Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, blak-blakan mengkritik masuknya 20 tenaga kerja asing (TKA) China ke Indonesia di tengah masa PPKM darurat. Kritikan keras tersebut diungkapkan Azyumardi Azra dalam webinar nasional bertajuk Etika Politik di Tengah pandemi' yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur yang digelar secara virtual.
Azyumardi juga mengkritik pejabat yang menyampaikan masuknya 20 TKA China itu untuk bekerja di proyek strategis nasional. Pejabat itu disebutnya tidak memiliki rasa malu.
Baca Juga: Menyoal TKA China, Sstt... Ada Bisikan Megawati ke Jokowi
Dalam acara tersebut, Azyumardi mengatakan ada lima penyebab etika politik Indonesia yang dinilai amburadul sejak sebelum masa pandemi corona. Tak hanya itu, di masa pandemi Covid-19, Azyumardi Azra juga mengaku tak habis pikir tetap dibolehkannya kedatangan TKA China di tengah diberlakukannya PPKM darurat di Jawa dan Bali. Apalagi, di Jakarta dilakukan pembatasan mobilitas, tapi di sisi lain tenaga kerja asing masuk ke dalam negeri.
"Ada lima hal yang menyebabkan etika politik kita itu amburadul, bahkan sejak masa sebelum pandemi, bahkan sekarang lebih meningkat kacau-balau," jelas Azyumardi Azra dikutip GenPI.co, Kamis (8/7).
"Misalnya, keluarga kita sendiri disekat, di sini nggak bisa jalan ke sana, nggak tahu saya di Kaltim itu disekat atau nggak, sedangkan di sini disekat di Pasar Jumat, perbatasan antara Tangsel dan Jaksel, kecuali saya membawa jenazah," sambungnya.
Azyumardi Azra mengaku geram melihat hal itu lantaran pada saat yang sama, 20 orang TKA China datang masuk ke Indonesia. "Nah, para pejabat itu tanpa malu mengatakan ya mereka ini bekerja di proyek strategi nasional," ungkap Azyumardi Azra.
Ia mengaku tidak mengerti apa yang akan dikerjakan TKA China itu dalam proyek strategis nasional. Sebab, Azyumardi menilai para pekerja TKA China yang masuk di Indonesia rata-rata pekerja kasar.
"Saya nggak ngerti proyek strategis nasional apa, paling kerjanya itu cuma menggali-gali tanah atau mengelas-ngelas atau memasang mesin yang saya tahu. Mereka itu umumnya adalah blue collar, jadi pekerja-pekerja kasar yang kerah bajunya itu biru, bukan expert atau white collar bukan kerah putih yang memang spesialis," bebernya.
Selain itu, Azyumardi Azra membandingkan ketika pejabat tinggi di beberapa negara lainnya mengundurkan diri dan meminta maaf karena merasa gagal menangani pandemi Covid-19. Hal itu berbeda dengan pejabat di Indonesia. Menurutnya, pejabat di Indonesia tidak ada yang meminta maaf dan mengundurkan diri.
"Kemarin itu ada beredar misalnya di beberapa negara ada pejabat-pejabat tinggi yang merasa gagal menangani pandemi mundur diri, minta maaf dan mengundurkan diri," jelas Azyumardi Azra.
"Terus ada kritik pejabat-pejabat kita ini tidak ada etika sama sekali. Jangan kan mundur, minta maaf aja tidak ada. Tidak berhasil mengendalikan pandemi, meminta maaf saja tidak ada merasa tidak bersalah apa-apa, gitu kan," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: