Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ini Kata Akademisi, Kata-katanya Terang: Kemampuan Pemerintah Jokowi Tertutup...

        Ini Kata Akademisi, Kata-katanya Terang: Kemampuan Pemerintah Jokowi Tertutup... Kredit Foto: Instagram/Joko Widodo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Akademisi Rocky Gerung blak-blakan memberikan pandangannya terkait pergerakan mahasiswa yang belakangan ini kembali mencuat usai unggahan kritik BEM UI kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rocky Gerung membeberkan, bahwa gerakan mahasiswa muncul untuk melawan kebohongan dari kekuasaan.

        Pernyataan tersebut diungkapkan pengamat politik ini dalam video di kanal YouTube Rocky Gerung Official.

        Baca Juga: Rocky Gerung Ucap Sosok Tak Mampu, Percuma Didandanin, Mas Anies Baswedan Dengerin Tuh!

        "Kekuasaan seharusnya melihat bahwa yang diucapkan Leon dan kawan-kawan adalah upaya untuk memberi tahu bahwa tubuh republik ini sedang kemasukan virus kebohongan," jelas Rocky Gerung.

        Namun, menurut Rocky Gerung, bahwa tak hanya mahasiswa dari UI saja yang mengatakan hal tersebut.

        Sebab, ada beberapa pengusaha yang angkat kaki dari Indonesia karena menganggap negara ini memiliki aturan ekonomi yang omong kosong, terutama dalam pemberantasan korupsi.

        "Pemain-pemain pasar keuangan dunia kabur dari Indonesia karena menganggap pemerintah Indonesia lip service," ungkapnya.

        Mantan dosen filsafat Universitas Indonesia menilai, bahwa Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra hanya menambahkan kata "King" dan memberikan gelar The King of Lip Service itu kepada Presiden Jokowi.

        Rocky Gerung mengungkapkan, bahwa publik tak memerlukan data untuk bisa melihat kebohongan yang kerap dilakukan pemerintah Indonesia.

        "Kalau kita punya otak, untuk apa harus pakai data? Tanpa data pun otak kita diperlukan untuk memberi kritik," beber Rocky Gerung.

        Namun, Rocky Gerung menilai bahwa data tersebut memang tak ada, karena sudah disembunyikan oleh Pemerintah Indonesia.

        "Kalau saya mau kritik kerusakan hutan di Indonesia, saya tak perlu data. Bahkan data kepemilikan hutan oleh sepuluh konglomerat saja mungkin tak akan dapat, karena dianggap rahasia," ujar Rocky Gerung.

        Menurut Rocky Gerung, apa yang dilakukan oleh BEM UI dan diamplifikasi oleh BEM Seluruh Indonesia adalah Butterfly Effect.

        "Sekepak sayap kupu-kupu di Hutan Amazon itu bisa timbulkan badai di California. Apa yang diucapkan BEM UI itu seperti sayap kupu-kupu," ungkapnya.

        Rocky Gerung juga menegaskan bahwa kondisi pemerintahan Indonesia memang sudah seperti itu. Bahkan Rocky Gerung mengaku tak keberatan jika dirinya juga ikut ditunggangi oleh BEM UI.

        "Sebab, memang seperti itu keadaan kita hari ini," tuturnya. Lebih lanjut, Rocky mengatakan bahwa kemampuan pemerintah Jokowi untuk peka terhadap problem di masyarakat tertutup oleh arogansi.

        "Jadi, pemerintah tak mau dengar. Satu kritik dihalangi, lalu kekuasaan merasa bahwa dia bisa tutupi kritik 700 BEM se-Indonesia misalnya itu," katanya.

        Akademisi itu memaparkan bahwa suatu gerakan politik akan berlangsung efektif jika monumennya dipasang saat momentum terjadi.

        "Momentum itu yang akan menumbuhkan monumen. Gerakan mahasiswa itu adalah monumen, momentumnya adalah krisis politik, moral, dan ekonomi di Indonesia," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: