Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Percaya deh! Bangkitnya Properti Bikin Ekonomi Semringah

        Percaya deh! Bangkitnya Properti Bikin Ekonomi Semringah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dampak pandemi Covid-19 pada tahun lalu dan masih berlangsung hingga kini telah dirasakan semua sektor industri dan lini bisnis. Namun demikian, pemerintah Indonesia bersama regulator terkait tidak tinggal diam untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

        Salah satu caranya ialah dengan memberikan insentif dan relaksasi kebijakan di sejumlah sektor industri seperti properti. Inilah angin segar bagi sektor properti karena pemerintah memberikan perhatian lebih di sektor ini.

        Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan sektor ini, pihaknya memberikan sejumlah insentif fiskal dan alokasi anggaran belanja seperti Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAKF) serta dana bergulir Fasilitas Pembiayaan. 

        Dukungan Pemerintah dari tahun ke tahun terus meningkat nilainya. Pada tahun 2020, dana bergulir FLPP Rp 9 triliun,  SBUM Rp 600 miliar dan  SSB Rp 3,87 triliun. Sedangkan PMN untuk SMF Rp 1,75 triliun, PEN Perumahan Rp 1,3 triliun dan DAKF Rp1,42 triliun.

        Baca Juga: Waah.. Asik Nih! Uang Muka Pembelian Properti Bisa Nol Persen, Ini Jenis Rumahnya...

        "Pada tahun 2021, alokasi tersebut bertambah, yakni dana bergulir FLPP menjadi Rp 16,62 triliun, SBUM menjadi Rp 630 miliar dan SSB menjadi Rp 5,97 triliun. Sedangkan PMN untuk SMF menjadi Rp 2,25 triliun dan DAKF menjadi Rp1 triliun,” kata Andin dalam paparannya pada saat HUT KPR-BTN ke-44 di Jakarta belum lama ini.

        Dengan dukungan Pemerintah tersebut, Andin optimistis para pelaku sektor properti/perumahan dapat diakselerasi dengan baik.  Perbankan khususnya dapat memaksimalkan perannya menjadi penyalur dana pemerintah baik anggaran subsidi maupun Dana Pemulihan Ekonomi Nasional yang sudah dialirkan sejak Juni lalu.

        Masih belum cukup? Tenang, Bank Indonesia (BI) baru saja melonggarkan kebijakan rasio Loan to Value/ Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti (rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan), dan menghapus ketentuan pencairan bertahap properti inden. Ini artinya, bank bisa memberikan kredit properti tanpa DP alias 0% kepada nasabah.

        "Ini untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember 2021," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (18/2/2021).

        Namun, lanjut Perry, stimulus LTV/FTV kredit properti sebesar 100% dapat dilakukan bila bank memiliki rasio kredit bermasalah (NPL/NPF) di bawah 5%. Sedangkan yang rasio NPL/NPF-nya di atas 5% tidak sebesar itu.

        "Tentu ada pembedanya dengan bank-bank yang NPL-nya di bawah 5% dan di atas 5%. Di bawah 5% itu berlaku, yang di atas 5% itu 90-95% untuk LTV/FTV kecuali untuk pmbelian rumah tapak dan rumah susun pertama tetap 100%," jelasnya.

        Adapun pelonggaran ini dikeluarkan dengan mempertimbangkan perlunya dorongan pemulihan, khususnya di sektor Properti, serta memperhatikan bahwa sektor tersebut memiliki backward dan forward linkage yang tinggi terhadap perekonomian sehinggq sangat tepat bila menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi nasional.

        Pelonggaran tersebut juga mempertimbangkan risiko kredit/pembiayaan yang masih cukup terkendali di sektor properti. "Diharapkan ini segera akan meningkatkan penyaluran pembiayaan untuk mendorong pemulihan ekonomi," tukasnya.

        Properti Punya Multiflier Effect Jumbo

        Senada dengan BI, Ketua Umum DPP Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja menilai, besarnya dampak ekonomi bila sektor properti bergeliat menjadi alasan pemerintah dan regulator rela mengguyur banyak stimulus di sektor ini. Ibaratnya, bila sektor properti bangkit maka diyakini aktivitas ekonomi pun menjadi semringah.

        "Industri ini memiliki multiflier effect, REI sudah melakukam studi dengan UI bahwa terdapat 177 industri di belakang sektor properti ini. Itu kan cukup besar karena dibandingkan sektor tambang dan otomotif, jumlah industri yang terkait pembangunan perumahan jauh lebih. Jika stimulus diberikan Rp1 triliun dampaknya akan lebih besar diserahkan ke sektor perumahan di bandingkan sektor manufaktur dan otomotif," ungkap Endang kepada Warta Ekonomi.

        Dirinya pun yakin dengan adanya vaksinasi dan stimulus yang diberikan pemerintah dan regulator, pertumbuhan properti akan positif dan penjualan properti khususnya KPR Subsidi bisa melonjak hingga 200 ribu unit di tahun ini. "Rumah yang di bawah 300 juta saya rasa akan tetap ada pasarnya. Tricle down effect itu ada dan yang paling bawah itu kan KPR Subsidi," ucap Endang.

        Baca Juga: Survei BI: Penjualan Properti Triwulan IV Mulai Membaik

        Dukungan pemerintah ke sektor properti ini tentu tak akan disia-siakan PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk atau BTN yang merajai pasar pembiayaan properti di Indonesia. Bank dengan kode saham BBTN ini juga optimistis bahwa sektor properti dapat menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi nasional.

        “Sektor properti menjadi salah satu sektor yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi yang saat ini sedang diupayakan Pemerintah, Bank BTN yang berada dalam ekosistem properti berkomitmen mendorong seluruh stakeholder untuk memanfaatkan momentum kebangkitan ekonomi,“ kata Plt Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu.

        Adapun pada tahun ini, BTN mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menyalurkan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) senilai Rp8,73 triliun.

        "Dengan dana FLPP total sebesar Rp8,73 triliun kami akan menyalurkannya untuk pembiayaan 81.000 unit rumah subdidi pada tahun 2021," ucapnya.

        BTN jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi Nasional

        Nixon mengapresiasi kepercayaan pemerintah untuk tetap mendukung sektor properti dengan mempertahankan dana FLPP untuk mendorong pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. FLPP memegang peranan dalam menyukseskan Program Satu Juta Rumah yang diinisiasi pemerintah Presiden Joko Widodo.

        "Tahun ini, kami optimistis bisa menjaga pertumbuhan KPR subsidi di kisaran 4-6 persen secara tahunan," jelas Nixon.

        Apalagi BTN menjadi penguasa pasar KPR subsidi (konvensional maupun syariah) BTN secara kumulatif hingga tahun 2020 mencapai 85,3%. Sementara di segmen KPR secara nasional, Bank BTN menguasai pangsa pasar sebesar 40% (data per September 2020).

        Selain hal tersebut, optimisme ini didukung oleh fundamental BTN yang masih sangat kokoh dan tahan terhadap guncangan dampak pandemi Covid-19. Terbukti, kinerja perseroan begitu kinclong sepanjang 2020.

        Baca Juga: Bukan Kaleng-Kaleng! Bos BTN Bongkar Rahasia di Balik Lonjakan Laba Hampir 700%

        Tercatat, BTN mencatatkan perolehan laba bersih yang meroket 665,71% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,60 triliun pada kuartal IV/2020, melambung tinggi dari posisi Rp209 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

        Sementara kredit Bank BTN tercatat mencapai Rp260,11 triliun atau naik 1,68% yoy pada kuartal IV/2020 dari Rp255,82 triliun di kuartal IV/2019. KPR Subsidi dengan pertumbuhan sebesar 8,63% yoy menjadi Rp120,72 triliun per kuartal IV/2020 jadi penopang utama pertumbuhan kredit di BTN. Di sisi lain Non Performing Loan (NPL) net Bank BTN tercatat sebesar 2,06% atau turun 90 bps dari 2,96% di periode yang sama tahun sebelumnya.

        Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BBTN menguat dengan cost of fund (CoF) yang membaik. DPK bank spesialis pembiayaan perumahan tersebut mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 23,84% yoy dari Rp225,4 triliun pada kuartal IV/2019 menjadi Rp279,13 triliun di periode yang sama tahun lalu. Dengan peningkatan DPK tersebut, loan to deposit ratio (LDR) BBTN pun terus turun ke level 93,19% pada kuartal IV/2020 dari 113,50% di kuartal IV/2019.

        Terkait permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan per kuartal IV/2020 tercatat naik 202 bps menjadi 19,34%. Dengan peningkatan di seluruh lini bisnis tersebut, aset Bank BTN tumbuh 15,85% yoy menjadi Rp361,20 triliun pada kuartal IV/2020. Posisi tersebut naik dari Rp311,77 triliun di kuartal IV/2019.

        "Ini akan berdampak sangat positif dalam mendorong ekonomi nasional dan kami optimis BTN akan dapat memainkan perannya dengan baik sebagai salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Nixon.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: