Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tepok Jidat! Moeldoko Kasih Obat Cacing ke Pasien Covid-19, Kena Sentil Deh!

        Tepok Jidat! Moeldoko Kasih Obat Cacing ke Pasien Covid-19, Kena Sentil Deh! Kredit Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn) Moeldoko ikut turun tangan atasi lonjakan kasus Corona di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Eks Panglima TNI itu membagikan obat Ivermectin untuk warga Kudus. Namun, niat baik Moeldoko itu disentil Satgas Penanganan Covid-19 dan kalangan dokter. Soalnya, Ivermectin yang dibagikan Moeldoko itu bukan obat Corona, melainkan hanya obat cacing.

        Pembagian Ivermectin ke warga Kudus dilakukan Senin (7/6) kemarin. Jumlahnya mencapai 2.500 dosis. Moeldoko membagikan Ivermectin dalam kapasitasnya sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Baca Juga: Kekuatan Mautnya Tidak Habis, Moeldoko Gas Pol Pilpres 2024

        Kiriman dari Moeldoko itu diterima langsung Bupati Kudus, Hardopo. Obat tersebut kemudian dibagikan untuk warga di 3 kecamatan yang merupakan wilayah zona merah di Kudus. Yakni Kecamatan Jati, Kecamatan Kota, dan Kecamatan Mejobo. Penerimanya adalah warga yang sedang dirawat di rumah sakit ataupun sedang menjalani isolasi mandiri karena terpapar Corona. Baca Juga: Curi Start Pasang Baliho di Seantero Jawa Timur: Puan Maharani Kuat untuk Pilpres 2024

        Ide memberikan Ivermectin kepada pasien Corona, didapat Moeldoko dari penanganan pasien di India. Negara yang sedang dihantam badai Corona sejak 2 bulan ini, diklaim mampu meningkatkan angka kesembuhan, setelah pasien Corona dikasih Ivermectin. 

        “Saya berinisiatif membagikan obat yang sama ini di tiga kecamatan di Kudus yang paling parah keadaannya,” kata Moeldoko dalam keterangan persnya, Senin (7/6).

        Hal itu dibenarkan Vice President PT Harsen Laboratorie, Sofia Koswara selaku perusahaan yang memproduksi Ivermectin. Atas bantuan Moeldoko juga, kata dia, izin untuk bisa memproduksi dalam negeri bagi Ivermectin bisa dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

        “Ketika kami menyampaikan laporan tentang Ivermectin kepada Bapak Moeldoko, beliau segera memberikan arahan agar diurus izin edarnya, supaya bisa diproduksi di dalam negeri dan tidak perlu impor lagi,” jelas Sofia.

        Namun, sayangnya, di saat Moeldoko sudah membagi-bagikan Ivermectin, justri India malah menyetop penggunaan obat tersebut bagi pasien Corona. Bukan hanya obat itu, mereka pun menyetop Azithromycin, Doxycyline, Zinc, Favipiravir, dan terapi plasma.

        Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito membantah klaim Moeldoko kalau Ivermectin efektif menjadi obat Corona. Wiku justru meminta sejumlah daerah, seperti Kudus, mesti berhati-hati menggunakan Ivermectin untuk pasien Corona dan tetap mengikuti rekomendasi BPOM.

        “Mohon bagi daerah yang telah menerima bantuan pengobatan Ivermectin untuk memastikan penggunaannya sesuai rekomendasi BPOM,” imbau Wiku.

        Wiku menyebut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes akan menguji lebih lanjut obat Ivermectin. Menurutnya, saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan Covid-19. “Balitbangkes Kemenkes akan melakukan studi lanjutan dengan melibatkan rumah sakit,” terang jubir bergelar profesor itu.

        Dalam akun resminya, BPOM menyebut Ivermectin masih perlu bukti ilmiah untuk meyakinkan terkait keamanan, khasiat, dan efektivitasnya sebagai obat Covid-19 melalui uji klinis lebih lanjut. Penelitian untuk pencegahan maupun pengobatan Covid-19 yang sudah dipublikasikan menyatakan, Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium.

        “Akan tetapi, masih diperlukan bukti ilmiah,” jelas BPOM.

        BPOM mengatakan, Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek samping. Antara lain, nyeri otot/sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, mengantuk, dan Sindrom Stevens-Johnson. Meski telah mengantongi izin edar, BPOM menyatakan masih perlu bukti ilmiah terkait keamanan, khasiat, dan efektivitas sebagai obat Covid-19.

        Prof Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara soal Ivermectin. Dalam akun Twitternya @ProfesorZubairi, dia menjelaskan secara gamblang tentang Ivermectin yang tak lain adalah obat cacing. “Singkatnya, obat ini adalah untuk mengobati infeksi cacing gelang di dalam tubuh manusia,” cuit Zubairi, kemarin.

        Zubairi mengatakan, Ivermectin populer disebut-sebut sebagai obat yang dapat menghambat perkembangan Covid-19. Lantaran ada studi di Australia yang mengklaim, obat ini bekerja dengan cara menghambat protein yang membawa virus penyebab Covid-19 ke dalam inti tubuh manusia.

        “Persoalannya, studi ini baru dilakukan terhadap sel-sel yang diekstraksi di laboratorium. Uji coba Ivermectin pada tubuh manusia belum dilakukan,” jelasnya.

        Tak hanya di Australia, Guru Besar fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menyebut, studi lainnya juga dilakukan di Bangladesh. Tapi, penelitinya pun menyatakan terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Ivermectin efektif untuk pengobatan Covid-19.

        “Yang jelas, European Medicines Agency (EMA) dan Food and Drug Administration (FDA) belum mengizinkan Ivermectin digunakan untuk mengobati Covid-19,” kata Zubairi.

        Pada kesimpulannya, EMA menyatakan bahwa sebagian besar studi yang ditinjau memiliki keterbatasan. Mereka belum menemukan bukti cukup untuk mendukung penggunaan Ivermectin pada Covid-19 di luar uji klinis.

        Kalau FDA, pada beberapa pernyataannya mengingatkan bahwa dosis besar dari Ivermectin itu berbahaya. Apalagi jika berinteraksi dengan obat lain seperti pengencer darah, dan bisa menyebabkan overdosis. “Prinsipnya, studi Ivermectin sebagai obat Covid-19 masih sangat terbatas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut,” katanya.

        Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menegaskan Ivermectin belum terbukti efektif untuk mengobati Covid-19. Karena ini obat cacing. Sejauh ini, belum ada riset yang membenarkan penggunaan Ivermectin untuk pasien Covid, kecuali dalam uji klinis. “WHO sendiri tidak merekomendasikan. Kemudian FDA juga sama,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

        Di samping itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya merekomendasikan penggunaan Ivermectin untuk keperluan uji klinis, bukan untuk pasien Covid-19, baik dalam tingkat keparahan apa pun.

        Apa tanggapan Moeldoko? Purnawirawan Jenderal ini tetap bergeming. Dia masih yakin dengan informasi yang diterimanya, Ivemectin punya khasiat untuk pasien Corona. “Saya sudah menggunakan beberapa kali, nggak ada masalah, dan saya sehat-sehat saja,” ungkap Moeldoko, di Jakarta, kemarin.

        Moeldoko mengklaim, Ivermectin tak membawa risiko kematian dan masih digunakan di sejumlah negara. “Kita melihat beberapa negara yang sudah gunakan itu dan berhasil. Pada satu sisi kita menghadapi situasi di mana peningkatan itu muncul, apakah kita harus diam?” sebutnya.

        Dia mencontohkan India bisa keluar dari gelombang tsunami Covid karena Ivermectin. Artinya, obat tersebut ampuh menurunkan angka kasus Corona. “Maka saya berinisiatif untuk membagikan obat yang sama ini di tiga kecamatan di Kudus yang paling parah keadaannya,” imbuh Moeldoko.

        Tapi di India sudah dihentikan? “Kita lihat positifnya, jangan kita lihat negatifnya, karena kita saat ini menghadapi sebuah situasi yang cukup emergency untuk ditangani itu ya,” ucap mantan Kepala Staf TNI AD itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: