Perkenalkan Kate Wang, Wanita Cantik Berharta Rp37 T, Pendiri Raksasa Rokok Elektrik China
Industri rokok elektronik vape membuat Kate Wang menjadi miliarder dunia versi Forbes 2021. Perusahaan vape miliknya, RLX, membuat Wang memiliki harta sebanyak USD2,6 miliar (Rp37,8 triliun). Ia berbisnis karena melihat kebiasaan merokok sang ayah.
Wang tumbuh di Xi'an, China bagian tengah. Ia juga menempuh pendirikan di Universitas Xi'an Jiaotong tahun 2005 lalu. Usai lulus kuliah, ia pun menjadi manajemen trainee Procter&Gamble (P&G) di Guangzhou.
Baca Juga: Vaksin Pfizer-BioNTech Sukses Besar, Miliarder di Baliknya Justru Ogah Jual Saham, Ternyata karena..
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Rabu (21/4/21) usai tiga tahun bekerja sebagai manajer proyek di sektor kecantikan, Wang pun pindah ke Hong Kong untuk membuat perusahaan investasi. Sayangnya, perusahaannya tak bertahan lama.
Hingga pada tahun 2011, Wang pindah ke Amerika Serikat (AS) untuk mengejar gelar MBA di Columbia Business School. Di sanalah Wang berubah. Ia mengaku New York memiliki banyak peluang lantaran bergerak sangat cepat dan memberinya pola pikir yang berbeda.
Setelah itu, Wang kembali ke China, ia pun tinggal di Beijing dan bergabung dengan perusahaan konsultan Bain & Co. Setelah itu, dia pindah ke Uber China yang kemudian gabung menjadi layanan ride-hailing Didi Chuxing.
Tak puas dengan rentetan karir gemilangnya, pada tahun 2017, demam rokok elektronik pun dimulai. Amerika Serikat (AS) saat itu memiliki Juul Labs yang telah mencetak lebih dari USD100 juta dalam pendanaan tahap awal.
Saat itu, hanya ada 0,5% dari total 300 juta perokok yang menggunakan rokok elektrik di China. Wang juga sempat menjadi seorang perokok. Namun, ia berjuang untuk berhenti karena ia adalah seorang ibu. Wang mengaku malu jika pulang dengan bau tembakau yang menempel di bajunya.
Ayah Wang juga perokok aktif yang bisa menghabiskan dua bungkus rokok sehari. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan. Sehingga, Wang beralih ke rokok elektrik.
Dari mencoba beragam rokok elektrik, Wang merasa tak ada yang enak. Karena itu, ia melihat adanya peluang pasar dan nekat membangun merek hingga perusahaan sendiri saat dia masih bekerja di Didi. Setelah itu, Wang memutuskan keluar dari Didi dan mengajak lima rekannya untuk bergabung dalam perusahaan vape yang akan dia bangun.
Bersama dengan enam orang yang menjalankan bisnis vape, mereka mulai mencari dana ke crowdfunding di situs e-commerce JD.com. Wang dan rekan-rekannya pun akhirnya berhasil mengumpulkan sekitar USD6 juta dalam pendanaan awal dari IDG Capital dan perusahaan VC Beijing Source Code Capital pada Juni 2018.
Pada paruh pertama 2019, setelah lebih dari satu tahun beroperasi, perusahaaan mulai berhasil merebut hampir setengah dari pasar vaping domestik China. Hal ini karena RLX bermitra dengan Smoore, pembuat perangkat vaping terbesar di dunia yang dipimpin oleh miliarder Chen Zhiping pada Juni 2018 lalu.
Smoore menghasilkan lebih dari 70 persen produk RLX pada tahun 2019. Selain itu juga pasar vaping di China hampir tidak diatur, sehingga membuat RLX tumbuh dengan cepat. Pada April 2019, RLX mendapatkan USD75 juta dalam putaran Seri A dari Sequoia China dan investor miliarder Yuri Milner.
Pada September tahun 2019, perusahaan membuka pabrik seluas 215 ribu kaki persegi di selatan Shenzhen dengan 4.000 pekerja. Namun, pemerintah China mulai menindak industri vape. Pada Oktober 2019, bisnis vape milik Wang mulai goyang. Pemerintah China dan melarang penjualan rokok elektronik online dalam upaya mengekang vaping di bawah umur.
Kebijakan tersebut menghapus 20 persen bisnis RLX. Jadi Wang dan rekannya putar otak dan memutuskan untuk membuka toko utama di Shanghai. Perusahaan juga memasang teknologi ID dan pengenalan wajah untuk mencegah anak di bawah umur berbelanja di gerainya.
Di luar China, vape RLX dijual oleh RELX International, perusahaan milik pribadi yang terpisah dengan dari induk ini merencanakan ekspansi ke AS. Awal tahun ini, Januari 2021, RLX berhasil IPO di New York Stock Exchange dan berhasil mengumpulkan USD1,4 miliar.
Alhasil, empat pendirinya masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia. Bahkan, meski pandemi corona, penjualan RLX tumbuh 147% menjadi USD585 juta pada tahun 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami