Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) periode 2012 – 2020, Derom Bangun mengungkapkan, industri sawit sudah masuk ke dalam digitalisasi atau era industri 4.0.
Berbagai kegiatan seperti pembibitan, pemupukan, panen hingga pengangkutan sudah dilakukan dengan sistem digital.
Baca Juga: Dukungan Sarana Prasarana BPDPKS untuk Pekebun Sawit
“Masa depan memerlukan teknologi tinggi, karena itu industri sawit dari sekarang sudah mulai memasuki tahap digitalisasi. Dengan teknologi ini kami yakin dapat meningkatkan produktivitas, bibit bermutu, digitalisasi operasional perkebunan dan industri sawit,” kata Derom dalam Webinar bertema Transformasi Digital untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia, Senin (14/6/2021).
Dikatakan Derom, melalui digitalisasi, kegiatan pembibitan, pemupukan, panen dan pengangkutan dapat menjadi lebih efisien.
“Sekarang Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) memperkenalkan DxP PPKS 540 diklaim dapat memproduksi tandan buah segar (TBS) mencapai 35 ton per hektar dan minyak sawit mentah (CPO) 10 ton per hektar,” jelas Derom.
Jika 70 persen dari luas areal perkebunan sawit Indonesia yang 16,38 juta hektar menggunakan bibit sawit tersebut, maka total produksi CPO Indonesia bisa mencapai 100,9 juta ton per tahun. “Itulah suatu capaian yang kita yakini dapat diperoleh masa depan dengan digitalisasi,” kata Derom.
Senada dengan hal tersebut, Chief Executive Officer Esri Indonesia, Achmad Istamar menjelaskan, penerapan Geo-AI dalam pertanian presisi dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ini dapat memonitor tanaman, kandungan nitrogen, dan kadar tanah.
“Dengan menggunakan teknologi ini tidak hanya melakukan deteksi mengenai tanaman sehat dengan mengindentifikasi dari warnanya namun juga bisa menganalisa pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu,” ujar Achmad.
Tidak hanya itu, dalam pengendalian penyakit tanaman juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin yang dapat mengidentifikasi tanaman yang memiliki penyakit. “Kita bisa melihat pokok-pokok yang terdampak dari penyakit berdasarkan pola penyebarannya dan ini membantu untuk penanganan penyebaran penyakit atau hama,” jelas Achmad.
Dalam kegiatan panen juga dibutuhkan pengetahuan mengenai kematangan TBS karena berkaitan dengan proses pengolahan minyak sawit. “Kami saat ini sedang melakukan penelitian dengan komputer untuk melihat tingkat kematangan buah, sehingga tingkat kematangan bisa standar yang mampu diakses oleh semua orang,” ungkap Achmad. Selain itu, teknologi juga ini dapat mendeteksi titik api (hotspot) dengan mengklasifikasi titik api yang probabilitas tinggi maupun rendah.
Plant Investment dan GIS PT Perkebunan IV, Prasetyo Mimboro mengatakan, perusahaan menerapkan teknologi Geographic Information System (GIS) untuk melaksanakan pengelolaan bisnis perkebunan yang lebih baik dan efisien.
“Dalam implementasinya, PTPN IV membuat dashboard yakni monitoring survei aset, monitoring produksi, dan aplikasi pelaporan data,” ujar Prasetyo.
Menurutnya, perusahaan akan terus mengembangkan teknologi ini karena salah satunya untuk pemanfaatan analisis penyakit tanaman. “Tak kalah penting monitoring truk pengangkutan TBS yang fokus kepada geospasial teknologi, dimana secara otomatis akan mengetahui jalur tercepat atau jalur terpendek truk menuju pabrik kelapa sawit,” ungkap Prasetyo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: