Kisah Sukses Crazy Rich Surabaya, Tom Liwafa Bangun Kerajaan Bisnisnya hingga Sesukses Sekarang
Tom Liwafa dahulu hanya seorang yang urakan, gondrong dan berjualan stiker band. Tetapi hari ini ia dikenal sebagai crazy rich Surabayan. Dahulu saat masih jualan stiker, Tom datang ke Jakarta dengan harapan cuan yang akan dia dapatkan lebih besar daripada di Surabaya.
Karena itu, ia mendekati orang-orang yang sudah sukses berjualan stiker setibanya di Jakarta. Dan terbukti, stiker jualan Tom laris terjual. Hal tersebut disampaikan oleh Tom dalam kanal YouTube Basuki Surodjo di video bertajuk "Perjalanan Sukses PEDAGANG STIKER menjadi CRAZY RICH SURABAYA, Beli Mobil ATTA HALILINTAR CASH".
Baca Juga: Lahir dari Keluarga Miskin, Tom Liwafa Kini Sukses hingga Beli BMW Atta Halilintar Cash Rp3 M!
Salah satu hal yang Tom lakukan adalah ia tidak malu bertanya kepada senior-senior yang sudah berpengalaman dari berdagang stiker dan akhirnya ikut berjualan kaos, dan bisnisnya kembali berjalan lancar.
Akhirnya, Tom pun membuka bisnis fesyen bersama wanita yang hari ini menjadi istrinya. Awal mula pertemuan dengan istrinya itu pun pada tahun 2010 saat Tom membuka event konser metal dengan harga tiket Rp10 ribuan. Di antara banyaknya tamu yang datang memakai kaos metal, hanya wanita ini yang bajunya bunga-bunga. Tom pun mengajak kenalan hingga akhirnya berpacaran.
Lalu, Tom mengajak wanita yang hari ini kita kenal sebagai Delta Hesti untuk berbisnis fesyen. Diawali dari adanya alat jahit milik ayah Tom yang biasa membuat tas wanita.
Setelah itu, Tom menyadari kemampuan penjualan Hesti. Ia pun mengajak Hesti untuk keluar dari pekerjaannya sebagai admin sales bergaji Rp650 ribu untuk berjualan baju secara online. Mulai dari KasKus, Toko Bagus, dan lain-lain hingga menjadi sebesar hari ini.
Meski saat itu masih miskin, tetapi Tom berpendapat dirinya tekor tapi tersohor. Ia memiliki toko meskipun saat itu pendapatannya belum sebanyak sekarang.
Jika memang memiliki niat jualan, harus tau bahwa tanggung jawab kedepannya akan lebih besar. Bisnis sekecil apapun, investasi dan modal harus ada. Sekalipun sedikit, harus tetap nyetok barang karena itu adalah bagian dari tanggung jawab sebagai seorang penjual.
Menurut Tom, investasi terbaik adalah pertemanan, yaitu membangun relasi dan networking sebanyak-banyaknya. Salah satu caranya dengan mentraktir orang yang lebih kaya. Makanan pun bisa menjadi nilai, dan jika kamu sudah mendapat penilaian dari orang yang lebih kaya, kamu sudah memiliki nilai.
Selain itu juga berbagi ilmu kepada orang-orang yang memiliki potensi. Tom mengakui dirinya kerap membantu pengembangan seseorang yang ingin menjual barang-barangnya dengan menjadi reseller atau dropshipper. Karena itu, janganlah pelit ilmu karena nantinya akan susah sendiri.
Tips dari Tom jika ingin berkenalan dengan orang-orang sukses dan kaya raya, yang pertama adalah kesan pertama dirimu di mata orang tersebut. Bisa melalui sosial media, personal branding harus bagus, foto profil juga harus bagus, dan lain sebagainya.
Yang kedua yaitu membangun komen yang positif di sosial media. Miskin tidak masalah asalkan isi konten yang di upload bagus dan memiliki nilai positif. Selanjutnya, jika ingin diajak nongkrok, ikutlah salah satu kegiatan santai Tom seperti bersepeda. Dekati dan berikan air mineral, ajak ngobrol santai. Jika kamu orang yang menarik dan memiliki konten yang menarik juga, Tom pasti akan menjadikan kamu teman tongkrongannya.
Saat pandemi baru melanda tahun lalu, Tom membangun komunitas sesama pengusaha untuk galang dana melawan corona. Bantuannya berupa para ojol dan orang-orang yang kehilangan pekerjaan yang semuanya terdampak akibat dari pandemi ini.
Jika ingin berbisnis, Tom mengatakan bahwa jangan hanya memikirkan angka. Tetapi harus diimbangi dengan sedekah. Hal ini karena matematika Tuhan dan manusia berbeda. Bisa jadi, dengan sedekah malah omzet naik berkali-kali lipat.
Kesalahan orang-orang saat mendekati pebisnis adalah ingin buru-buru berbisnis dengan orang tersebut. Padahal, butuh membangun kemistri dan kepercayaan karena bisnis tidak semudah itu. Ibaratnya, bisnis itu harus hancur-hancuran di awal. Tidak ada bisnis yang berjalan mulus.
Hal ini karena kita hanya bisa meminimalisir risiko, tapi kita tidak bisa menghilangkan risiko 100 persen. Jadi, jika ada orang yang bilang bisnis itu selalu profit, sudah dipastikan bohong belaka. Karena itu diperlukan kolaborasi, jika kamu pandai di bidang A, carilah seseorang yang pandai di bidang B.
Selain itu, jika ada orang yang berpikir bahwa kesuksesan bisa datang dari orang tua yang sukses juga, maka ya itu benar. Tetapi buktinya, Tom lahir dari keluarga susah tetapi bisa memiliki bisnis secemerlang sekarang.
Lebih lanjut, Tom bercerita jika ingin menaikkan taraf bisnisnya bisa dengan cara adaptif yaitu beradaptasi dengan lingkungan. Jika berjualan hanya ke tetangga-tengga maka yang terjual hanya satuan, tetapi jika menjual ke perusahaan yang bisa expand bisnis, maka yang terjual bisa ribuan.
"Jadi, level tertinggi dari scale up adalah bagaimana kamu bisa mendekati perusahaan besar dan bagaimana kamu bisa membuat perusahaan-perusahaan baru." ujar Tom Liwafa.
Karena itu scale up adalah tentang adaptif yaitu beradaptasi agar terus lebih baik lagi dalam berbisnis.
Bisnis Tom yang lainnya adalah sepatu. Hal ini karena Tom dinafkahi oleh ayah yang bekerja di pabrik sepatu. Meski ayahnya bekerja di pabrik sepatu, tetapi Tom mengakui bahwa ayahnya adalah orang yang pintar.
Orang tua Tom, dari karyawan biada malah bisa merangkak menjadi wakil direktur. Meski posisinya sebagai wakil direktur, tetapi gajinya pun mentok. Hingga akhirnya orang tua Tom membuat sepatunya sendiri. Dari situlah, Tom tergerak untuk membuat brand sepatu dan tasnya. Awalnya, Tom tidak tertarik pada lini bisnis tersebut, tetapi akhirnya ia bertemu istrinya yang cocok di bisnis ini hingga akhirnya sukses dijalankan oleh sang istri.
Di tengah pandemi seperti sekarang ini, Tom melihat di balik krisis pasti ada peluang. Seperti saat Tom memiliki ribuan mesin jahit, jika dipaksakan untuk berjualan tas dan sepatu tidak akan ada yang mau membeli. Karena itu, melihat kebutuhan orang-orang akan masker, Tom pun mengarahkan penjahitnya untuk membuat masker.
Saat ini saja, Tom juga melihat bagaimana trend daging sapi melonjak. Karena itu, Tom berbisnis kuliner dengan mendirikan Se'i Sapiku hingga sudah 22 cabang. Tom sendiri memiliki sosok yang sangat menginspirasinya, ialah bapak Abdul Mutholib yaitu ayahanda Tom sendiri.
Terakhir, Tom Liwafa menyampaikan agar kita jangan sampai mental block alias minder saat mendekati orang kaya. Kalau ada kesempatan berteman dengan orang kaya, dekati dan belajar resep-resepnya kayanya. Pasalnya, 5 orang terdekatmu adalah nilaimu di hari ini dan di masa mendatang, bahkan bisa berkali-kali lipat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: