Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KOL Stories x Klemens Rahardja: Menghindari Bisnis Buat Buntung (BBB)

        KOL Stories x Klemens Rahardja: Menghindari Bisnis Buat Buntung (BBB) Kredit Foto: Instagram/Klemens Rahardja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 mengubah seluruh sendi-sendi kehidupan hingga berubah total. Pasalnya, pemerintah berusaha keras untuk membuat masyarakat hidup sehat dan beraktivitas dari rumah untuk menekan penyebaran Covid-19. Karenanya, mau tak mau, semua kegiatan pun dilakukan dari rumah. Baik itu, belajar, bekerja, hingga berbelanja.

        Hal tersebut pun memiliki efek domino, sejumlah perusahaan memutuskan melakukan efisiensi guna mengurangi biaya operasional, salah satunya dengan cara merumahkan beberapa karyawan. Perusahaan pun banyak yang telah beralih dari cara konvensional menuju online.

        Baca Juga: Catat! Begini Tips Digital Marketing Ala Renaldy Pujiansyah

        Tidak jarang, karyawan yang terkena efisiensi itu akhirnya memilih membuka usaha, salah satu yang banyak dipilih karena bermodal kecil dan bisa dilakukan di rumah yaitu berjualan online. Nah, di era digital saat ini, untuk memulai bisnis sangat mudah dilakukan. Dukungan teknologi membuat saluran penjualannya meluas ke ranah daring (online).

        Untuk memiliki bisnis dewasa ini tidak membutuhkan modal besar, tetapi kemungkinan akan mendapatkan keuntungan cukup tinggi. Jadi tak heran, banyak orang yang berbondong-bondong untuk jadi pengusaha.

        Namun perlu diingat, kalau berbisnis tentunya memiliki hambatannya masing-masing. Makanya, sebelum memulai usaha, calon perintis usaha mesti memahami terlebih dahulu cara bisnisnya. Dari mulai persiapan apa yang perlu dilakukan sebelum memulai bisnis, bagaimana menyusun strategi yang tepat, mengenal serta memetakan marketplace, apa yang sedang menjadi tren, dan sebagainya.

        Untuk itu, jurnalis Warta Ekonomi Annisa Nurfitriyani akan mengupas habis tentang topik Menghindari BBB (Bisnis Buat Buntung) bersama dengan Founder Entrepreneurs Society, Klemens B Rahardja, dalam acara KOL Stories.

        Ketika ingin memulai bisnis, apa saja yang perlu dilakukan terlebih dahulu?

        Mungkin yang pertama kita perlu tahu terlebih dahulu adalah segmentasi pasar kita siapa saja. Jadi, saat kita sudah mengetahui, kita bisa lebih mudah menjualnya. Saya biasanya memberikan beberapa esensi kewirahusahaan.

        Yang pertama itu peluang, kedua fokus untuk bantu orang lain terlebih dahulu. Misalnya, saat pandemi terjadi dan diberlakukan lockdown dan mereka mungkin butuh makanan yang dikirimkan ke rumah sehingga logistiknya berkembang. Maka dari itu, kita perlu tahu segmen pasar kita siapa saja.

        Dahulu saya membuat bisnis untuk membantu mahasiswa rantau agar proses adaptasinya tidak sesulit yang saya alami seperti memberikan guide untuk naik kendaraan umum, menjadi broker kos-kosan, hingga terus berkembang menjadi broker properti. Peluang itu banyak, tetapi Anda juga perlu mencari segmen pasar yang jelas.

        Apakah perlu memiliki toko offline atau toko online saja sudah cukup? Kalau online saja dirasa sudah cukup, apakah harus masuk ke semua marketplace atau malah cukup satu marketplace saja, tapi fokus?

        Jadi, pandemi ini memaksa kita untuk melakukan percepatan dan transisi. Saat saya di Melbourne tahun 2003 sampai 2015, saya merintis beberapa macam bisnis dan di sana saya ikut tergabung dalam komunitas pengusaha yang di tahun 2010 memiliki toko baju di pusat perbelanjaan. Akan tetapi, secara perlahan mereka menutup tokonya satu per satu, kemudian menyewa gudang di daerah pinggir kota dan beralih ke full online. Hal itu karena harga sewa toko yang mahal, belum lagi gaji pegawainya.

        Saat penjualan mereka beralih ke online, penjualan mereka naik sebanyak 300 persen dan menghemat banyak anggaran. Oleh karena itu, saya menyaksikan penggunaan digital marketing seperti itu sudah sejak tahun 2008 yang masih menggunakan email marketing dan mail chimp.

        Saat ini, Indonesia sudah harus dipaksa ke arah sana. Melihat pandemi corona ini, peluang bisnis tidak hilang, tetapi bergeser. Kita harus punya presensi di dunia digital. Jika dahulu untuk bisa dipercaya bisnis kita harus memiliki toko fisik, sekarang minimal bisnis kita harus mempunyai website atau akun media sosial.

        Semenjak pandemi terjadi banyak bisnis baru yang bermunculan. Banyak juga orang yang kehilangan pekerjaan dan pada akhirnya kita membuat program pelatihan untuk mengajarkan kepada mereka selama 14 hari untuk berjualan online dan bagaimana caranya untuk bisa membuat akun yang berbobot dari bulan Maret 2020 dan sudah ada enam batch.

        Marketplace diibaratkan kita punya satu toko di bazar. Jika Anda baru mulai, bisnisnya masih kecil, dan baru bisa manage satu toko, lalu Anda ikut berbagai bazar di saat yang bersamaan sepertinya tidak bijak karena akan mengalami banyak kendala seperti mungkin stoknya mudah habis, pelayanannya kurang baik, atau slow response sehingga orang tidak jadi tertarik untuk membeli.

        Jika baru mulai belajar, kuasai satu marketplace dahulu dan Anda bisa memilih marketplace yang sesuai. Saya sering mengatakan apabila Anda sudah mulai mendapatkan pendapatan dari toko tersebut, minimal Anda harus buat website bisnis tersebut. Karena kalau kita hanya nebeng dengan salah satu marketplace, begitu suatu saat marketplace itu mengetahui produk ini terjual bagus, mereka bisa membuatnya sendiri.

        Padahal, jika Anda membuat toko sendiri melalui website atau media sosial kemudian mempromosikannya, trafik dan biaya yang masuk akan langsung ke toko Anda sendiri. Mungkin saat pertama kali boleh untuk menggunakan marketplace. Namun jika sudah memiliki pendapatan, Anda perlu investasikan dengan memutarkan uang tersebut seperti membuat website toko yang punya fitur checkout seperti e-commerce.

        Baca Juga: Apa Itu Inbound Marketing?

        Bagaimana cara membangun branding bisnis agar bisa dikenal dan dipercaya oleh customer di tengah persaingan yang sangat ketat? Strategi apa yang perlu diterapkan?

        Jika dijabarkan akan memakan waktu yang lama. Singkatnya seperti ini, kalau kamu pergi ke toko di sebuah mal, apa yang biasa ditanyakan pegawai toko tersebut? "Ada yang bisa dibantu?" "Ingin mencari apa ya Kak?". Jawaban kita pasti "Nanti ya, ingin lihat-lihat dahulu". Otomatis dalam diri kita akan menolak.

        Sama seperti akun Instagram Anda. Kalau akun toko Anda isinya hanya jualan saja, orang-orang tidak akan memberikan like dan share. Jadi, Anda perlu membuat konten yang isinya menarik dan bisa menciptakan dampak bagi customer Anda. Konten itu bisa berisi informasi yang edukatif bagi audiens akun media sosial Anda.

        Apakah perlu melakukan endorsement bagi bisnis digital? Kapan saat yang tepat? Lalu, bagaimana cara memilih sosok yang tepat untuk endorsement?

        Jadi, kita di Hello Monday Morning ada dua proses, pertama momen produksi, yaitu di saat kita membuat konten yang bagus. Namun, jika kita sudah membuat konten bagus, tetapi tidak ada orang yang tahu, masuk ke fase kedua, yaitu distribusi. Di fase ini berbicara tentang endorsement dan paid promote, bertukar akun, hingga kolaborasi. Jadi, endorsement merupakan hal yang penting bagi bisnis digital.

        Adakah resep yang bisa dibagikan untuk meningkatkan penjualan?

        Untuk budgeting, itu kembali ke masing-masing orang. Namun, ada yang dinamakan marketing cost, rata-rata sebanyak tiga sampai enam persen. Jadi dari persen ini, kalian bisa melihat angkanya sendiri. Jika di awal dirasa perlu digencarkan, kita perlu mengeluarkan dana lebih supaya menjadi viral. Contohnya, saat kita baru launching suatu brand, banyak orang yang bertanya tentang brand tersebut kenapa banyak orang yang menggunakannya.

        Ke depannya, tren seperti apa yang akan mewarnai dunia bisnis di Tanah Air?

        Jadi, trennya sedang switching ke dunia digital. Contohnya sekolah, kita dipaksa belajar dari rumah semenjak pandemi, tidak bisa belajar di tempat. Di daerah lain yang belum ada akses internet menjadi peluang bisnis infrastruktur. Kemudian ekosistem dunia digitalnya seperti apa sudah pasti akan berkembang. Kemudian di sektor yang lebih mikro, user dan platformnya seperti apa.

        Kalau saya bilang, corona akan mengubah 3 B, yaitu cara kita bekerja atau belajar, cara berinteraksi, dan cara kita bertransaksi. Kalau industri yang akan bertahan adalah industri yang menyediakan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan, dan papan. Walaupun mereka akan terkena distrupsi, ketiganya akan tetap dibutuhkan dan tetap ada.

        Adakah pesan yang bisa disampaikan kepada teman-teman yang baru mau memulai bisnis atau pun ingin mengembangkan bisnisnya?

        Jangan pernah takut dan jangan pernah menyerah karena pandemi ini bukan sebuah halangan atau rintangan, melainkan pandemi ini adalah sebuah kesempatan untuk kita beradaptasi agar kita dapat berkembang. Jadi, banyak sekali peluang yang dapat Anda dapatkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: