Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Yang Sayang Keluarga, Pliss... Jangan Mudik Ya

        Yang Sayang Keluarga, Pliss... Jangan Mudik Ya Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perupadata mengunggah meme dua orang yang mudik menggunakan sepeda motor. Barang bawaanya cukup banyak. Koper di bagian depan dan kardus di belakangnya. Serta tas ditaruh di bagian depan badan. Cukup merepotkan.

        Untunglah kesadaran masyarakat tidak mudik Lebaran mulai tumbuh. Dari semula 89 juta atau 33 persen sebelum mudik dila­rang, turun menjadi 29 juta atau 11 persen. Kemudian turun lagi menjadi 18,9 juta atau 7 persen setelah dilakukan sosialisasi larangan mudik.

        “Angka yang masih cukup tinggi untuk bisa memicu lonjakan,” ujar perupadata.

        Dyanda Demi kembali mengingatkan masyarakat tidak mudik demi menekan penyeba­ran Covid-19 dan demi kesehatan masyarakat Indonesia.

        Baca Juga: Jelang Larangan Mudik, Petugas Perketat Akses Pelabuhan Bakauheni

        “Perlu tindakan tegas kepada pemudik bandel dan tidak ada perkecualian,” ka­ta Wahyudi.

        Akun @agus039 mengapresiasi kesadaran masyarakat sehingga membatalkan niatnya Lebaran di kampung halaman. Namun, 7 persen masyarakat yang masih ngotot mudik masih cukup besar. “Tujuh persen ini masih besar, 18,9 juta orang,” kata dia, mengingatkan.

        Akun @PolrestabesMDN menyambung. Dia mengingatkan masyarakat bahwa virus tidak berpindah, tapi manusialah yang menye­barkan. “Kalau sayang keluarga jangan mudik dulu,”katanya.

        “Tunda dulu mudiknya. Utamakan kesehatan dan keselamatan keluarga yang di kampung dari penularan Covid,” sambung @polseksawangan_.

        Menurut @mang_ib, lonjakan Covid-19 di sejumlah negara harus menjadi pengingat un­tuk waspada. “Jangan pernah lengah, sekecil apa pun kasus aktif di satu provinsi, kabupaten atau kota,” kata dia, mengingatkan.

        “Dengan tidak mudik, bukan berarti pu­tus silaturahmi, lho! Warga tetap bisa jalin silaturahmi dengan keluarga di kampung halaman secara virtual dengan video call, telepon, chatting maupun zoom,” ujar @DivHumas_Polri.

        Berdasarkan kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), kata @AlbertSolo2, bandara tetap buka pada masa pelarangan mudik, tapi hanya dikhususkan untuk penerbangan pengangkutan logistik pangan dan pengiriman paket ekspedisi.

        “Sedangkan pesawat terbang komersial dilarang,” kata dia.

        Sementara, A Bang Hari tidak setuju dengan larangan mudik Lebaran. Dia mengusulkan, mudik diperbolehkan dengan syarat diper­ketat, prokes ditegakkan dan harus ada keterangan negatif Covid-19.

        “Pengawasan dari aparat dan disiplin masyarakat yang harus ditegakkan, bukan dila­rang,” kata dia.

        “Bila mudik masih ramai, itu artinya berita baik, ekonomi tumbuh,” sambung Bengawan Farm menimpali.

        Senada dilontarkan @Ebas2010. Menurut dia, pemerintah tidak usah khawatir dengan masyarakat yang mudik. Dengan ada pergera­kan masyarakat, justru mendorong pertumbu­han ekonomi.

        “Justru pemerintah harusnya lebih kha­watir lagi dengan kondisi ekonomi yang semakin mundur, lapangan kerja makin sulit, pengangguran semakin banyak,” tan­das Fathur086.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: