Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Vandalisme Islamofobia di Prancis Kian Merajalela Jelang Ramadan, Terungkap Akarnya...

        Vandalisme Islamofobia di Prancis Kian Merajalela Jelang Ramadan, Terungkap Akarnya... Kredit Foto: Unsplash/Alice Triquet
        Warta Ekonomi, Paris -

        Menjelang Ramadan, gerakan vandalisme berbau Islamofobia kembali terjadi di Prancis. Namun ini bukan yang pertama. Sepanjang 2020, juga terjadi lonjakan anti Muslim di Negeri Napoleon itu.

        Salah satunya, yang terjadi di Kota Rennes. Sebuah masjid dan beberapa tembok bangunan dicoret-coret dengan berbagaislogan berbau melecehkan Islam. Insiden terjadi Minggu (11/42021). Pelaku juga membuat slogan-slogan anti Islam dengan cat pada sisi bangunan yang digunakan sebagai ruang shalat.

        Baca Juga: Penembakan Misterius di Prancis, Tewaskan Seorang Pria

        Pemerintah Prancis mengutuk aksi itu. Pada Minggu (11/4) itu juga, Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan, serangan terhadap kaum Muslim sama saja dengan serangan terhadap Prancis.

        Dia menyebut aksi vandalisme itu sebagai serangan menjijik­kan terhadap kebebasan funda­mental di negaranya. Menurut Darmanin, umat Islam berhak mendapatkan perlindungan yang sama seperti kelompok agama lain di Prancis.

        “Serangan ter­hadap Muslim adalah serangan terhadap Republik (Prancis) ini,” katanya, setelah mengunjungi lokasi kejadian, dikutip Agence France-Presse (AFP), kemarin.

        Di antara slogan yang ditulis pelaku adalah “Katolik—agama negara” dan “tidak untuk Islamisasi”.

        Majelis Agama Islam Prancis (CFCM), salah satu kelompok utama yang mewakili Muslim di Prancis, menyesalkan insiden itu.

        “Menjelang Ramadan dan menghadapi lonjakan aksi anti Muslim, CFCM menyerukan umat Islam di Prancis untuk waspada,” cuit organisasi itu di Twitter, kemarin.

        Vandalisme di Rennes bukan satu-satunya. Di Nantes, pintu masjid dirusak dengan dibakar pada Kamis malam (8/4). Pada Jumat (9/4), pria berusia 24 tahun yang mengikuti gerakanneo-Na­zi ditahan setelah mengirimkan ancaman kepada sebuah masjid di Le Mans.

        Presiden National Observatory Against Islamofobia, Abdallah Zekri menyebut, sedang ada peningkatan gerakan anti Islam di Prancis. Ia mencatat, sepanjang 2020 terdapat 235 serangan terhadap Muslim di Prancis. Jumlah itu meningkat dibanding 2019 yang mencatatkan 154 kasus penyerangan. Serangan terhadap masjid pun melonjak 35 persen dibanding 2019.

        Sebanyak 70 surat ancaman juga dikirim ke markas besar atau pengurus French Council of Muslim Worship (CFCM) tahun lalu.

        “Sebagian besar serangan terjadi di wilayah Ile-de-France (Paris besar), Rhones-Alpes, dan Paca,” jelas Zekri.

        Zekri meminta warga Muslim waspada, di tengah meningkat­nya penyebaran kebohongandan kebencian tentang Islam dan Muslim.

        “Muslim di Prancis khawatir dengan pandangannegatif beberapa anggota masyarakat tentang Islam,” lan­jutnya.

        Dia menekankan, tidak ada hubungan antara Islam dan terorisme. Menurutnya, Muslim di Prancis harus dapat menjalankan agamanya secara bebas seperti penganut agama lain.

        Tahun lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadapi gelombang kritik, karena menye­but Islam berada dalam krisis. Pernyataan itu terlontar saat dia menghadiri upacara peringatan Samuel Paty, seorang guru di Paris yang tewas dipenggal pada 16 Oktober tahun lalu.

        Pemenggalan itu terjadi setelah menyebarnya berita bohong yang menuding Paty menunjuk­kan karikatur Nabi Muhammad saat mengajar kelas kebebasan berbicara.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: