Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Industri Sawit 'Kebal Corona', Bawa Angin Segar Bagi Pelaku Usahanya

        Industri Sawit 'Kebal Corona', Bawa Angin Segar Bagi Pelaku Usahanya Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tak dapat dimungkiri, pandemi Covid-19 telah berdampak pada hampir semua sektor bisnis, kecuali industri perkebunan kelapa sawit. Pasalnya, aktivitas produksi kelapa sawit masih bisa berjalan normal di tengah, tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.

        Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede mengatakan, industri kelapa sawit menyerap 16 juta lapangan kerja yang mampu menjamin kesejahteraan pekerja di tengah pandemi.

        Baca Juga: Per Akhir Juni 2021, Import Duty Sawit India Diturunkan

        "Di saat banyak sektor ekonomi terpuruk akibat pandemi, industri sawit jadi salah satu industri besar nasional yang nggak terdampak, kegiatan operasional di perkebunan bisa berjalan normal," ungkapnya dalam diskusi daring Tempo bertema 'PSR dan Peningkatan Industri Sawit Nasional', pada Rabu (30/06/2021).

        Tidak hanya 'kebal' Corona, industri kelapa sawit juga mendapatkan angin segar dengan pergerakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus menanjak sejak awal tahun hingga sempat mencapai di atas level US$1.000 per ton pada Mei 2021 lalu. "Pada akhir Januari 2021, kenaikan harga juga berdampak positif pada kenaikan Tandan Buah Segar (TBS) Sawit, sehingga penerimaan di sisi perkebunan rakyat juga meningkat," ungkap Raden.

        Lebih lanjut dikatakan Raden, Indonesia memiliki potensi menjadi penentu harga pada komoditas sawit. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar CPO di dunia. "Indonesia punya posisi price maker karena produsen dan eksportir terbesar, tujuannya bisa atur harga jual dan bisa berdampak positif pada dalam negeri," ungkap Raden.

        Kendati demikian, prospek CPO saat ini kembali dibayangi risiko terkait pandemi, setelah Indonesia dan Malaysia yang merupakan produsen utama komoditas ini menghadapi gelombang kedua penyebaran Covid-19, menyusul masuknya varian Delta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: