Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AS hingga Inggris Sudah Duluan, G7 Ikut-ikut Kutuk Kudeta Junta Myanmar

        AS hingga Inggris Sudah Duluan, G7 Ikut-ikut Kutuk Kudeta Junta Myanmar Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Brussels -

        Menteri Luar Negeri Kelompok G7 terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, dan Amerika Serikat serta Perwakilan Tinggi Uni Eropa dengan tegas mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar, terhadap aksi protes yang dilakukan secara damai.

        Mereka menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban dari aksi kekerasan ini. Militer dan polisi diminta menahan diri sepenuhnya, menghormati hak asasi manusia (HAM) dan hukum internasional.

        Baca Juga: Gak Kaleng-kaleng Nih! Junta Myanmar Terbang ke Thailand, Apa Tujuannya?

        Penggunaan amunisi secara langsung terhadap orang yang tidak bersenjata tidak dapat diterima. Siapa pun yang menanggapi protes damai dengan kekerasan harus dimintai pertanggungjawaban.

        “Kami mengutuk intimidasi dan penindasan terhadap mereka yang menentang kudeta. Kami menyampaikan keprihatinan, menyusul aksi keras terhadap kebebasan berekspresi. Termasuk, melalui pemutusan internet dan perubahan kejam pada undang-undang yang menekan kebebasan berpendapat," papar mereka, dalam keterangan yang dirilis Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia, Selasa (23/2/2021).

        Penargetan secara sistematis terhadap para pengunjuk rasa, dokter, masyarakat sipil, dan jurnalis harus dihentikan dan keadaan darurat harus dicabut. Kami terus menyerukan akses kemanusiaan penuh untuk menolong kelompok yang paling rentan," imbuhnya.

        “Kami bersama-sama mengutuk kudeta di Myanmar. Kami menyerukan lagi untuk pembebasan segera dan tanpa syarat mereka yang ditahan secara sewenang-wenang, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Kami berdiri bersama rakyat Myanmar dalam perjuangan mereka untuk demokrasi dan kebebasan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: