produktivitas dibandingkan dengan sebelum program food estate,” ungkap legislator Gerindra ini.

        Hal senada juga disampaikan anggota Komisi IV DPR, Julie Sutrisno Laiskodat. Kata dia, sejumlah petani di salah satu kawasan food estate mengeluhkan produksinya yang justru turun. Info yang dia terima, hal itu karena perubahan pola tanam mengikuti anjuran pemerintah.

        “Sebelumnya 2 kali menjadi 3 kali dalam setahun. Sehingga tidak sesuai dengan kebiasaan petani setempat, dan mengakibatkan panen mereka tidak maksimal,” ungkap politikus Nasdem itu.

        Wakil Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi menyebut, program food estate telah memakan banyak anggaran. Progresnya harus diawasi dengan baik. Misalnya, terkait potensi keberhasilan dan tingkat produksi, termasuk risiko kegagalan guna dilakukan mitigasi dan evaluasi.

        “Perlu penjelasan yang komprehensif terkait food estate yang merupakan pilot project pengelolan pertanian berbasis teknologi dan guru bagi perkembangan pertanian di daerah lain. Karena di situ ada alokasi anggaran yang cukup besar. Jadi, harus betul-betul dapat perhatian secara khusus,” beber legislator Golkar itu.

        Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengakui, target 3 kali tanam yang diminta Kementerian Pertanian kurang tepat. Karena biasanya, petani di sana hanya 2 kali tanam. Sekali tanam jika menggunakan bibit lokal.

        Dalam persoalan ini, Dwi menyebut ada dua faktor. Pertama, iklim. Kedua, varietas.

        Dwi menuding, kegagalan ini masih ada kaitannya dengan Prabowo. Sebab, penunjukan Menteri Pertahanan sebagai penanggung jawab food estate kurang tepat. Sebaiknya, untuk urusan pertanian harus diserahkan kepada ahlinya. Dengan begitu, kebijakan yang diambil tidak meleset.

        Soal lahan, sudah bagus. Karena lahan yang ditanami bukan lahan gambut 1 juta hektar. Melainkan lahan transmigrasi tahun 80-an. Sawahnya sudah tercetak dengan baik, begitu juga irigasinya. Selain Prabowo, peran krusial juga ada di Kementan.

        “Bibit menjadi faktor kunci. Bibit unggul perlu asupan pupuk untuk mendukung perkembangan. Selama asupannya terpenuhi, masalah kedua muncul, yakni iklim. Ketiga hama. Jadi tiga faktor ini yang perlu dikelola dengan baik,” pesan pria yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI).

        Apa tanggapan Kemenhan? Sayangnya, Prabowo belum bersuara soal kondisi food estate di Kalteng. Rakyat Merdeka coba mengonfirmasi melalui juru bicaranya Dahnil Anzar Simanjuntak.

        Namun, sampai semalam, telepon dan pesan singkat WhatsApp belum mendapatkan tanggapan. Namun, pihak Kementerian Pertanian justru membantah kabar tersebut. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengklaim, program nasional food estate di Pulang Pisau Kalteng sudah memasuki masa panen. Hasilnya, bisa mencapai 6,4 ton per hektare.

        “Ada beberapa testimoni dari beberapa petani, provitas hasil panen di lokasi panen sekarang itu antara 5,6 ton sampai 6,4 ton per hektare, dari rata- rata 3 ton sampai 4 ton per hektare,” jelasnya.

        Sarwo merinci, luas lahan food estate di Pulang Pisau mencapai 10 ribu hektar. Namun hingga saat ini yang berhasil ditanami sekitar 9.700 hektar. Artinya, masih ada sekitar 370 hektar yang belum ditanami. Lahan yang belum ditanami tersebut lantaran ada sebagian lahan yang tergenang air serta kebiasaan masyarakat yang baru melakukan tanam di Februari dan Maret.

        Bukan cuma itu. Lahan di sana juga mengalami serangan hama tikus. Karenanya, lahan tersebut dipanen lebih awal. Sayangnya, Edhy belum memiliki data berapa banyak lahan yang terkena hama.

        “Belum kami monitor, penjelasan dari Kepala BPTP setelah kunjungan ke sana dengan Kepala Dinas Pertanian Provinsi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, itu bahwa ada petani yang lahan kena tikus, daripada habis langsung dipanen,” pungkasnya.

        Baca Juga: Jokowi Dituduh-tuduh, DS Kasih Balasan Nyelekit: Ngapain Kudeta Demokrat, 2024 Juga Habis Sendiri

        Di dunia maya, kegagalan proyek lumbung pangan jadi sorotan warga dunia. “Widih. Apa sebutannya ini? Ditolak alam?” sindir @NurlelySiregar. “Ini mah parah, padahal udah @jokowi dan @prabowo yang turun langsung ke lapangan,” timpal akun @Alifkamal_.

        Ada juga yang nyalahin penunjukan Prabowo. “Ora ahlinya ko mas. Jelas gagal,” cuit @Aris94718384. Nama baik Prabowo pun bisa tercoreng. “Gagal maning, gagal maning,” sindir @ZulkifliLubis69. “Selain gagal panen...om gebrak meja ini pun nggak jelas mau beli pesawat apa...pertahanan udara kita paling lemah...prajurit hebat diberi jet rongsokan,” sindir akun @folower_ulama.

        “Kalau singkong, gimana pak jenderal singkong?” samber @ArdiSiniAAja. “Kan masih ada singkong, kapan ditanam?” pungkas @tanya_napa. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: