Megawati Soekarnoputri angkat suara mengenai isu jabatan presiden tiga periode. Ketua Umum PDIP itu menolaknya dengan tegas.
Sikap tegas Mega disampaikan saat peluncuran buku ‘Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam’. Acara peluncuran buka ini dilakukan secara online di YouTube, kemarin. Acara dihadiri jajaran pengurus PDIP, dari pusat sampai daerah.
Baca Juga: Ada yang Berani Sebut Jokowi Mau 3 Periode, Megawati: Yang Omong Itu yang Kepengen
Hingga tadi malam, video tersebut sudah ditonton 4.495 ribu orang. Di awal sambutannya, Mega membahas soal pelestarian lingkungan, pangan dan partai. Setelah itu, dia menyinggung sedikit soal isu jabatan presiden 3 periode.
Mega mengatakan, isu tersebut sengaja digulirkan untuk kelompok yang ingin berkuasa hingga tiga periode. Dan, itu bisa mereka terapkan jika berkuasa.
“Yang ngomong itu yang kepengin sebetulnya, suatu saat siapa tahu dianya bisa jadi ingin tiga periode,” ujarnya.
Presiden kelima itu menegaskan, undang-undang sudah jelas masa jabatan presiden hanya dua periode. “Aturan mainnya sudah ada, memangnya presiden bisa langsung mengubah keputusan secara konstitusi? Kan tidak,” jelas ibu dari Ketua DPR, Puan Maharani ini.
Sikap tegas Mega ini banyak diacungi jempol. Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid menghormati sikap tegas Mega yang menolak masa jabatan presiden tiga periode. “Beliau pemimpin partai besar, sudah kenyang merasakan asam garamnya politik,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Hal senada juga dikatakan Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali. Menurut dia, sikap Mega sejalan dengan Presiden Jokowi. Jokowi sudah dengan tegas telah menolaknya. “Tidak ada kepentingan orang per orang. Pemilu masih jauh sudah ngomong 2024,” tegasnya.
Penilaian berbeda datang dari pengamat. Direktur Political and Public Studies (P3S), Jerry Massie mengatakan, sikap tegas Mega itu bisa juga terkait ingin memajukan trah Soekarno. “Namun, kalau melihat survei anak muda, Puan tak masuk lima besar, ini memang tanda awas bagi PDIP,” kata Jerry, saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, Mega bakal memprioritaskan trah Soekarno untuk bertarung di Pilpres 2024. “Memang Mega akan condong ke trah, lantaran Jokowi itu Soekarno ideologis bukan biologis,” bebernya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin memprediksi, Mega ingin Puan jadi Presiden. Namun, Puan kalah sama Ganjar Pranowo. “Mega jelas pinginnya Puan menjadi penggantinya Jokowi di 2024”, ujar Ujang, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Bagaimana tanggapan PDIP? Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah mengatakan, bosnya sengaja menyinggung tentang wacana presiden tiga periode karena Mega ingin menegaskan sikap politiknya terhadap prinsip-prinsip konstitualisme yang disepakati dalam UUD 1945. Yaitu, masa bakti presiden dua periode itu dianggap cukup ideal, dan tidak perlu lagi ditambah hingga tiga periode.
“Kami, khususnya saya sebagai Wakil Ketua MPR dari PDIP, diperintahkan untuk mengawasi prinsip konstitualisme itu berjalan sebagaimana yang telah disepakati bersama,” ujar Basarah, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Apakah penolakan ini karena Mega mau memajukan Puan sebagai capres 2024? Basarah mengatakan, tidak ada tafsir lain dari pernyataan Mega. “Jangan didramatisir seakan-akan ada hal lain. Pak Jokowi memang sudah selesai menurut UUD 1945. MPR juga tidak ada pembahasan jabatan presiden tiga periode. Bu Mega, menegaskan sikap konstitualisme sebagai seorang negarawan,” tandasnya.
Sebelumnya, isu perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode disebut-sebut pendiri Partai Ummat, Amien Rais. Ia menyebut, rezim Jokowi akan meminta MPRmenyetujui amandemen perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden. Namun, Jokowi menegaskan menolaknya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq