Dewi Tanjung Bongkar Aksi AHY Ikuti Trik Terzolimi Ala SBY, Jenggot AHY Juga Disebut-sebut
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dewi Tanjung menyatakan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak mempunyai potongan sebagai seorang pemimpin. Bahkan, saat AHY memanjangkan jenggotnya.
Hal tersebut dikatakan sekaligus mengomentari tudingan kudeta Partai Demokrat yang digaungkan AHY. Karena hal itu, ia pun menilai AHY memakai trik terzolimi seperti yang dilakukan sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004 silam.
"Tapi sekali lagi walau AHY pakai jenggot lima meter tapi dia tidak punya aura pemimpin, walaupun dia pernah jadi tentara dan berpangkat mayor," katanya dalam akun Twitter pribadi @Dtanjung15 seperti dilihat di Jakarta, Sabtu (6/2/2021).
Baca Juga: Bilangnya Moeldoko Ditegur Jokowi, Anak Buah AHY Habis Diperas Nasdem: Salahnya Moeldoko Apa?
"Trik merasa terzolimi yang dilakukan oleh SBY saat Pilpres 2004 dipakai oleh AHY untuk menarik simpati masyarakat," ujarnya.
Namun sayangnya, menurut Dewi, trik terzolimi AHY gagal total. Bahkan, ia menyuruh AHY untuk menjadi Ketua RT sebelum menjadi Ketum Partai.
"AHY suruh jadi RT dulu deh baru jadi ketum partai. Biar belajar berorganisasi dan belajar pintar biar enggak salah artikan kisruh sama kudeta. Apa perlu nyai yang ajarin nih cara bermanuver dan berorganisasi yang baik?" katanya.
Beberapa pihak memang menuding isu kudeta merupakan manuver politik yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab meyakini SBY mulai panik lantaran elektabilitas putra kesayangannya itu tak kunjung meningkat alias belum moncer di papan survei.
Analis politik asal UIN Jakarta itu menilai, kepanikan itu terlihat karena SBY menyadari berbagai momentum politik ke depan juga cukup berat. Isu normalisasi Pilkada Serentak yang tadinya mendapat dukungan mayoritas parpol tiba-tiba berubah arah menjadi pukulan bagi 'Demokrat' karena dinilai menutup jalan bagi AHY untuk membuktikan diri.
"Momentum Pilkada Serentak, khususnya DKI sebetulnya adalah ajang bagi AHY sebelum melenggang ke Pilpres 2024. Namun, momen itu mendapat hadangan sehingga kemungkinan besar Pilkada digelar setelah Pilpres 2024," ujarnya.
Fadhli mengatakan Demokrat mulai memainkan strategi lain untuk dapat meraih simpati masyarakat melalui isu "intimidasi" di internalnya. Fadhli menganggap, isu ini mengingatkan pola playing victim yang dinilai ampuh untuk merengkuh citra elektoral dari masyarakat.
"Citra yang ingin dibangun adalah adanya intimidasi dari pihak istana yang ingin memecah belah partai Demokrat," ujarnya.
Baca Juga: Kudeta AHY Buat Nyapres, Demokrat 'Serang' Moeldoko: Bikin KTA Dulu
Adapun, nama Moeldoko dikaitkan dengan upaya kudeta kepemimpinan AHY. Elite Demokrat pertama yang menyebut manuver politik eks Panglima TNI itu adalah Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Demokrat Andi Arief.
Andi mengatakan Moeldoko terlibat dalam upaya pengambilalihan kepemimpinan Demokrat dan dapat restu dari Jokowi. Ia menyampaikan demikian karena banyak pertanyaan siapa figur yang hendak mendongkel kepemimpinan AHY.
"Banyak yang bertanya siapa orang dekat Pak Jokowi yang mau mengambil alih kepemimpinan AHY di Demokrat, jawaban saya KSP Moeldoko," kata Andi Arief melalui akun Twitternya, @Andiarief.
Baca Juga: Elite PKPI Makin Keras! Kasihan AHY Dibego-begoin Eks Orang Demokrat, Kasihan...
Andi lantas melanjutkan alasan kenapa AHY berkirim surat ke Pak Jokowi. "Karena saat mempersiapkan pengambilalihan menyatakan dapat restu Pak Jokowi," ujar Andi.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan tidak akan membalas surat yang dilayangkan oleh AHY terkait adanya dugaan upaya kudeta oleh orang-orang di lingkaran Istana. Hal tersebut dikatakan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
"Jadi kami sudah menerima surat itu. Kami rasa tidak perlu menjawab surat tersebut," katanya di Jakarta, Kamis (21/2/2021).
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sudah menyatakan bahwa meski ia memang pernah bertemu dengan sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.
"Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, wong saya orang luar," kata Moeldoko pada Senin (3/2).
Baca Juga: AHY Makin Bonyok-Bonyok, Sekarang Disikat Habis Dewi Tanjung: Nggak Pantas Jadi Ketum, RT Dulu Deh
"Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada Pak SBY, ada putranya Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.
Moeldoko menegaskan dirinya tidak ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. Apalagi, ujarnya, ia mengatakan sangat menghormati sosok SBY.
"Beliau pernah jadi atasan saya. Senior saya yang saya hormati, saya respek kepada beliau," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil