- Home
- /
- EkBis
- /
- Infrastruktur
Direktur Waskita Karya Beberkan Penyebab Perusahaan Terbelit Utang Rp90 Triliun
Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Destiawan Soewardjono mengatakan bahwa penyebab perusahaan infrastruktur yang dipimpinnya kini terbelit utang yang sangat besar.
Destiawan membeberkan, ada tiga hal faktor utama yang membuat Waskita Karya mencatat utang perusahaan mencapai Rp90 triliun dan bunga utang Rp4,7 triliun. Pertama, kegagalan proses divestasi lima ruas tol yang semula direncanakan rampung pada tahun lalu.
Baca Juga: Segmen Bisnis Konstruksi Tetap Profitable, Waskita Optimis Pulihkan Kinerja di 2021
"Akibat pandemi (Covid-19) ini, ada lima ruas yang gagal divestasi (tahun lalu) karena investor menunda," kata Destiawan dalam webinar online bertajuk Mengukur Infrastruktur, Kamis (8/4/2021).
Padahal, Waskita Karya berencana melakukan divestasi setelah konstruksi jalan tol rampung dan mulai beroperasi. "Setelah itu, (dana hasil divestasi) kami putar lagi untuk investasi," kata Destiawan.
Soal lima ruas tol yang akan didivestasi tersebut kini diserahkan ke Indonesia Investment Authority (INA) akan mempercepat prosesnya. Waskita Karya tahun ini menambah empat ruas tol lainnya yang akan didivestasi. Penyelesaian divestasi sembilan ruas tol perseroan tersebut dapat melepas utang sekitar Rp20 triliun dari buku perseroan.
Faktor kedua adalah proses restrukturisasi. Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma menilai restrukturisasi dengan pihak perbankan penting untuk mengurangi beban bunga kredit perseroan yang membengkak karena gagal divestasi tahun lalu.
Gagalnya divestasi lima ruas tol tahun lalu, menurut Taufik, membuat beban bunga kredit perseroan melonjak menjadi sekitar Rp 4 triliun.
"(Restrukturisasi) ini mudah-mudahan bisa segera direalisasikan. Kami dapat full support dari Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Kami cukup intens (berdiskusi) dengan pihak perbankan," kata Taufik (8/4/2021).
Adapun faktor ketiga adalah penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri. Pandemi Covid-19 dinilai sangat berpengaruh terhadap utilisasi proyek konstruksi perseroan.
Dengan begitu, kata Taufik, kondisi keuangan perseroan tidak kunjung membaik walaupun telah beradaptasi dengan pandemi. "Ini di luar kontrol kami, tapi ini sangat mempengaruhi Waskita," katanya.
Saat ini progress divestasi terhadap lima ruas jalan tol Waskita Karya masih berjalan, dengan rincian satu ruas telah selesai transaksi, satu ruas sedang dalam proses transaksi, dan tiga ruas dengan pola sell swap.
Sedangkan empat aset ruas jalan tol lainnya berpotensi didivestasikan ke Indonesia Investment Authority (INA). Keempat ruas itu adalah Pemalang-Batang (60 persen), Krian-Legundi-Bunder-Manyar (99,82 persen), Cimanggis-Cibitung (90 persen), dan Waskita TransJawa Toll Road (39,50 persen).
Taufik menjelaskan, Waskita Karya telah berdiskusi dengan Lembaga Penyelenggara Investasi (INA) yang baru terbentuk tersebut. “Dari diskusi sebenarnya INA ada rencana bersama dengan Waskita, aset mana saja yang akan didivestasikan tahun ini, tahun depan, bahkan 3 tahun lagi,” katanya.
Minat INA untuk menyerap aset Waskita Karya itu dipastikan tidak akan mengeliminasi proses divestasi ke investor yang dalam tahap proses, seperti ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Taufik berujar ruas tol tersebut telah dalam proses pelepasan ke investor asing dan INA juga tertarik untuk masuk, namun perusahaan pelat merah itu akan mengutamakan proses yang sudah berlangsung dengan investor asing sebelum INA.
Sebelumnya, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan menyoroti kinerja keuangan Waskita Karya. BUMN Karya ini termasuk yang disebutnya tengah kehausan sampai kerongkongan akibat terbelit utang jumbo.
Secara spesifik Dahlan mengatakan Waskita Karya bisa saja menjual jalan tol miliknya. Bila upaya ini dilakukan, perusahaan bisa membalikkan kerugian menjadi laba. Namun, tak banyak pihak yang mau membeli jalan tol di masa sulit.
Akhirnya kembali ke hukum dasar bisnis, yakni siapa yang efisien, dialah yang unggul. Waskita akan bisa cepat menjual asetnya kalau bisa menawarkan dengan harga menarik, tapi bagaimana bisa membuat harga menarik kalau biaya membuat jalannya saham sudah tinggi?," tutur Dahlan dalam laman pribadinya disway.id, Senin (5/4/2021).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: