Buka Kembali Perlintasan Perbatasan, Taliban Pungut Pajak di Perbatasan Pakistan
Kelompok Taliban mulai menarik pajak barang yang masuk atau keluar dari Afghanistan ke Pakistan maupun sebaliknya di distrik perbatasan Spin Boldak. Taliban merebut wilayah itu dari pasukan pemerintah Afghanistan awal bulan ini.
“Taliban telah mengeluarkan dokumen pajak setebal 20 halaman yang menyebutkan tarif berbagai barang yang masuk ke Afghanistan atau masuk ke Pakistan,” kata Wakil Presiden Pak-Afghan Joint Chamber of Commerce and Industry (PAJCCI) pada Selasa (27/7/2021), dikutip laman Dawn.
Baca Juga: Takut Jadi Mangsa Taliban, Lusinan Jenderal Purnawirawan Minta Relokasi Warga Afghanistan
Dia mengatakan, pejabat Taliban di Wesh mendapatkan pajak yang mereka tetapkan sendiri untuk setiap barang impor dan ekspor. “Para importir dan eksportir Afghanistan serta Pakistan harus membayar pajak dan bea lainnya dua kali,” kata Kakar, yang menjalankan bisnis impor dan ekspor dengan Afghanistan.
Kakar menjelaskan, setelah membayar pajak kepada Taliban, importir dan eksportir harus turut membayar pajak kepada pejabat pemerintah Afghanistan untuk mencapai Kandahar. Dia mengatakan, pejabat Pakistan juga memungut pajak sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh Badan Pajak Pakistan.
“Kami tidak menghadapi masalah apa pun di sisi perbatasan Pakistan dan truk-truk yang membawa transit Afghanistan atau barang perdagangan lainnya menyeberang ke Afghanistan dengan lancar setelah menyelesaikan semua formalitas,” ujar Kakar.
Pakistan membuka kembali perlintasan perbatasan Chaman-Spin Boldak pada Senin (26/7). Hal itu memungkinkan lebih dari 100 truk yang membawa berbagai barang menyeberang ke Afghanistan. Awal bulan ini, Pakistan menutup perlintasan tersebut karena pertempuran sengit antara Taliban dan pasukan Pemerintah Afghanistan.
Dua pejabat bea cukai Pakistan yang meminta identitasnya disamarkan mengungkapkan, Pemerintah Pakistan mendapat tekanan para pedagang yang meminta truk angkutan mereka melintas. Jika tidak, mereka khawatir barang-barang yang dibawa akan membusuk atau hancur.
Dalam perkembangan berbeda, delegasi Taliban dilaporkan bertemu Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Tianjin, Rabu (28/7/2021). Masalah keamanan dan proses perdamaian Afghanistan menjadi topik pembahasan mereka.
“Politik, ekonomi, dan isu-isu yang berkaitan dengan keamanan kedua negara serta situasi Afghanistan saat ini dan proses perdamaian dibahas dalam pertemuan tersebut,” kata juru bicara Taliban Mohammad Naeem lewat akun Twitter-nya.
Sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, Afghanistan akan menjadi negara paria jika Taliban mengambil alih negara tersebut dengan paksa.
“Yaitu Afghanistan yang tidak menghormati hak-hak rakyatnya, Afghanistan yang melakukan kekejaman terhadap rakyatnya sendiri, akan menjadi negara paria,” kata Blinken di sela-sela kunjungannya ke India, Rabu (28/7/2021), dikutip laman Al Arabiya.
Presiden AS Joe Biden memutuskan menarik semua personel militer AS dari Afghanistan. Proses penarikan dijadwalkan tuntas pada 11 September. Hal itu sekaligus memperingati dua dekade serangan terhadap gedung Trade World Center (WTC) di New York pada 2001.
Namun, AS masih akan membantu pasukan Afghanistan dalam memerangi Taliban. “AS telah meningkatkan serangan udara untuk mendukung pasukan Afghanistan selama beberapa hari terakhir dan kami siap melanjutkan tingkat dukungan yang lebih tinggi ini dalam beberapa pekan mendatang jika Taliban melanjutkan serangan mereka,” kata Jenderal Marinir AS Kenneth McKenzie dalam konferensi pers di Kabul pada Minggu (25/7/2021), dikutip laman Al Jazeera.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: