Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mendag: ASEAN Peluang Investasi Baru bagi Dunia Internasional

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Pertemuan?ASEAN Economic Ministers (AEM)?di Nay Pyi Taw, Myanmar, memastikan ASEAN sebagai peluang investasi baru bagi dunia internasional.

        Demikian?dikatakan Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi ketika melakukan pertemuan dengan?pengusaha-pengusaha Amerika Serikat (AS) di Myanmar dalam rangkaian pertemuan AEM.?Pertemuan bilateral Indonesia-US ASEAN Business Council (US ABC)?ini dipimpin langsung Mendag?Lutfi.

        "ASEAN akan berkembang secara progresif di masa mendatang dengan pasar yang potensial.?ASEAN merupakan pasar tunggal sehingga dapat menjadi basis produksi yang bisa menjadi platform bagi pebisnis internasional. Selain itu, ASEAN dapat dijadikan tempat untuk?mengembangkan?global value chain," jelas Lutfi dalam keterangan resmi yang diterima redaksi?Warta Ekonomi?di Jakarta, Selasa (2/9/2014).

        Lutfi meyakinkan para pengusaha AS tentang?masa depan ASEAN, terutama jika berinvestasi di Indonesia.?Ia menegaskan kondisi perekonomian Indonesia saat ini sangat kondusif bagi investasi baru,?meskipun Indonesia baru saja menjalankan Pemilu Presiden 2014.

        Kondisi demografi Indonesia juga?dijelaskan Lutfi untuk menunjukkan peta wilayah dan perdagangan di Indonesia, termasuk sebagai?bagian penting peluang investasi. Namun, potensi sumber daya ekonomi Indonesia masih perlu?mendapat perhatian serius.

        "Indonesia memiliki potensi sumber daya ekonomi yang sangat besar dan kini semua perizinan?investasi semakin dipermudah," tandas Lutfi.

        Pada kesempatan tersebut, Mendag Lutfi mengajak para pengusaha AS segera berinvestasi di?Indonesia. Sejumlah isu yang menjadi sorotan para pengusaha AS tersebut antara lain Permendag 70/2013 dan dampaknya terhadap investasi mereka,?e-commerce, sektor jasa, dan infrastruktur di ASEAN.

        Sementara itu, pertemuan?Regional Comprehensive Economic Partnership Ministerial Meeting?(RCEP MM) di mana Indonesia sebagai koordinator RCEP dan Iman Pambagyo sebagai Ketua?RCEP-Trade Negotiating Committee (RCEP-TNC)?juga dilaksanakan dalam rangkaian pertemuan AEM.?Pada pertemuan ini dilakukan perundingan pembentukan Perjanjian RCEP melibatkan ASEAN?dengan enam negara mitra (ASEAN Free Trade Partners/AFPs), yaitu Australia, Tiongkok, India,?Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.

        "Perundingan ini dimaksudkan untuk integrasi ASEAN dengan perekonomian global sebagai wujud respons ASEAN terhadap dinamika kawasan," tegas?Lutfi.

        Lutfi menyampaikan para menteri dalam pertemuan ini memberikan masukan dan arahan kepada?para perunding RCEP-TNC untuk menyelesaikan perundingan sesuai dengan waktu yang telah?ditetapkan.

        "Diharapkan penyelesaian perundingan akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui?peningkatan akses pasar dan memperkuat integrasi ekonomi yang ditujukan untuk peningkatan?kesejahteraan di kawasan," jelas Lutfi.

        Terdapat tiga isu utama dalam RCEP yang penting untuk diselesaikan, yaitu mengenai?perdagangan barang, jasa, dan investasi. Dalam perdagangan barang, para menteri meminta?penyelesaian komitmen modalitas barang yang mencakup?minimum threshold for initial offers?(berupa penghapusan tarif atas?tariff lines?dan?trade values) berdasarkan komitmen dan jangka?waktu liberalisasi dalam lima perjanjian FTAs yang telah ada agar dapat diselesaikan pada Oktober 2014.

        Pada perdagangan jasa, para menteri meminta untuk mempercepat penyelesaian dengan?menggunakan pendekatan yang tepat untuk jadwal komitmen dan menyarankan untuk menggunakan?pendekatan negatif untuk investasi.

        "Jasa dan investasi memainkan peran penting bagi sektor?perdagangan. Dalam hal ini Indonesia mendukung penyelesaian jadwal komitmen investasi?menggunakan pendekatan negatif," ujar Lutfi.

        Isu lainnya adalah UKM,?e-commerce, dan?government procurement?yang bersifat?cross-cutting issues?akan dibahas dalam level TNC sampai dengan disepakati perlunya dibentuk?kelompok kerja tersendiri membahas isu tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cahyo Prayogo
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: