Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan mutasi N439K telah terdeteksi di Indonesia sejak November 2020. Mutasi N439K ini awal mula menyebar di Skotlandia.
“Mutasi N439K ini sudah ada sejak November 2020, sudah lama. Dari sekitar 537 isolat yang sudah dipelajari, ada 48 mengandung mutasi itu,” ucap Amin dalam keterangannya, Sabtu (13/3/2021).
Amin menegaskan, jika mutasi N439K ini memiliki kemampuan infeksi yang sama dengan varian mutasi Covid-19 lainnya. Dia mengatakan, varian mutasi N439K ini memiliki kekuatan mengikat lebih kuat dibandingkan mutasi B117 dari Inggris.
Baca Juga: Perkatat Prokes! IDI Konfirmasi 48 Kasus Covid-19 Mutasi N439K Terdeteksi di Indonesia
“Untuk gejalanya tidak ada perbedaan. Kalau keparahannya sih enggak, tapi memang bisa mengikat reseptor 2 kali lebih kuat daripada varian yang lain, kalau yang Inggris sekitar 40%-70% lebih cepat, kalau dia mengikatnya lebih kuat,” ungkap Amin.
Namun, Amin menegaskan, mutasi N439K berbeda dari B117. “Yang B117 itu dari varian UK, tapi yang N439K itu ada hubungannya turunannya dari virus yang pernah ditemukan di Skotlandia, tapi waktu itu belum dinamai N439K. Masih ada varian lain, kemudian dia bermutasi salah satu mutasinya N439K ini,” katanya.
Amin meminta semua masyarakat tetap menegakkan disiplin protokol kesehatan agar mencegah terpapar Covid-19. “Kalau masalah pencegahannya sama, kita kan kalau di luar tidak tahu varian yang mana yang ada. Prinsipnya tetap menerapkan prokes,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: