Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bangkrut hingga Rp1,8 M, Begini Kisah Mas J yang Akhirnya Hijrah dan Sukses Bisnis dengan Berkah

        Bangkrut hingga Rp1,8 M, Begini Kisah Mas J yang Akhirnya Hijrah dan Sukses Bisnis dengan Berkah Kredit Foto: YouTube/Christina Lie
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengusaha dan YouTuber Christina Lie menggandeng pengusaha Jaya Setiabudi yang merupakan pendiri dari YukBisnis.com dalam video bertajuk "Bangkrut, Hijrah, Bisnis Berkah, Rejeki Tak Terduga, Melawan Perang Harga | Jaya Setiabudi YukBisnis". Pria yang kerap disapa Mas J ini lahir di Semarang, 27 April 1973.

        Mas J memasuki dunia kerja pertama dan terakhirnya di Asta Microtronics Technology (AMT), Batam (1997-1998). Hal ini karena sudah lama ia bercita-cita sebagai pengusaha. Mimpinya pun terwujud dengan membuka usaha perdananya di bidang industrial supply.

        Baca Juga: Mengenal Rudy Salim, Crazy Rich Tak Lulus Kuliah yang Beli Klub Sepak Bola Bareng Raffi Ahmad

        Mas J terkenal sebagai sosok yang dermawan, terlebih dalam memberikan ilmunya. Ia pernah membuat sebuah acara yang mengundangan ratusan orang selama 3 hari sampai 1 minggu secara gratis dan diberikan makanan.

        Lantas, apa yang mendasari Mas J jor-joran sedekah ilmu kepada banyak orang?

        Seminar pertama Mas J pertama kali pada Juli 2004. Seringnya, acara Mas J yang gratis justru diremehkan. Bahkan, panitia-panitianya belum datang. Hingga akhirnya, acara tersebut pun dibuat berbayar Rp50 ribu per tahun di Batam satu minggu sekali.

        Hal ini karena sebenarnya Mas J lebih suka berbagi ilmu secara gratis. Ia tak ingin hanya membuat seminar yang hangat di awal tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Mas J ingin selalu melakukan monitor terhadap perkembangan para peserta acaranya.

        Hingga suatu hari terbentuklah Komunitas Wirausaha. Mas J tak pernah bermimpi untuk menjadi pembicara. Namun, Mas J pun diajak oleh Ippho Santosa untuk ikut dalam siaran radio. Di acara tersebut, Mas J mengungkap bahwa mental berwirausaha itu nomor 1 tetapi justru modal nomor 27.

        Setelah itulah Mas J ditawari siaran rutin karena banyak pertanyaan dan telepon saat ia siaran. Ia juga mulai ditawari muncul di acara TV. Semua dilakukan Mas J secara gratis, bahkan Mas J membantu para UMKM agar bisnis-bisnisnya bisa terkenal dan sukses. Mulai dari shoot video, narasi, dll, semua juga dilakukan oleh volunteer yang dicari oleh Mas J.

        Hingga suatu hari, pada tahun 2004 Mas J bertemu dengan Purdi E. Chandra dan berbisnis bersama selama 6 tahun dalam industrial supply yang akhirnya bertumbuh menjadi industrial automation. Awalnya, Mas J hanya berbisnis sebagai supplier hingga akhirnya masuk ke automatisasi hardware dan software.

        Lalu, pada tahun 2005, Purdi meminta Mas J untuk roadshow ke 15 kota untuk menjadi mentor dengan syarat mempunyai utang. Mas J pun akhirnya ke bank dengan menjamin BPKB-nya untuk berutang. Lalu, Mas J membeli banyak properti seperti rumah dan ruko yang justru membuat Mas J minus Rp1,8 miliar.

        Seseorang dikatakan bangkrut ketika tidak memiliki uang cash. Disitulah Mas J mengalami kebangkrutan karena selain tidak memiliki uang cash, utangnya juga membengkak. Fakta lainnya adalah partner bisnis Mas J melakukan kecurangan hingga berurusan ke pengadilan.

        Setelah itu, Mas J menagih piutang-piutang di luar dan mulai menjual ruko dan rumah untuk dijadikan modal berbisnis. Berkat itu, bisnisnya pun meningkat lagi.

        Namun, Mas J tidak suka 'business to business' yang mengharuskan adanya 'hiburan' serta 'uang pelicin'. Mas J merasa gelisah karena itu bertentangan dengan prinsipnya. Ia pun ingat dengan keluarga.

        "Uang haram tuh dimakan setan," ujar Mas J.

        Setelah itu, Mas J hijrah dan tinggal di Sentul. Namun, karena aksesnya sulit, Mas J pindah ke Kelapa Gading. Tetapi lagi-lagi Mas J tidak betah hingga berakhir memilih tinggal di Bandung.

        Selama pindah dari Batam ke Bandung, Mas J mulai melepas hartanya satu per satu. Menurutnya, jika mengajarkan hal buruk, maka hal buruk akan kembali datang padanya.

        Setelah itu, Mas J pun mendirikan YukBisnis.com pada tahun 2012, justru bisnis ini berjalan sangat kuat selama 5-7 tahun terakhir setelah tahun 2013 bangkrut bertubi-tubi hingga datanglah pertolongan Tuhan.

        Ada yang memberikan Rp50 juta tanpa harus memikirkan kapan uang itu dikembalian, lalu membuat Training for Mentor yang segalanya gratis, mulai dari tempat disediakan Telkom, makanan pun ada yang memberikan, lengkap dari snack hingga makan siang. Lalu, ada juga yang tiba-tiba mentransfer Rp10 juta.

        Kalau menurut akal pikiran manusia, hal ini tidak akan mungkin terjadi. Tetapi ketika berserah kepada yang Maha Kuasa, maka apapun bisa terjadi.

        Bahkan, ketika kekurangan Rp6 juta, Mas J tiba-tiba ditransfer orang-orang sampai kelebihan. Dan kelebihan uang itu diberikan kepada sukarelawan untuk berlibur ke Bali. Mas J sendiri tidak mengambil keuntung satu sen pun.

        Lalu, pada saat Kopdar Akbar 2019, yang memberikan donasi lebih banyak lagi. Bahkan, tanpa logo sponsor. Orang tersebut tak ingin namanya diketahui, yang padahal donasi Rp10 juta tetapi berkata, "Kontribusi sedikit ya, Mas. Buat adik-adik, buat siapa pun peserta yang mungkin membutuhkan."

        Dari situ, Mas J semakin berpikir bahwa inilah rejeki yang sesungguhnya, rejeki yang diantar.

        "Rejeki yang diantar, bukan yang dijemput. Kalau benar, kalau jalannya lurus, bermanfaat buat banyak orang. Insya Allah nanti didatangkan. Tapi, ada ujiannya di sini. Ujiannya, ketulusan." tandas Mas J.

        Lebih lanjut, Mas J mengungkap bahwa untuk berbisnis tanpa modal dan tanpa koneksi, harus fokus pada kekuatan dan peluang. Setelah itu, atur cash flow, leverage (biaya untuk mempercepat profit), lalu promosi.

        "Di saat kita bangkrut, satu hal yang tidak jadi nol adalah ilmu, skill, credibility dan network." ujar Mas J.

        Kalau itu semua nol, maka lakukan penjualan dan promosi. Bagi Mas J, yang terpenting 'dapur ngebul' terlebih dahulu.

        Membangun relasi adalah hal yang penting. Karena sama dengan silaturahmi yakni memperpanjang umur dan memperlancar rejeki. Tuhan yang akan menggerakkan semua, baik kemudahan atau hambatan.

        Lebih lanjut, membangun relasi juga ada fondasinya yaitu kredibilitas atau kepercayaan. Dengan demikian, rejeki akan terus mengalir. Bahkan di rumah Mas J, makanan selalu ada saja yang mengantar.

        Lalu, jika ingin membangun relasi, jangan meminta apa yang akan kamu dapatkan, tetapi tanyakan kepada diri sendiri, apa yang dapat kamu berikan.

        "Kalau mentalnya orang kaya, itu giving (memberi), bukan taking," ujar Mas J.

        Orang bermental wirausaha tidak akan banyak 'tapi' dan 'nanti'. Dan kebanyakan, anak didik dari Mas J adalah orang-orang yang meski miskin harta, tetapi memiliki mental orang kaya. Mereka mau terus berusaha, pantang menyerah dan hobi sedekah.

        Jika ingin bisnis yang dijalani diteruskan oleh pemimpin yang berkualitas, maka harus memimpin dengan memberikan contoh.

        "Mendelegasikan kan prinsipnya simpel, saya melakukan kamu melihat (memberi contoh), kamu melakukan, saya melihat (monitoring). Nah kemudian kan, dia melakukan saya tidak lihat." tandas Mas J.

        Tetapi, ada suatu proses yaitu pada saat kita mengizinkan dia melakukan, itu berarti kita mengizinkan dia untuk berbuat salah.

        "Nah, prinsip pendelegasian seperti itu. Menciptakan leader, bukan follower," lanjut Mas J.

        Menciptakan pemimpin sama dengan memerintahkan suatu hal, tanpa memberi tahu caranya. Cara yang dilakukan orang tersebut akan mencerminkan kepemimpinannya.

        "Ada risiko dia jatuh, tapi tidak fatal," ujarnya.

        Jika semuanya diberi tahu, maka dia tidak akan mandiri secara belajar, tidak akan kreatif dan tidak memiliki keberanian nantinya. Seorang pemimpin, harus memiliki keberanian untuk berbuat kesalahan.

        Lebih lanjut, dalam bisnis kerap terjadi perang harga. Mas J pun mengungkap bahwa perang harga terjadi karena kita bisa dibandingkan dengan bisnis lain. Kemudian, pasarnya adalah orang-orang yang sensitif terhadap harga. Selain itu, jangan latah dalam berbisnis. Karena bisnis yang menjamur justru tidak baik karena harga akan hancur.

        "Karena itu, masuklah ke sesuatu yang tidak mudah untuk dibanting harganya," tandas Mas J.

        "Jika kita membuat nilai pembeda yang sangat kuat, maka kuncilah dengan brand," lanjut Mas J.

        Prinsip Mas J sepanjang hidupnya adalah bermanfaat buat banyak orang. Hal ini karena Mas J bosan hidup untuk mencari uang. Ia lebih memfokuskan diri pada membangun bisnis ke arah social business enterprise.

        Seperti YukBisnis dibangun oleh Mas J untuk kemudian suatu hari nanti ia wakafkan. Bisnis tersebut tidak akan ia tinggalkan untuk anak/cucunya. Terakhir, Mas J ingin membuat usaha yang dapat bermanfaat bagi UMKM dan menghimpun mereka semua.

        Hal ini karena hidup tidak selamanya, usia pun hanya sebentar.

        "Jangan sampai nanti meninggalkan dosa jariyah, bukan amal jariyah. Terlebih orang-orang yang menjadi influencer bagi orang banyak." tutup Mas J.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: