Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengapa Harus Investasi Saham Sejak Dini? Bos InvestBro Kasih Tipsnya

        Mengapa Harus Investasi Saham Sejak Dini? Bos InvestBro Kasih Tipsnya Kredit Foto: Unsplash/NordWood Themes
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Waktu terbaik untuk berinvestasi adalah satu dekade lalu. Waktu terbaik kedua adalah saat ini. Jika Anda menunggu gaji yang lebih tinggi atau rekening bank yang lebih tebal, jangan. Anda dapat berinvestasi dengan apa yang Anda hasilkan sekarang. Baca Juga: Holding BUMN Baterai Listrik Butuh Investasi hingga Rp 242,380 Triliun

        Menurut Yudha Situmorang, Co-Founder InvestBro, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/3/2021), memulai lebih awal berarti uang Anda akan menghasilkan bunga lebih lama, mendapatkan keuntungan dari keuntungan pasar dan Anda akan memiliki lebih banyak uang untuk diinvestasikan.

        Sambungnya, berinvestasi adalah sesuatu yang sering dilupakan ketika muda dan disesali ketika tua. Cepat atau lambat, investasi pasti membuahkan hasil. Anda hanya perlu mencoba sedini mungkin. Baca Juga: PAYFAZZ Lakukan Investasi Strategis dengan Xfers, Bentuk Entitas Baru Fazz Financial Group

        Anda tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk berinvestasi saat masih muda. Tidak ada dana kuliah atau pembayaran cicilan yang harus dikorbankan. Mulailah berinvestasi dengan modal yang kecil saja, tidak perlu besar. Semakin kecil modal Anda semkain ringan pula Anda untuk memulainya, kan?

        Berinvestasi lebih awal melatih Anda untuk menabung dan menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda. Kebiasaan ini juga membatasi pengeluaran Anda dan mencegah Anda membuang-buang uang untuk hal-hal yang tidak berguna.

        Mengetahui bahwa Anda memiliki uang yang disisihkan dan menghasilkan untuk Anda membantu Anda menjalani hidup dengan lebih sedikit kekhawatiran. Berinvestasi melindungi Anda dari masalah tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau meningkatnya biaya kebutuhan dasar.

        Dengan membangun sarang telur, Anda tahu Anda memiliki sesuatu — jumlah yang besar — untuk dijalani sejak Anda pensiun.

        Pada titik tertentu, Anda akan memiliki cukup uang yang ditabung di mana Anda akan berpikir, "Wow, saya mungkin harus menginvestasikannya."

        Berikut alasanutama mengapa Anda harus berinvestasi di saham. 

        Pertama, mari kita mulai dengan alasan kuat berbasis fakta untuk berinvestasi di saham, lalu kita akan beralih ke beberapa alasan pribadi dan profesional yang kurang dibahas (namun tetap penting) untuk berinvestasi.

        Investasikan saham untuk menumbuhkan uang Anda, ini merupakan alasan paling sederhana untuk berinvestasi dan seringkali menjadi inti mengapa orang membeli saham.

        Jika dilakukan dengan benar, Anda dapat menumbuhkan uang yang Anda investasikan mulai dari 7% - 10% per tahun dalam jangka panjang.

        Jika Anda menginvestasikan Rp 1 Juta di pasar saham saat ini dan memperoleh keuntungan sekitar 7% per tahun, Anda akan mengubah Rp 1 Juta menjadi $ 20.000 hanya dalam 10 tahun.

        Bayangkan 10 tahun yang lalu Anda memasukkan Rp 1 Juta ke dalam akun, menginvestasikannya di beberapa saham, melakukan beberapa perdagangan, dan sekarang 10 tahun kemudian Anda memiliki Rp 1 Juta asli ditambah Rp 1 Juta yang Anda hasilkan dari investasi.

        Atau, bayangkan contoh jangka panjang di mana Anda adalah penabung yang baik dan investor yang cerdas. Bayangkan Anda menginvestasikan Rp 1 Juta dari tabungan Anda ke pasar setiap tahun selama 30 tahun.

        Itu berarti Rp 1 Juta tahun ini, Rp 1 Juta lagi tahun depan, Rp 1 Juta lagi tahun berikutnya, dan seterusnya selama 30 tahun.

        Memang terdengar mudah, namun tentunya ada ilmu yang harus dipelajari. Meski begitu, return 10% per tahun bukanlah nilai yang sulit didapat. Nilai ini memang terbilang tinggi namun masih realistis. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: